(28) It was My Fault

9.8K 767 63
                                    

Ada lagu enak dari ost. Drama Descendant of The Sun, karena menurutku makna lagunya sesuai sama part ini. So, enjoy my fiction with Once Again. Happy reading!

Don't forget your vote. Thankyou.


Part 28 – It was My Fault


Jatuh cinta padamu merupakan keindahan

Namun berharap kau memiliki perasaan yang sama adalah sebuah kesalahan

Dan berharap bahwa kita bisa bersama adalah sebuah kebodohan

"Tetap di sini, jangan keluar," kata Trio tegas kemudian membuka pintu mobil. Membiarkan Ify yang membatu dengan tatapan terkunci pada mata Alvin yang menatapnya lurus, tanpa berkedip.

Ify berusaha mencari tahu arti tatapan Alvin padanya. Marahkah? Terkejutkah? Atau... cemburu..? Ify menghela napas, merutuki tindakannya. Berdiam diri di dalam mobil tidak akan menjawab seluruh pertanyaan yang kini memadati otaknya. Tanpa menunggu lebih lama, Ify segera menggeser duduknya dan membuka pintu yang tadi dibuka Trio.

Tidak ada percakapan apa pun antara Alvin dan Trio saat Ify keluar mobil. Kedua lelaki itu hanya saling memandang, dengan tatapan yang tak bisa Ify jabarkan.

"Kubilang tetap di dalam." Trio lebih dulu buka suara ketika menyadari kehadiran Ify di antara dirinya dan Alvin. Gadis yang tingginya hanya sampai leher kedua makhluk lainnya menoleh dengan tatapan yang sama membingungkannya bagi Trio.

"Pergilah," sahut Ify dengan suara nyaris berbisik. "Kamu tadi membuatku khawatir, pergilah ke rumah sakit," lanjutnya meluruskan maksud, melihat alis Trio berkerut dengan kobaran emosi di kornea matanya membuat Ify merinding.

Alvin tersenyum sinis ketika melihat tangan kiri Ify terulur dan mengelus kening Trio tepat di depan matanya. Setelah nyaris berciuman, sekarang Ify dengan suka rela menyentuh tubuh lelaki brengsek ini!?

"Masih sakit atau nggak, tetap harus diperiksa. Pergilah," kata Ify. Dia merasa bahwa kobaran kemarahan yang Alvin tahan merupakan tanda kecemburuan, jadi dia perlu membuktikannya dengan tindakan yang lebih provokatif.

Trio mendengkus, meski kemudian tersenyum kecil.

"Besok, aku datang lagi." Trio melirik ke arah Alvin dengan pandangan mengintimidasi. "Jangan buat janji dengan siapa pun, selain aku."

"Hm, pergilah. Sampai jumpa besok," kata Ify, dia sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menoleh dan melihat bagaimana ekspresi wajah Alvin sekarang. Ketika melihat gadis kecilnya dulu lebih senang membuat janji dengan lelaki selain dirinya.

Trio telah membuka pintu mobil, namun dia membalikkan tubuhnya dalam hitungan detik dan merengkuh Ify, kemudian mengunci tubuh gadis terbalut off shoulder putih dan plaid suspender skirt merah hitam itu di dalam pelukannya. Trio menenggelamkan kepalanya sejenak di sela leher dan bahu Ify, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu.

"Kamu harus tahu, aku benar-benar senang bisa menghabiskan waktu hari ini sama kamu," ujar Trio dengan berbisik. Seolah ingin membuat Alvin semakin mengerti, bahwa Ify adalah miliknya.

Ify berdeham dan lebih dulu menyudahi pelukan Trio, karena melihat ekspresi menyebalkan Pak Ujang yang berada di dalam mobil.

"Pergilah," ujarnya sedikit gemas. Susah sekali rasanya mengusir makhluk yang satu ini. Ify menggoyangkan telapak tangan kirinya sebagai kode bahwa Trio harus segera pergi dari sana.

Marry Me If You Dare - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang