3

1.5K 45 7
                                    

Maia's POV

Dari kejauhan masih terlihat gerak gerik dia yang telah menarik perhatianku, membuat aku tak berhenti untuk melihatnya.
Kenapa kayak gini ya perasaan ku. aneh sih tapi kenapa aku suka.

Aku sudah berada di tempat pengungsian ini selama 3 hari, dan ini baru pertama kalinya aku melihat dia. Matanya yang sipit,  hidungnya yang mancung,  bibirnya yang mungil dan tudungnya yang kemas serta merta membuat jantungku tak karuan. Kayak Laudya Cynthia Bella hehe.

"Hei Maia!!  Hayo ngelamunin apaan tu?" gangguin orang aja anak ini.

"Gak ada kok, cuma istirahat aja di sini" bohongku.

"Masih ada dua keluarga tuh yang harus di ungsikan sementara disini,  soalnya camp pengungsian di tempat lain udah penuh" kata Nawan panjang lebar.

"Dan ada satu orang yang berkursi roda. Kita harus siap-siap sebelum mereka sampai" sambungnya lagi.

"Iya" jawabku ringkas.

'Sambung nanti deh lihatin si dia, hahaha'

Setelah dua keluarga yang di bilang Nawan itu udah sampai,  mahasiswa yang bertugas membawa mereka masuk, sementara aku dan Nawan membantu warga yang menggunakan kursi roda itu.

Akibat cuaca yang tak menentu, banyak anak-anak yang terkena penyakit seperti batuk, flu dan deman. Aku berinisiatif memberitahukan kepada kak Surya yang sebagai ahli medis.

Supaya kak Surya bisa merawat dan memberikan obat-obat yang diperlukan, dan anak-anak bisa cepat kembali ceria.

Lagi asik bermain menghibur anak-anak di pengungsian , mataku tak sengaja melihat seorang perempuan.

Dirinya mampu menjebak mataku untuk selalu melihat kearahnya.  Dan anehnya,  setiap apa yang dia lakukan mampu membuat aku tersenyum dari kejauhan.

'Kayaknya aku udah gila deh' aku gelengkan kepala mencoba untuk mengabaikan perasaan yang tiba-tiba saja sedikit gila ini.

Tiba-tiba ada seorang anak-anak perempuan menangis.

"Kamu kenapa menangis ?" tanyaku prihatin.

"Dia kak ngambil mainan aku" jawab anak perempuan itu sambil menunjuk ke arah anak perempuan yang terlihat lebih kecil dari dirinya.

Buset ngeri juga ni bocah, ngak ada takut-takutnya ngerebut mainan orang lebih besar.

"Ini mainannya kan bisa buat main berdua.  Jadi kalian harus saling berbagi mainnya, maukan?" tanya ku ke arah dua anak kecil ini.

Tak kusangka mereka bukan hanya anak yang manis,  tetapi juga gampang di atur sehingga patuh dan mau mengalah untuk bermain bersama.

"Good girls.  Nanti kakak bawain kalian coklat, karena sudah mau bersikap baik dan berbagi" kataku lagi.

"Yey.. yey.." jawab mereka berdua yang terlihat senang.

"Tumpang tanye, toilet kat mane?"

Aku mendengar sebuah suara dari belakang ku.  And I can't believe it.  Perempuan misteri yang selalu aku lihat ada tepat di belakang ku.

"Kamu keluar dari balai desa ini,  nanti di depan belok kanan. Tapi kalau mau yang dekat, di belakang balai desa ini juga ada,  tapi agak ramai" aku cuba menahan degupan jantungku.

"Ooh terima kasih ya" ucapnya seraya tersenyum ke arahku.

Duh kok manis banget ya senyumnya . Aku melihatnya berjalan keluar hingga hilang dari penglihatan.

Perfect (Slow Update)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang