(31) Don't Talk About Him

9.3K 845 37
                                    

Unsur psikologi di cerita ini butuh masukan dari orang yang paham, apabila ada kesalahan, mohon maaf. Kritik dan sarannya bisa dikirim via private message ya man teman, thankyou ^∇^

Enjoy my story and happy reading!

Part 31 – Don't Talk About Him


Aku tahu....

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak memiliki jawaban pasti

Termasuk, perasaanku saat ini

Sivia yang sadar bahwa keluarga Shuwan merupakan orang yang bisa melakukan apa saja memilih untuk keluar ruang rawat Ify, memberikan kesempatan Dara dengan suami dan adik lelakinya itu memiliki quality time bersama si gadis pandablood.

Di depan pintu kamar yang tertutup, Sivia terus saja mondar-mandir sambil memukul pelan bibirnya. "Mulut nggak tahu diajarin, asal aja ceplas-ceplos, kalau Ify beneran dinikahin sama Bosnya yang punya kepribadian ganda gimana..? Kelar udah, kelar! Ify bakalan berurusan seumur hidup sama orang yang−"

Mata Sivia terbuka lebar, begitu juga dengan bibirnya yang tadi menggerutu.

"Hidup lo bener-bener rumit, Fy," gumam Sivia prihatin, ketika menyadari siapa sosok yang tengah berjalan sambil membawa sebuah bingkisan di tangannya ke arah tempat Sivia berdiri saat ini.

***

"Ify Axelle, kalau kamu nggak tinggal di rumah kami. Siapa yang memastikan kamu nggak bakal makan makanan jahat lagi..?" tanya Dara gemas yang menjurus pada pendakwaan. Ayam level lima itu tidak akan masuk ke perut Ify, jika bukan Ify sendiri yang mengizinkannya untuk masuk.

"Kak, aku cuma perlu istirahat dan jaga makanan, aku punya ibu kos yang bawel kok. Dan Ibunya Sivia juga sering bagi aku makanan, jadi−"

"Pilihannya hanya kamu tinggal di rumah kediaman Shuwan atau kamu ikut Trio ke Hongkong."

"Lho..?" Ify speechless. Kenapa aku harus ikut ke Hongkong?

"Kak, Ify berhak memilih−"

"Dan aku sedang memberikan Ify pilihan," sela Dara langsung pada ucapan Trio.

Ify menghela napas gusar. Kalau adik kandungnya saja Dara tentang habis-habisan, apalagi Ify yang hanya bergolongan darah sama.

"Aku cancel semua jadwalku sampai lusa."

"Apa!?" Dara berdiri dari kursi yang dia duduki sambil menuding wajah Trio. "Jangan gila Trio! Sejak Papa kritis sampai meninggal, harga saham semua anak perusahaan Shuwan Grup turun. Mau sampai kapan kamu menunda urusan penggantian posisi Presiden Direktur!?"

Ify melihat Harry kini tengah mengusap-usap bahu Dara sembari membisikkan sesuatu yang sepertinya mampu memberikan aura positif, terlihat bahwa beberapa detik setelahnya Dara seperti orang yang kembali kesadarannya. Dia sempat menoleh sekilas ke arah Ify dan meminta Trio untuk keluar bersamanya agar dapat bicara empat mata. Namun, hal itu urung dilakukan ketika pintu kamar rawat Ify terbuka dan masuklah seseorang.

"Alvin..?" gumam Ify yang ragu pada apa yang kini tengah dilihatnya. Tuhan, kenapa Alvin harus datang sekarang sih?

Alvin sepertinya menyadari situasi canggung ini. Jika Ify saja terkejut dengan kehadirannya dan bahkan terlihat tidak nyaman, itu artinya, orang lain yang berada di ruangan ini juga merasakan hal yang serupa.

Orang yang pertama kali menyadari bahwa Ify butuh waktu pribadi dengan penjenguknya itu memilih untuk buka suara.

"Fy, aku dan Dara keluar dulu. Setengah jam lagi, kita kembali, ya." Harry tersenyum, berharap Ify mengerti bahwa Harry hanya mampu menahan Dara selama tiga puluh menit untuk tidak mengacaukan urusan Ify dengan Alvin.

Marry Me If You Dare - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang