Ch.19 - Bau Bangke!

3.6K 168 6
                                    

Dua orang cowok sedang sibuk mengurus barang-barang yang baru saja datang, disebuah distro. Tempat ini dinding sebelah kanannya berbentuk bata, sedangkan sebelah kirinya dinding polos berwarna kecoklatan dengan hiasan lukisan abstrak. Pintu distro terbuka, seseorang masuk. Apakah dia pelanggan ?

"Lah disini Lo Tan? Gue cariin dari tadi"

Ucap cowok dengan jeket yang lusuh, tak bisa dipastikan apakah warna jeket itu dulu aslinya berwarna hitam atau dongker atau abu-abu tua, sebab warnanya tlah memudar.

"Gue pikir tadi pembeli, taunya Lo!" Fathan membalikkan pandangannya.

"Lo nggak balik kampus?" Tanya cowok kribo.

"Ntar sore, gue dapet sift ketiga praktikum" Fathan menghitung jumlah kaos dihadapannya.

"Wah ... ni topi bagus Than, untuk gue aja" Kiki mematut topi berwarna ijo itam.

"Ini barang baru! Kalo mau tuh yang dibelakang, ambil aja" Dia menunjuk rak-rak disudut distro.

"Yah ... Gue maunya yang ini, cucok ama wajah gue yang ganteng" sambil berdiri di depan kaca.

Fathan kemudian tertawa.

"Ganteng?" Tanya pemilik bunny teeth.

"Ya iyalah, gue gitu loh, Kiki Putra Atmaja" dengan gaya swag dia berucap.

"Sini balikin!" Fathan menghentikan Kiki yang berpose sok cool.

Kemudian dia mencium bau aneh didekatnya, lalu matanya tertuju pada sepatu boots coklat yang dipakai sahabat kribonya.

"Ih ... sumpah sepatu lo bau bangke! Ah ... Distro gue jadi bau!"

Menutup hidung dengan krah kemejanya. Begitupun dengan karyawan Fathan yang memencet pelan hidung peseknya.

"Sorry bro, gue tadi malem hujan-hujanan, jadi agak bau dikit" Kiki nyengir.

"Sana ganti sepatu Lo, nggak kuat gua atau Lo keluar dari sini!"

Fathan sudah nggak tahan dengan bau bangke yang bersumber dari sepatu Kiki, yang ntah kapan terakhir kali dia cuci. Kata Kiki, sepatu boots semakin antik kalo nggak dicuci-cuci.

"Ntar gue ganti" jawabnya.

"Sekarang kata gue!!!" Fathan membentak Kiki.

Kiki lalu segera kebelakang, mencuci kakinya dan memakai sepatu Fathan, ukuran kaki mereka sama, 41.

Karyawan Fathan hanya keheranan, bagaimana bisa mereka berdua menjadi sahabat. Yang satunya rapi, bersih, stylish, anak holang kaya lagi. Nah lihat si Kiki: yang nggak tau kebersihan, suka ngasal, gaya berpakaian berantakan, tapi dia cerdas dan menerima beasiswa dari Universitas.

"Udah nggak bau kan?" Kiki menghadap Fathan yang sudah selesai menata kaos dan topi.

Fathan hanya mengangguk.

"Lo udah makan?" Ini hanya basa-basi khas Kiki, Fathan sudah tau maksud Kiki pasti minta dibeliin makanan.

"Gue udah, barusan" Fathan berjalan kearah kasir untuk duduk.

"Gue belom Than" pernyataan si kribo nan cerdas.

"Jadi mau Lo apa?"

"Beliin dong Than, gue ngidam carbonara yang di Veteran"

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang