Ch.14 - Teman dari Kampung

3.7K 187 3
                                    

Handphone Awa berdering.

"Assalamualaikum", suara dari sana.

"Waa'laikumsalam, Marniii ... gimana kabar kamu?" Tanya Awa antusias.

"Alhamdulillah sehat. Udah lama ndak telponan sama Awa. Awa gimana kuliahnya?"

"Iyah, seperti yang kamu bilang waktu di kampung. Anak FK tuh pasti sibuk minta ampun, Wa" Awa mencoba meniru suara lembut Marni, tapi gagal.

Lalu terdengar tertawa dari seberang.

"Kalo diingat-ingat waktu Awa ngisi form pendaftaran kuliah dan kemudian listrik mati di desa, aku ketawa sendiri tapi juga kasian sama Awa. Gara-gara itu Awa terpaksa nrimo kuliah di FK, demi nama baik sekolah kita". Dengan logat mendoknya.

Awa berhenti menggoreskan pensilnya. Awa mengingat kejadian yang menyebabkan dia terjerumus di dunia antah berantah, kedokteran.

Alkisah, hari itu dia menggunakan komputer sekolah yang sudah tua dan lelet untuk mendaftar sebagai mahasiswa undangan di kampus terbaik di negara ini. Tapi saat mengklik jurusan arsitektur, kursor malah mengarah pada ilmu kedokteran. Dan kemudian listrik di desa padam. Setelah dua jam menunggu, ternyata data telah tersimpan dan tidak dapat di ubah. Dan ya... jadilah Awa mendaftar pada jurusan ilmu kedokteran.

"Wa ... Rajwa ..." Panggilan lembut Marni.

"Eh iya Marni" Awa tersadar.

"Awa lagi ngapain, sibuk ya ? Maaf Marni ganggu"

Marni merasa bersalah menghubungi Awa saat di kampus. Mumpung ada paket nelpon, makanya Marni nelpon sekarang. Kalo lewat video call, sinyal di desa parah. Bisa-bisa manjat di pohon yang tinggi dulu, baru nemu sinyal yang bagus.

"Nggak kok, nih aku lagi nyoret-nyoret" Awa menghapus bagian samping gambarnya.

Marni tau, yang dimaksudkan Awa dengan nyoret-nyoret itu. Awa sedang menuangkan kreativitasnya pada sebuah buku gambar. Buku yang slalu dia bawa kemanapun dan kapanpun, saat bosan melanda, itulah sarana pelampiasannya.

"Awa lagi ngambar apa? Pasti bagus" tanya Marni penasaran.

"Ih ... Marni kepo deh" Awa lalu tertawa.

"Wa Udah dulu ya, ada pembeli yang datang. Kapan-kapan Marni telpon lagi." Katanya buru-buru.

"Yah ..." Nada kecewa Awa. Dia belum sempat bertanya gimana kabar keluarga Marni dikampung dan jualannya dipasar. Marni sehabis sekolah tidak bisa melanjutkan kuliah, karena masalah klasik dinegara ini yaitu BIAYA, sedangkan beasiswa kuotanya pun hanya sedikit!

Marni menutup panggilannya.

Awa kini fokus menatap hasil coretannya. Gayanya persis seperti orang yang sedang syuting iklan, cara mengetahui uang palsu atau bukan, yaitu dengan "diterawang".

"Wuis ... Ternyata bagus juga" dia memuji karyanya sendiri.

Lalu Awa meninggalkan taman kampus.

⏺⏺⏺

Pulang kuliah, Awa dan kelompoknya berencana untuk diskusi di perpustakaan. Sebelum pergi, dia harus menemui seseorang. Diparkiran Awa berhasil menemui orang tersebut.

Dari belakang, Awa menarik tas ranselnya. Membuat dia terhenti dan langsung membalikkan badan.

"Ngapain Wa?" tanya pemilik otot kekar itu dengan wajah heran.

Awa membuka resleting ranselnya dan memasukkan selembar kertas.

Kemudian cowok itu ingin melihat apa yang dilakuin Awa terhadap tasnya.

"Ntar aja liatnya, Ello pulang sana!" Perintah Awa sambil menutupi resleting tas Ello kembali.

Ello mengenakan helm dan menatap Awa yang menurutnya bertingkah aneh. Dia mulai curiga dan bertanya-tanya apa yang dimasukkan Awa kedalam tasnya.

Awa hanya membalas tatapan Ello dengan kedua tangan yang menunjukkan untuk mengusir seseorang.

Ello menyalakan motor dan pergi.

🔸🔸🔸

Ketika istirahat, Ello selonjoran ditepi lapangan sambil mengibas pakaian karatenya yang sedikit kotor. Lalu dia meraih ransel dan membukanya.

Ternyata yang diberikan Awa tadi adalah ...

Sesuatu yang diinginkan Ello.

Yang Ello minta kepada Awa.

Yap, di kertas putih itu tergores gambar Mercusuar yang sangat elok, berbentuk bulat nan tinggi berada dibibir pantai saat sunset tiba. Ello pun tersenyum bahagia, seketika dia lupa dengan kondisi badannya yang penat.

Walaupun Awa selalu jutek dan ketus, dia punya cara tersendiri untuk membuat orang bahagia.

"Kak Ello, latihan lagi yuk kak" seorang anak laki-laki menghampirinya dan segera Ello memasukkan kembali kado dari Awa kedalam ranselnya.

Ello semakin bersemangat memberikan latihan gerakan-gerakan karate, kepada anak-anak SMP itu.

🔹🔹🔹

Ciee yang awalnya nolak, malah semangat bikin kadonya 😘

Yang dapat kado, Hmmm ... Hmmmm ... BTW ntar kadonya mau diapain Ello ? 🤔

IG: @pahilafiravaka

email: Pahilafiravaka@gmail.com  

Liatin apa bang ???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liatin apa bang ???

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang