Chapter 5

7.4K 645 15
                                    

"Ya, Tuhan... Ya Tuhan...bagaimana ini...??" tubuh Roselyn gemetar setelah menutup panggilan dari Tuan Raul.

Kedua kakinya terasa lemas membuatnya duduk berselonjor menyandarkan diri pada lemari loker pegawai cafe InTro. Kedua tangannya memegangi keningnya yang mendadak berdenyut.

Rasa panas menusuk mulai terasa di kedua matanya. Satu isakan lolos namun Roselyn masih mencoba untuk menahan laju air matanya.

Ini keputusannya sendiri. Menandatangani kontrak kerja siang tadi dan mengiyakan panggilan Raul untuk datang saat ini juga ke Excluse karena ada pelanggan khusus yang akan menggunakan pelayanannya malam ini. Itu semua ia sendiri yang memutuskan. Jadi tak ada gunanya lagi menyesali keputusannya.

Mela sudah pulang tadi saat Roselyn ke kamar mandi. Tak ada teman tempatnya bercerita untuk mengurangi kepanikannya saat ini. Roselyn kembali merasa sendirian.

Roselyn akhirnya berdiri, menuju wastafel untuk mencuci muka dan bersikat gigi dengan sikat dan pasta gigi yang selalu ada dalam lokernya. Di cermin ia melihat pantulan bayangan wajahnya yang terlihat pucat karena panik meskipun ia sudah mencuci wajah.

Apa perlu ia mandi..? Ah iya..mandi..setidaknya itu bisa mengulur waktu penyerahan dirinya.

Hhhh...Roselyn hampir tersedak tawa getir dengan kalimatnya sendiri. Penyerahan diri...seperti eksekusi hukuman mati bagi dirinya.

Oke,,,positif thinking...semoga tamu Tuan Raul hanya menginginkan dirinya untuk menemani minum. Semoga...

Roselyn mengusap wajahnya dengan tangan gemetar. Mencoba mengurai kegugupan yang kini dia rasakan.

Setelah mandi Roselyn menyapukan bedak dan lipsgloss berwarna khas remaja agar penampilannya nampak lebih segar.

Bergegas keluar cafe dan memacu motornya ke arah Excluse Club n Pub. Semoga Tuan Raul tidak marah dirinya menghabiskan waktu hampir satu jam untuk bersiap-siap dan perjalanan dari cafe ke club.

Di lobi ia memperkenalkan diri pada penjaga buku tamu yang langsung memberinya kartu identitas yang harus ia tunjukkan tiap kali datang ke klub untuk hari-hari selanjutnya. Seorang pria pegawai klub membawanya ke lorong khusus pegawai yang tadi siang ia lewati untuk menuju sebuah ruangan seperti ruang ganti. Pegawai pria tadi menyerahkan sebuah bungkusan plastik berisi pakaian sewarna dengan yang pria itu pakai.

Pria itu menunjukan sebuah bilik khusus ganti baju yang berjajar di sekeliling ruangan luas tersebut.

Roselyn mengangguk mengerti saat pria tadi mengatakan akan menunggunya di pintu masuk lorong tadi.

Roselyn hampir tak sanggup keluar dari bilik ganti menyadari pakaian model apa yang ia kenakan malam ini. Blus ketat berwarna putih dengan rok mini yang tak kalah ketat memeluk tubuh dan sebagian pahanya. Kakinya yang jenjang terbungkus stocking putih dan sepatu berhak tinggi juga ia kenakan. Setelah menguncir kuda rambutnya, Roselyn langsung setengah berlari mendatangi pria tadi untuk dibawa ke tempat tamu Tuan Raul berada.

"Kamu tidak berdandan dulu?" tanya Mas Icang pegawai Tuan Raul yang sedari tadi mengantarnya.

Roselyn mengerjap bingung dengan pertanyaan Mas Icang. Namun akhirnya ia tau maksud pria ini. Tiga orang gadis juga tengah berdiri di dekat pintu masuk lorong. Penampilan mereka hampir sama dengan Roselyn bedanya mereka berdandan total layaknya model iklan kosmetik berjalan. Tubuh mereka menguarkan wangi parfum mahal yang sering Roselyn cium saat Mela mengajaknya jalan ke Mall. Roselyn hampir down dengan penampilannya. Ia hanya sempat menyemprotkan parfum remaja yang banyak dijual di swalayan pinggir jalan.

"Nggak sempat, mas..Rose tadi juga pulang kerja, cepet-cepetan kesininya."jawab Roselyn gugup dan mas Icang mengangguk paham sambil mengantar mereka semua ke sebuah bilik kaca bertuliskan VVIP.

Dalam Dekapan Sang MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang