(35.2) A Night with Rio

9.6K 742 16
                                    

Trio tersenyum kecil dalam diam, ketika melihat binar bahagia Ify saat menyantap makan malamnya yang terlalu larut, meski binar itu terlihat meredup akibat kantong mata Ify yang menebal, tanda bahwa dia menangis hebat selama empat jam menghilang.

Pukul sebelas lebih dua puluh menit dan Trio memilih untuk tetap menemani Ify dengan caranya sendiri. Gadis itu tidak pernah menolak kehadiran Trio di dekatnya, selama ada makanan yang bisa membungkam mulut cerewetnya. Setelah perutnya terisi, seolah mabuk, Ify sama sekali tidak peduli dengan hal lain selain kebahagiaan lambung dan indera pengecapnya.

Saat mendapati telepon Sivia pukul tujuh tadi, Trio langsung meninggalkan kantor dan meminta asistennya untuk menunggu di depan kos, sebagian lainnya dia suruh untuk menyiapkan semua perlengkapan yang dia kenakan sekarang. Trio butuh alasan untuk menemani Ify tanpa meminta persetujuan gadis itu seperti biasanya, dan hanya ide ini yang terlintas di otaknya ketika kalut akan kepergian Ify, setelah bertemu dengan Alvin dan Fara di butik tempat Sivia fitting pakaian pengantin.

Trio cukup sulit mendapatkan izin dari ibu kos Ify untuk menginap meski itu hanya di dalam tenda. Ibu kos tidak ingin ada skandal seputar rumah indekosnya, namun Trio berhasil menangani itu. Trio memutuskan untuk memboyong semua teman satu rumah kos Ify ke hotel milik Shuwan Grup, agar tidak ada yang mengetahui aktivitasnya dengan Ify malam ini dan mengirimkan tetangga rumah indekos Ify makanan super lezat dari restoran milik perusahaan keluarga kakak iparnya, Harry.

Dengan senyum manisnya, Trio menjelaskan pada mereka−teman sekaligus tetangga Ify−bahwa hari ini adalah hari yang sangat buruk bagi gadis itu, sehingga dengan kelapangan hati sebagai sahabat, Trio ingin menghiburnya dengan mengadakan barbeque bersama. Namun karena merasa kegiatan itu akan memunculkan aroma sedap dan mengganggu jam tidur penghuni kos lainnya. Trio merasa tak enak hati jika tidak mengirimkan sesuatu ke rumah tetangga dan memberikan solusi tempat untuk bermalam yang nyaman.

"Kamu suka?" Trio akhirnya buka suara ketika Ify telah memakan sebuah sosis dan daging panggang buatannya.

"Hm..." jawab Ify hanya dengan gumaman, karena mulutnya masih sibuk mengunyah dengan tubuh yang berayun pelan di atas hammock.

"Kamu ke mana sebenarnya?" tanya lelaki itu, membuat Ify berhenti dengan aktivitasnya dan kini menatap Trio yang duduk di bibir tenda tanpa berkedip. "Sivia telepon aku terus karena khawatirin kamu."

Ify memutuskan untuk meletakkan piring wadah makannya ke paving blok. Matanya masih terus memandang Trio, seolah lelaki itu akan menghilang apabila Ify mengalihkan matanya walau hanya sedetik.

Keyakinan Ify mengenai keterlibatan Trio dalam rencana pernikahan Sivia yang kilat, serta kenyataan bahwa Alvin yang juga akan menikah menggunakan vendor pakaian pengantin yang sama dengan Sivia, membuat kemarahan itu kembali menyeruak di hatinya. Rupanya, makanan enak tidak lagi banyak membantu untuk memperbaiki mood Ify sekarang.

"Kamu... tahu soal Sivia yang akan menikah?"

Trio terlihat menghela napas. "Jawab dulu pertanyaanku, Ify." "Kamu juga tahu soal pernikahan Alvin dengan Iblis itu?"

"Iblis?" ulang Trio dengan alis berkerut. Semarah apa pun, Ify tidak pernah memberikan nama panggilan sekasar itu pada seseorang. Trio tahu bahwa diam-diam Ify menyebutnya dengan Bos Aneh saat di kantor ketika mengobrol dengan Ila dan memberikan julukan nenek sihir untuk Angel dari divisi Keuangan sebelum wanita itu dipindahkan. Tapi... iblis... apakah Ify sebenci itu pada perempuan yang sebentar lagi akan menjadi istri Alvin?

Marry Me If You Dare - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang