Indah tetaplah indah. Bahkan setelah tangis dan sesal yang dilaluinya. Kita tetaplah kita, yang pernah berdiri tegak tanpa adanya masing-masing di samping. Kita adalah kita yang harus membiasakan diri selepas masing-masing pergi.
Kemungkinan akan selalu ada. Tentang kebersamaan yang akan terulang ataupun kita hanya akan mendewasakan hati, agar tak meninggikan luka. Tapi meninggikan maaf, membuang luka yang bermuara duka.
Membuat diriku terbiasa tanpamu, itu kau tak apa kan? Aku hanya sedang merasa harus tahu diri. Tentang hati yang pergi, hanya butuh sebuah lambaian saja. Tak perlu ditahan apalagi memohon agar tetap tinggal.
Karena egoku sudah mencapai titik sadarnya. Melakukan hal sia-sia yang tak ada balasnya. Tak perlu meminta orang lain untuk meredakan luka, karena sejatinya setiap kita telah ditentukan kapan terbiasa.
Bagiku, bersamaku atau tidak, kamu tetap indah. Bagiku, bersamaku atau tidak, aku tidaklah membenci.
Mungkin memang sebaiknya begitu, berserah kepada semesta perihal bagaimana selanjutnya kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Senja
PoetryPada sebuah perasaan, aku tak cukup mampu mengatakan bahwa aku terluka. Tak cukup sanggup, bila harus mengejarmu yang berlari sangat cepat, sedangkan aku di sini, tertatih, berdiri dari jatuh pun aku belum mampu. Lewat tulisanku, aku mendoakanmu dar...