Ch.53 - Ciuman

2.7K 158 8
                                    

Didalam mobil Quimby menyetel radio dengan keras untuk menghibur hatinya yang terluka.

🎵... cinta ku bertepuk sebelah tangan...

Mendengar nyanyian itu, dia mengganti frekuensi.

🎶  But it’s time to face truth...

Berulang kembali, lagu yang muncul cocok dengan perasaan Quimby.

🎵 Tell me you love me.
If you dont, then lie to me

Dia putar lagi.

🎶 If you were the one,
You wouldn’t hurt me so bad

Mencari frekuensi siaran lain.

🎵 ‘Cause I can’t make you love me...

Quimby memutuskan untuk mematikan radio.

Dia teriak sambil terisak:
"Mengapa semuanya lagu sedih? Momyyyy...."

Setiba di rumah, Quimby mengunci diri, dia tak mau bertemu dengan siapapun, dia juga mematikan ponselnya, dia hanya ingin sendiri.

🔹🔹🔹

Poli yang pertama Awa datangi adalah tempat Quimby koas, ternyata Quimby tidak hadir, mbak Aurel bilang Quimby sakit. Awa tak bisa menghubungi Quimby dan dia juga tak berani mendatangi rumahnya.

Awa kembali menuju poli THT, di dekat lift dia mendengar percakapan dua orang perawat.

Perawat yang berbadan gendut "Itu ya dia?"

"Iya, itu yang ditaksir anak Presdir. Ya memang cantik, wong Arab gitu"

Awa melirik mereka.

"Gara-gara dia tuh, anak Presdir dimarahin. Udah untung bisa koas disini. Eh malah ngelunjak..." Ucap perawat disampaikan.

Awa tak tahan digosipin didepan mata.

"Maaf mbak, maksud mbak apa ya?" Awa menantang dua perawat tadi.

"Hmm... Dek koas, kalo jadi mahasiswa reguler toh yang sadar diri. Disini khusus mahasiswa internasional. Wong anak Presdir sendiri yang memohon-mohon biar kalian ditrima."

Mereka berdua pergi meninggalkan Awa yang kebingungan.

🔸🔸🔸

"Fathan, jawab pertanyaan gue!" Hardik Awa.

"Tenang dulu Wa, Lo bisa duduk!" Melirik kursi taman disebelah Awa.

"Nggak perlu duduk! Lo kan yang bikin gue dan Quimby bisa koas disini?" Blak-blakan Awa bertanya.

Perkataan Awa mengangetkan Fathan. Darimana Awa mengetahuinya?

"Bener, gue Wa" dengan tegas.

"Lo nggak harus nrima kita, sambil mohon-mohon ke bokap Lo. Gue juga nggak ngarep bisa koas di Rumah Sakit BOKAP LO!"

Fathan menggeleng, "bukan gitu maksud gue Wa-"

Awa menyela, "Dulu gue pikir karena kita pinter, bisa koas disini, dipuji sama temen-temen. Eh nggak taunya... nyesel gue koas disini!" Geram Awa.

"Wa gue pingin Lo bisa satu koas dengan gue!" Jujurnya Fathan.

"Lo! Jangan menghadap gue lagi, Quimby juga! Gue udah muak ama wajah Lo!" Awa membanting name tag IMC kelantai, hingga pecah.

PRAK!

"Coba aja gue dengerin nasehat Ello waktu itu" katanya dihati.

Fathan duduk di bangku taman, wajahnya semerawut, dia mengacak-acak rambutnya. Dia tak mengerti dengan sikap Awa, yang malah membenci dirinya. Padahal dia berusaha, agar Awa bisa mendapatkan tempat koas dengan fasilitas terbaik di IMC. Walaupun dengan hardikan Papanya.

Dua hari yang lalu-

Pembantu rumah tangga menjauh saat melihat majikannya bertengkar.

"Kamu jaga anak ini!" Presdir membawa Fathan ke bunda.

"Kenapa lagi Pa?" bunda memeluk Fathan.

Wajahnya memerah "Dia..dia pake helikopter rumah sakit demi cewek Arab itu!" Amukan Presdir.

"Kamu kenapa Nak?" Tanya bunda lembut.

"Dia anak baik Pa!" Bela Fathan.

"Kalo kamu macam-macam lagi, koas di Sejahtera saja!" Ancam Presdir.

Dia meninggalkan anak beranak itu diruang tengah.

Bunda mengelus pelan rambut Fathan.

"Nak, kamu kan tau gimana Papa. Cobalah untuk bertahan dan sabar, kamu tinggal beberapa bulan lagi di IMC".

Fathan menyandarkan kepalanya yang semakin berat kepundak bunda.

"Bun, apa begini sakitnya cinta?"

"Loh kok ngomong cinta?" Tangan bunda berhenti mengelus Fathan.

"Habisnya, Aan nggak ngerti sama cewek Bun. Dikasih ini salah, kita begitu juga salah, pusing" omelan Fathan.

"Hmm... anak bunda lagi suka sama siapa nih? Kalo menurut bunda, kamu tinggal lakuin apa yang dia suka, bukan apa yang kamu suka, bunda jamin pasti dia bakal seneng." Bunda tersenyum, yang membuat wajahnya semakin anggun.

"Tapi masalahnya Bun, Aan nggak tau dia tu sukanya apa, selain...selain... hobinya yang desain grafis gitu." Menoleh pada Bunda.

"Nah itu kamu kan tau, dari cinta kita belajar sabar. Oya walaupun Papa sering marahin kamu, percayalah Papa sebenarnya sayang sama kamu, Nak"

Fathan mendaratkan ciuman di pipi kanan Bunda.

"Aan juga sayang sama bunda" Fathan lantas berdiri menuju kamarnya.

"Udah gede, masih aja nyium. Ntar bunda bilang ke Raihan lho."

🔹🔹🔹

Kasih bintang dan tinggalin jejak ya guys

💗💗💗

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang