Ch.43 - Pasien Tengil

2.7K 122 10
                                    

Awa menuju poli anak untuk menemui Quimby.

"Ya Allah, kaget gue!" Ucap Awa saat menyaksikan seseorang sedang maskeran dengan gambar panda.

"Ini gue Wa, Quimby" sambil bangun dari duduknya.

"Nggak di rumah sakit, nggak dirumah Lo, sama aja kelakuan lo!" Saut Awa.

Menekan-nekan masker "Habisnya Mommy bilang, muka Quimby kusam banget, Awa mau?" Quimby menawarkan masker berbentuk harimau.

Awa menolak, "ah... nggak nggak".

Quimby melirik cermin kecil didekat Awa.

"Wa... tolongin itu cermin!" Pintanya.

Awa meraih cermin pink dan memberikan ke Quimby.

"Pegangiiiin" dengan manja.

"Ya Allah, istighfar gue!" Geram Awa.

Dengan memalas Awa memegang cermin tersebut, sementara Quimby keasikan melihat-lihat wajahnya yang menyerupai panda.

"Lo jadi mau ke kampus?" Tanya Awa lagi.

Quimby mengangguk.

🔹🔹🔹

Awa sedang memegang papan jalan, dia mencermati biodata pasien yang sedang terlelap didepannya. Fathan memintanya untuk menjaga pasien, dia mesti ke kampus siang ini. Tak lama, pasien itu terjaga.

Dia menggeliat "Hoam..."

"Aww..." Dia lupa kalo diperutnya ada bekas operasi semalam.

Awa tertawa pelan menyaksikan pasien dihadapannya.

Dia memandang Awa "Eh ada dokter cantik" pujinya.

"Hmmm...." Awa hanya mendehem.

Dia mengeja nama Awa dengan jelas: "RAJ-WA AL-HA-FI Dok-ter mu-da"

"Oh anak koas yah?" Dia mengangguk-agukan kepalanya.

Awa menatapnya sinis: "hei bocah, kalo ngomong yang sopan, lo 3 tahun dibawah gue!" Awa menunjuk cowok berambut ikal itu.

Dihidupnya baru kali ini dia menemui dokter muda nan galak seperti Awa "Widiiih galaknya, sabar...sabar... Dokter nggak boleh galak" nasihatnya.

Awa mengecek infus pasien itu.

Dia menatap Awa yang berjarak dekat dengannya. "Lo... kalo dilihat dari deket jadi makin cantik, ha...ha...ha" Sambil mengenakan headset ketelinganya.

Awa mengepalkan tangannya, dia bertambah kesal dengan kelakuan si bocah. Akhirnya dia memilih untuk duduk. "Lo harus bisa hadapin ni bocah" bisik Awa.

Lalu dia bertanya:

"Mmm... Dokter cowok yang nolongin gue mana?"

"Lo mau ngapain?" Tanya Awa.

"Mau terimakasih lah, masak mau minta maaf" dengan santainya dia menjawab.

"Ih... dasar bocah!!!" Teriak Awa, tapi dalam hati.

Awa bersikap sok sabar, "dia ke kampus".

"Oooo..." Kemudian dia bersenandung riang mengikuti irama musik.

Awa menggaruk pelipisnya, mengapa dia mesti mengiyakan permintaan Fathan untuk menjaga bocah tengil ini.

Awa mau tak mau mendengar suara deep nan merdu dari mulut sang pasien.

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang