Chapter 12

6.6K 670 15
                                    

Yang masih kesel ama si Rafael di part sebelumnya. Yuk dilanjut di mari keselnya. Masih banyak typo dan mohon maaf bila ada feel dan pilihan kata yg kurang pas. Ditunggu komen buat nyolekin kritikan biar penulis bisa belajar lagi.
Happy reading 😊😊
****

"Apa yang terjadi, Rose..?" sambut Mela begitu tiba di depan kamar kosnya. Roselyn yang sudah menunggu hampir 3 jam di depan pintu kamar kos Mela langsung berdiri dan menghambur ke pelukan Mela. Entah mengapa dirinya sangat cengeng hari ini. Dirinya hanya ingin menangis di pelukan sahabatnya saat ini.

"Cup..cup, udah, Rose..kita masuk dulu,yuk.." ajak Mela setelah membuka pintu kamarnya.
"Maaf tadi gue nggak bisa ninggalin cafe. Rame soalnya. Biasa malam minggu. Kamu kan juga nggak masuk tadi. Makanya gue suruh elo langsung kemari. Nih, minum dulu."

Roselyn langsung meneguk segelas air dingin yang disodorkan Mela. Hatinya agak lega setelah menangis tadi. Apalagi dia yakin dia akan aman bersama Mela. Beruntung ia belum sempat mengenalkan Rafael kepada Mela secara langsung. Jadi Roselyn yakin Rafael tidak akan bisa menemukannya di sini

"Boleh gue nginep di sini beberapa hari, Mel?" tanya Roselyn setelah minum.

"Emang rumah lo kenapa, Ros..?" Mela balik tanya.

"Rumah gue nggak kenapa-kenapa,sih. Tapi gue lagi ngehindarin seseorang. Dia udah tau rumah gue jadi gue mau pastiin dulu dia nyari gue atau nggak. Kalau nggak gue bakal balik ke rumah."

"Siapa yang elo maksud? Tuan Raul mantan bos lo di klub? Dasar ya tuh orang.. Orang udah pengen keluar masih aja dicariin. Tenang aja, Rose..lo di sini aja. Gue nggak bakal biarin tuh orang nyeret elo kerja begituan lagi" Mela terlihat geram.

"Kok jadi Tuan Raul, sih. Dia baik lho, Mel. Dia nggak pernah maksa buat gue kerja begituan. Buktinya dia nggak nyari gue padahal gue udah nggak pernah ke tempatnya sama sekali sejak malam itu." bela Roselyn.
"Gue lagi ngehindarin Rafael."

"Rafael?"

"Ituu..cowok yang booking gue malam itu. Kayaknya gue jatuh cinta sama dia." jawab Roselyn pelan. Diceritakanlah semua yang ia dengar dari percakapan Rafael dan daddynya tadi.
"Gue nggak mau kalo dia nikahin gue hanya gara-gara gue hamil. Dan gue juga nggak bakal siap kalo dia bilang ke gue kalo dia nggak bakal ngehubungin gue lagi karena gue nggak hamil nantinya padahal hati gue udah terlanjur cinta sama dia. Lebih baik gue yang pergi sekarang. Jadi dia nggak perlu lagi mikirin tanggung jawab ke gue lagi."

"Tapi gimana kalo elo beneran hamil, Rose? Nggak mungkin kan elo besarin anak lo sendirian"

"Gue bakal ngerawat dia sendirian, Mel. Gue pasti bisa. Masalah gimana nanti gue bakal pikirin kalo gue beneran hamil nanti. Untuk sekarang gue mau hidup tenang tanpa Rafael selama gue ujian. Nanti setelah ujian dan pastiin Rafael nggak nyari gue, gue bakal pulang kok." tukas Roselyn.

"Oke, gue lapor ke ibu kos dulu,ya." Roselyn mengangguk dan merebahkan diri ke ranjang.

Setidaknya selama 3hari ini ia hanya ingin tinggal bersama Mela. Uang yang dulu diberikan Rafael masih banyak. Apalagi gaji dari cafe bulan ini sudah ia ambil kemarin. Cukuplah sekedar bayar kos beberapa hari sama uang makan.

"Lo bisa tinggal di sini, Rose. Masalah pembayaran nanti ibu kos mau bicara sendiri sama lo. " lapor Mela setelah bertemu ibu kosnya tadi.

"Makasih, ya Mel.." ucap Roselyn sebelum matanya tertutup karena kantuk yang amat sangat.

****

Rafael meneguk minumannya sekali lagi sebelum meletakkan kepalanya ke sandaran sofa klub Excluse milik Raul. Badannya terasa lelah sekali hari ini.

Dalam Dekapan Sang MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang