Ch. 33 - Suapin!

2.9K 134 7
                                    

Satu bulan berlalu, mereka sudah terbiasa dengan jadwal koas yang terbagi 3 shift: pertama pukul 07.00-14.00, kedua 14.00-21.00 dan shift ketiga pukul 21.00-07.000, begitu seterusnya. Itulah yang akan mereka alami selama 2 tahun ini. Belum lagi dengan panggilan tak terduga dari UGD, pasien emergency, sampe-same mereka udah parno duluan dengan suara ambulance.

Alhasil sekarang badan mereka remuk seperti digubukin orang sekampung, mata yang udah kayak zombi, penglihatan yang halu kalo malam datang, makan yang ntah kapan, bahkan sehari tidak tidurpun udah biasa bagi mereka.

Jangan tanya tentang laporan dan tugas! Semuanya mereka bikin terkadang dalam keadaan setengah sadar.

"Hoaaam... Ya Allah, pegel semua badan Quimby" dia meregangkan ototnya.

"Gue nggak pernah bayangin koas separah ini by" ucap Nana.

"Tapi masih mendingan daripada stase mayor, Na. Pikiran kita juga lelah!" Quimby meletakkan kepalanya di atas meja.

"Bukannya ntar kita juga dapet bagian di state mayor?" Nana melepaskan kacamatanya.

"Setidaknya kita udah latihan dulu Na" Quimby mengambil cermin kecil disaku jeket koasnya.

"Ha, ini mata???" Tanyanya sendiri.

"Gue juga kok, keduanya malah" Nana mengucek-ngucek matanya yang teramat lelah, kini tercetak lingkaran hitam besar dibawah matanya, tadi malam dia hanya sempat tidur 1,5 jam.

Setelah kebagian dalam shift malam, paginya Quimby dan Nana harus follow up pasien kelas standar. Di IMC ruang rawat inap ada beberapa kelas: mulai dari standar, deluxe, VIP hingga VVIP. Untuk anak koas di IMC, hanya boleh menjalankan tugasnya di kelas standar dan deluxe.

"By, ayoook" Nana memegang kedua tangan Quimby.

"Boleh bentar lagi nggak? Masih ngantuk." Pintanya.

"Udah jam 08.00, kita mesti ke gedung belakang" letak kamar pasien, persis dibelakang gedung kaca yang mereka diami.

Quimby malah melihat notifikasi ponselnya.

"Dia ngelike foto Quimby lagiii... Nana tampar pipi Quimby, TAMVAR!!!" Perintahnya.

Seketika Nana menampar pipi Quimby.

PLAK!

"Awwww.... Sakit Nana" keluhnya.

Tapi kemudian dia malah tersenyum.

"Berarti ini nggak mimpi, Fathan
I LOVE YOU!!!" bisiknya.

Nana heran dengan sikap Quimby yang berubah drastis.

"Ayok kita periksa pasien!" dengan senyuman teramat lebar.

"Quimby Quimby" ujar Nana.

"Na.. berarti bener kata senior-senior, saat Koas kamu berpeluang besar menemukan jodohmu!" Semangat Quimby.

"Amin Ya Allah" balas Nana.

🔹🔹🔹

Di ruangan kelas deluxe, Kiki sedang berupaya keras agar pasien dihadapannya mau makan.

"Dinda, boleh buka mulutnya?" Dengan wajah ceria Kiki meminta anak remaja yang sedang bersandar untuk makan.

"Nggak mau!" Tolaknya.

"Dinda harus makan, dikiiiit aja ya?" Kiki tak gampang menyerah.

Sementara Dinda bermain game di ponselnya.

"Dinda aaaaa.... Hayo lah"

"Apaan sih, orang juga nggak mau, dipaksain" Dinda memalingkan wajahnya dari Kiki.

"Katanya mau cepet pulang, Jadi Dinda makan dulu ya!" Kiki mendekatkan sendok ke mulut gadis berambut sebahu. Dinda menepisnya.

"Ya Rabbi, berikan kesabaran pada hambamu ini, adek gue aja nggak pernah gue suapin. Eh giliran ni bocah gue suapin, malah kagak mau" sesalnya dalam hati.

Tak sengaja, Kiki menemukan ide cemerlang.

Seseorang masuk dalam kamar pasien dan memberikan senyuman terbaiknya.

"Kamu Dinda ya?" suara seraknya mengalihkan perhatian gadis cuek itu.

Sontak Dinda kaget melihat dokter muda dihadapannya, penampilannya rapi, wajahnya manis, lengkap dengan gigi kelinci yang membuatnya terlihat semakin imut.

"Kalo kakak yang nyuapin, kamu mau makan?" Ajaknya.

Dengan antusias Dinda menjawab "Mau...mau"

"Bismillahirrahmanirrahim"

Dinda pun membuka mulutnya dan perlahan mengunyah makanan tersebut.

"Panggilan kakak siapa?" Tanyanya setelah melihat nametag.

"Kak Fathan"

"Kok kemaren, aku nggak liat kakak ya?"

"Aku di bedah, Dinda " Sambil menyanduk bubur.

"Kalo Kak Fathan disini, Dinda nggak mau pulang ah, asikan di IMC" ucapnya kemudian.

Setelah selesai, Kiki dan Fathan pun keluar dari ruangan.

"Kenapa nggak dari kemaren aja gue suruh Lo kesini, udah hampir abis kesabaran gue ama tu bocah!" Curhat Kiki.

"Ha...ha...ha... Lo aja yang nggak bisa ambil hatinya"

Kiki masih aja protes "Gue udah ngorbanin harga diri gue malah, pake nyuapin dia segala"

"Kok orang tuanya nggak ada ya?" Fathan baru kepikiran kemudian.

"Bokap Nyokapnya lagi sidang cerai, ntar juga pada kesini"

"Kasian si Dinda" 

Kiki terdiam.

🔹🔹🔹

So how ???

So how ???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Bukan Dokter [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang