10. Kacung

1.6K 164 1
                                    

Mila baru akan membuka pintu kafenya berniat keluar tapi lebih dulu pintu terbuka dari luar. Mila kaget ngeliat Kevin ada di depannya sekarang.

"Mau kemana lo?" tanya Kevin.

Mila mendesis sebal karena laki-laki di depannya kepo. Mila mendorong Kevin agar minggir tapi Kevin menolak, badannya tetap tidak menggeser sedikitpun.

Mila menghentak-hentakkan kakinya,"minggir ah, buru-buru nih."

Kevin malah merentangkan tangannya agar Mila tidak bisa keluar.

Mila menatap sebal Kevin yang memasang tampang sok cakepnya.

"Ga usah kepo deh," ucap Mila sambil melipat tangannya.

"Jelas kepo, gue butuh elo soalnya," jawab Kevin santai.

Mila mengerutkan keningnya bingung,"butuh gue?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

.

.

.

Mila berjalan di belakang Kevin sambil menggerutu, sumpah serapah dan kalimat kotor sudah ia ucapkan beberapa kali. Kevin tampak tidak peduli, dia terus berjalan masuk ke dalam ruangan yang diarahkan oleh resepsionis di depan.

Kevin akan bertemu dengan orang yang akan bekerjasama dengannya.

Kevin bersalaman dengan laki-laki yang dipanggilnya Vincent, keduanya tampak akrab. Mila mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Dari interior ruangan tersebut bisa Mila nilai bahwa pemilik kantor ini benar-benar punya selera tinggi tapi simple.

Tidak banyak hiasan yang terpasang, hanya ada satu lukisan abstrak panjang. Meja panjang dengan sofa warna abu hitam, maskulin banget.

Kevin memperkenalkan Mila dengan Vincent. Dengan kampretnya, Kevin memperkenalkan Mila sebagai asistennya.

Ya kalau dilihat emang bener Mila tampak seperti kacungnya, bawain tas punya Kevin.

"Mil, laptop," perintah Kevin pada Mila untuk mengambilkan laptop di dalam tas yang dibawa Mila, kacung beneran ini.

Meski dongkol, Mila tetap patuh. Dia ga mau nekat untuk teriak atau ngebentak Kevin di sini, malu.

. .

Sekarang giliran Kevin yang pasang wajah cemberutnya. Selesai bertemu Vincent, sekarang giliran Kevin jadi kacung Mila, nemenin belanja dekorasi untuk kafenya.

"Selera lo jelek amat," ejek Kevin saat Mila meletakkan 3 vas kaca bening yang tingginya sekitar 15cm.

"Ga usah cerewet," ketus Mila.

Kevin mendengus sebal, memilih mengedarkan pandangannya dan melihat ada gambar besar. Kevin mendekat ke arah tempat yang terdapat banyak gambar untuk pajangan dinding.

Mata Kevin tampak tertarik dengan gambar kamera menggantung yang berwarna hitam putih. Sesuai hobinya.

"Bagus," Kevin bisa dengar Mila memuji gambar yang dilihatnya.

"Yuk kesana," ajak Mila sambil menarik tangan Kevin, Kevin masih sedikit tidak rela meninggalkan tempat itu, dia masih ingin melihat gambar-gambar lainnya. Lumayan buat pajangan di kantor atau kamarnya.

Tapi si Mila ga peduli, dia terus menarik Kevin yang terlihat enggan.

Mila kemudian memasukkan beberapa bantal sofa bermotif cupcakes dan garis warna warni.

"Udah?" tanya Kevin lesu.

Mila hanya menatapnya.

. .

move onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang