Ch.44 - R.h.s

2.7K 117 5
                                    

Sejak peristiwa cek-cok didepan IMC itu, Ello tak pernah lagi bertemu ataupun menghubungi saudaranya. Apalagi Awa yang tak suka dengan sikap suudzon Ello pada Fathan. Sampai suatu pagi, ada SMS masuk:

dari: dinosaurus

Wa gimana kabar Lo?
Gue tanding Minggu depan,
gue pingin Lo support gue.

Balas!

Mulut Awa menyeringai, dia tidak menyangka Ello masih berani menghubunginya. Pasien tengil melihat sikap Awa yang lama menatap layar ponsel.

Dengan gaya sok tau, dia berceloteh: "udaaah, tinggal jawab iyah, oke, sip, yup, Yes, apa susahnya sih? Ntar nyesel Lo!"

"Kok bocah ini tau?" Pikir Awa.

"Apa? Lo heran? Cewek kan biasanya gitu, palingan ntar nyesel belakangan. Itu dari cowok kan?" Sambil meneguk air.

Awa tak tinggal diam, "Lo nggak usah sok tau deh."

"Terserah, gue sih ngasih pendapat aja" dengan mengangkat bahunya.

Awa masih menimbang-nimbang apa perlu dia membalas SMS dengan mengatakan "tidak" atau tetap cuek pada si dinosaurus.

Pintu terbuka, Fathan masuk dan memeriksa kondisi pasien tengil.

Fathan berdiri disampingnya "Syukurlah, lukanya cepet kering" sambil tersenyum.

Meraih tangan Fathan dan berucap "Makasih ya dok, udah nolongin"

"Udah tugas gue, iya sama-sama" balas Fathan.

"Nah... dokter tu gini, ramah sama pasien, nggak kayak yang itu tu" melirik Awa yang sibuk dengan ponselnya.

Fathan tertawa kecil, lalu dia menghampiri Awa "Wa, Lo udah sarapan?" tanyanya.

"Udah tadi malem" tetap menatap layar handphone.

"Tadi malem? Lo sarapan dulu sana" Fathan hampir memegang lengan Awa, tapi Awa menatap wajah Fathan dalam-dalam.

"Gue blum laper, ntar aja sekalian makan siang" kembali sibuk dengan gadgetnya.

Fathan menghela nafas pendek, lalu dia pamit mau follow up pasien lain.

Pasien tengil, memperhatikan dialog mereka barusan, membuatnya mulutnya gatel untuk bertanya.

"Ssst..." Mengkode Awa.

Awa tak juga menoleh padanya.

"Bu dokter" Awa melihatnya.

Nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba dia menanyakan status Awa "Lo jomblo nggak?"

Mata Awa melotot mendengar pertanyaan pasien itu, dia mendengus kesal.

"Ngapain Lo nanya-nanya?"

"Kalo Lo nggak jomblo, kasian aja sama dokter tadi."

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang