Naskah Terakhir

8K 873 320
                                    

"Happy ending is a perspective

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Happy ending is a perspective. Perspective of when is the start and when do you want to stop letting people know about your story. Maybe one of them will see a happy ending in your story, but another one can see a rather sad one. Cause actually... there is no end in our life story. Every ending is just another new beginning.

But I just wish... that after the end of this story, the new beginning will be even happier than the one that just ended. Cause you'll be there from the start... 'till death do us apart."

☽☾

Mikasa.

Semuanya berubah sejak gue sadar dua minggu yang lalu. Cara gue memandang cowok di depan gue ini saat dia memandang gue, dan cara gue memandang dia.

Punggung dia yang tadinya terasa dingin menjadi lebih hangat daripada apapun, dan senyum dia yang memang selalu hangat, memberikan gue perasaan yang jauh lebih menyentuh dan dalam dibanding saat gue masih menyembunyikan hal itu dari dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Punggung dia yang tadinya terasa dingin menjadi lebih hangat daripada apapun, dan senyum dia yang memang selalu hangat, memberikan gue perasaan yang jauh lebih menyentuh dan dalam dibanding saat gue masih menyembunyikan hal itu dari dia.

Sekitar 3 minggu yang lalu penyakit gue kambuh. Penyakit yang selamanya ingin gue tutupi dari dia. Karena bukan hanya gue malu menunjukkan seluruh luka di diri gue, tapi gue juga gak mau dia sampai merasa sedih karena keadaan gue.

Awalnya gue takut dia bakalan pergi dari gue saat dia tau gue sakit, tapi gue rasa gue bodoh banget buat nganggep dia sebagai cowok seperti itu. Iya, dia lebih besar daripada itu. Jauh lebih besar dan lebih hangat daripada itu. Dan gue baru bisa melihat itu sejak gue membuka mata gue pagi itu. Saat gue lihat dia tertidur membungkuk ke kasur gue sambil menggenggam tangan gue.

Rugi ya? Gue baru tau seberapa besar hati dan menariknya dia selama dua minggu. Mungkin semua orang udah tau itu semua dari dulu, dan cuma gue yang dibutakan sama rasa takut gue sendiri.

"Nih." Terry memberikan es krim coklat yang baru aja dia beli buat gue.
"Makasih, hehe." Gue reflek senyum lebar saat gue melihat es krim yang udah gue pengenin dari kemarin itu.

Sejak tau penyakit gue, Terry punya cara dia sendiri buat ngajak gue keluar walaupun itu siang siang. Kita selalu pergi ke tempat indoor dan dia bahkan selalu bikin gue duduk di bagian belakang mobilnya, yang udah ditutup banyak banget gorden hanya supaya gue gak kena sinar matahari.

Terry Augusta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang