(38.2) Ify Axelle

9.4K 716 48
                                    

Sambungannya cepet kan?
Jangan lupa vote dan komentarnya ya ^‿^

Happy reading!
.
.
.

.
.

"Jangan terlalu dipikirkan."

Trio memecah keheningan di antara kemacetan perempatan. Menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau ternyata bisa semembosankan ini apabila tidak berbincang. "Aku selalu begitu setiap bertemu dengan rekan kerja, bukan berarti aku bersikap seperti kakakku."

"Hm?" Ify mengernyit. Dia bahkan tidak merasa bahwa cara bicara Trio tadi seperti mendiang kakaknya.

"Pak Yudea hanya belum terbiasa memanggilku dengan nama Trio," sambung Trio menjelaskan. "Kamu... diam saja karena takut padaku... atau...?" Masih marah? imbuh Trio yang hanya berani dalam hati.

"Aku diam karena berpikir," jawab Ify membuat Trio memandangi bagian samping wajah gadis itu lekat-lekat. "Sivia nggak sepenuhnya salah, selama ini aku tahu kamu adalah orang yang egois, pemaksa dan menyebalkan." Ify melirikkan matanya ke arah Trio. "Tapi, aku masih saja nggak bisa mengendalikan diri dan bersikap seolah Sivia yang paling bersalah."

Trio tersenyum kecut. "Egois, pemaksa dan menyebalkan," ulangnya sambil memindahkan persneling. "Kenapa juga hanya itu yang kamu ingat soal aku?" Trio menjalankan mobilnya mengikuti arus karena lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.

"Memang itu yang terjadi selama enam bulan terakhir. Hidupku yang damai berubah jadi seperti di medan perang, dan itu semua karenamu. Apa aku harus bersorak sekarang? Karena sudah bertemu dengan si pengacau yang membuatku stres selama bekerja di Jakarta."

Trio menahan tawa gelinya. "Aku jadi paham, kenapa kamu pandai bermain kata dan membuat istilah konyol."

Ify menatap bagian samping wajah Trio yang serius mengemudi.

"Kamu berteman dengan orang-orang yang sangat..." Trio menjeda, mencari kata yang paling tepat untuk menggambarkan kedua teman Ify selain Sivia. "...aneh."

Tak disangka, Ify tertawa sesaat mendengar penilaian Trio. "Itulah kenapa kami menyebut geng kami sebagai spesies SISA-an, nggak ada anak-anak di kelas dulu yang bisa mengerti dan sabar kalau kami sedang berbincang." Ify memberikan tanda kutip dengan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangannya pada kata terakhir.

"Kami seolah-olah terbuang dari kelas, dan menjadi anak-anak yang tersisa. Kebetulan, huruf depan nama kami bisa dibuat jadi kata SISA, makanya, nama geng kami SISA-an. Dengan kata lain, penilaianmu terhadap teman-temanku, benar." Ify kembali tertawa sebentar, sebelum akhirnya, dia menyadari sesuatu.

"Tunggu, sejak kapan kamu duduk di bangku itu?" Ify panik.

Apakah Trio mendengar segalanya?

Tentang Ify yang pernah mencoba mengakhiri hidup.

Tentang rencana Ify untuk pindah ke Bandung.

Tentang Ify yang tak mau datang ke pernikahan Sivia.

Tentang Ify yang tidak memiliki keinginan menikah kecuali dengan Alvin.

Tentang keinginan Ify untuk menghajar pasangan Alvin agar bisa menggantikannya di pelaminan.

Tentang ide Agnes agar Ify bisa membalas dendam pada wanita yang sudah melukai harga dirinya.

Ify termenung. Trio menawarkan bantuan untuknya dengan syarat menikahi lelaki itu. Artinya, Trio....

"Aku hanya tertarik dengan ide Agnes. Kurasa, temanmu itu boleh juga. Dia tahu bagaimana caranya membalaskan dendam dengan cara yang cantik."

Marry Me If You Dare - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang