Ch.45 - Mulai Curiga

2.4K 142 9
                                    

Maaf kan aku, karena hanya ini
yang bisa kulakukan untuk meredam perasaanku yang tak seharusnya ada
untukmu

###

Petir bergemuruh diluar sana, sesekali kilat menunjukkan aksinya, hujan lebat menyapu tanah yang kering kerontang, seorang cowok tengah melewati itu semua dengan sepeda motornya.

Di rumah sakit-

Pasien tengil menatap jendela rumah sakit internasional. Sepertinya dia sangat ingin keluar, dia jenuh dengan ruang inap dan makanan di IMC.

Awa mencoba untuk ramah, "btw, orang tua Lo mana?" Tanyanya.

Pasien itu terus melihat hujan yang turun.

"Mereka sibuk"

"Si-buk? Udah tau anaknya lagi sakit kayak gini?"

"Ntar kalo mereka inget, juga kesini" Jawab pasien dengan sendu.

"Emang mereka nggak dikota ini?" Tanya Awa lagi.

Dia menggeleng pelan, "Mereka tinggal di Malay"

"Dan Lo sendiri disini?" Dugaan Awa.

Dia mengangguk lagi.

"Kalo gue jadi Lo, mendingan gue kuliah disana" sewot Awa.

"Ngapain disana? sementara gue udah cinta sama alam dan budaya Indo, gue lahir dan besar di Indo" curhat si pasien.

Awa speacless mendengar alasan yang dia sampaikan.

"Gue jurusan arkeologi, di indo masih banyak situs budaya yang belum keungkap, nah itu tanggung jawab gue" kali ini dia menoleh pada Awa.

Awa nggak menyangka, di balik sifat tengilnya ternyata dia peduli dengan negri ini.

Pintu kamar terbuka, masuk seorang ibu-ibu yang berumur 50an, dia menenteng koper kecil dari raut wajahnya terlihat dia sangat khawatir, segera dia menuju pasien tengil.

"WENDY!!!!" Tensinya naik.

"Kamu ngapain pake nolongin orang segala? udah tau nggak bisa bela diri, beraninya hadapin perampok yang pake pisau!" Sambil menepuk keras pundak anak semata wayangnya.

"Aw..aw..aw... ampun ma, sakiiiit" perihnya.

"Dasar ini anak" lagi memukul Wendy.

Awa tak mau menganggu anak dan ibu itu, dia memilih keluar ruangan. Perkataan si ibu tadi menjawab pertanyaan Awa, dia baru tau penyebab luka tusuk yang dialami Wendy. Sampai-sampai Awa tak memperhatikan lantai yang basah dan licin karena tak sengaja anak kecil menjatuhkan mainan bubblesnya.

Awa terpeleset, dia tak bisa mengimbangi badannya, hampir terjatuh, seseorang berlari menyelamatkannya.

"Lo nggak papa?" Tanyanya.

Posisi Awa miring. Ada orang yang menyambutnya. Mata Awa berkedip, dia mengingat peristiwa di pesta kakak Icha kemaren.

"Aan?" Ucapnya pelan. Dia malu posisinya yang sangat dekat dengan Fathan.

Disaat yang sama Ello juga berada disana, dia melihat kejadian barusan. Langsung dia menuju Awa dan melepaskan genggaman tangan Fathan pada Awa.

"Ello?" Awa menatap Ello yang terlihat marah.

"SERAK BECEK! JAGA SIKAP LO!" Umpat Ello.

Fathan hanya diam.

"UDAH ELLO! tadi Aan nolongin gue" Awa menunjuk lantai yang basah.

"Gue mau ngomong" menarik tangan Awa.

Awa mencoba melepaskannya tapi tak bisa.

"Lo mau ngomong apa? Ngomong aja disini!" Bentak Awa, pergelangan tangannya memerah.

Ello menatap sangar wajah Fathan yang kaku.

"Gue kesini, karena Lo nggak balas SMS gue" ucap Ello.

"Gue kan udah bilang, jangan campur urusan idup gue lagi" Awa meronta agar Ello melepaskan tangannya.

Fathan tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya menyaksikan pertengkaran Awa dan Ello.

Kemudia Ello menghela nafas panjang dan berkata:

"Gimana gue bisa diem? sementara di tubuh gue ada darah dan daging yang sama dengan Lo!"

Awa pun terdiam, tak bisa menjawab kata-kata yang keluar dari mulut Ello.

Lalu Ello melepaskan tangan Awa dengan kasar, dia pergi meninggalkan mereka berdua.

Awa melihat pakaian dan rambut Ello yang basah, dia rela menerobos hujan lebat, hanya demi bertemu dengan Awa dan meminta Awa untuk hadir di turnamen karate.

🔹🔹🔹

"Dek koas, pasien yang baru datang, tolong ditensi" perintah mbak Aurel.

"Iya mbak" jawab Quimby

Nana membereskan kertas-kertas dan memasukkannya pada map. Dia hendak keluar ruangan.

"Nana, mau kemana?" Tanya Quimby.

"Ke mbak Amel, mau ngasih ini" ujarnya.

"Mbak Amel siapa, Na?" Bertanya Quimby.

"Masak Lo nggak kenal, mbak Amel yang bagian administrasi, tempat kita ngelapor kegiatan koas disini" Penjelasan Nana.

"Oh mungkin karena Quimby dan Awa kelas reguler kali ya, makanya sama mbak Indah?"

"Nggak kok, si Kartika anak reguler, lapornya juga ke mbak Amel, kelompok lain juga ke mbak Amel. Kenapa kalian beda sendiri?" Nana menatap heran.

"Gue pergi dulu" kata Nana sambil berlalu.

"Mmm... ada yang aneh ni", batin Quimby.

"Dek koas, tolong ditensi!!!" Suara mbak Aurel kali ini lebih keras.

"Baik Mbak", Quimby segera menuju pasien.

🔹🔹🔹

Ellooo yang sabar kau nak 😭😭😭

Awa pliss, udahan berantemnya 😬

Fathan tolong lunakin hati Awa 😢

Quimby jangan curiga, yang penting kalian bisa koas di IMC 😫

KOMEN dan LIKE ya reader
yang baik hati
Dan rajin menabung ❤
(chapter 45)

-Pahila Firavaka-👯

Aku Bukan Dokter [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang