Chapter 20

9K 827 31
                                    

Selesai ketik langsung publish, maaf bila masih banyak typo. Colek-colek bila nemu yang kurang pas ya.. Biar Author tau dan bisa segera diperbaiki.. Happy reading 😊😊
*****

Rafael masih memandang heran Daddy nya yang tersenyum-senyum sendiri melihat layar ponsel.

Sepanjang rapat Daddy juga tidak terlihat konsen hingga Rafael yang mengambil alih jalannya rapat. Daddy hanya memandangnya sekilas dan menyetujui apapun yang Rafael putuskan waktu itu.

"Dad, what's going on?" tanyanya sebal merasa diacuhkan setelah semua karyawannya keluar dari ruang rapat dan Rafael menunggu sang Daddy menyadari bahwa Rafael masih disana.

"Oh..nothing, Raf.. " jawab Daddy sekilas lalu , kembali memandangi ponselnya dan tertawa sesekali, melihat apapun di sana yang nampaknya sangat menghibur pria tua itu.

Rafael beranjak untuk keluar dari ruangan meeting. Melirik sedikit ke arah ponsel Daddynya saat ia melewati belakang kursi Daddy. Ternyata daddy nya itu tengah menonton video seorang bayi yang tengah diajak bercanda oleh si perekam. Rafael tak bisa mengamati dengan jelas. Hanya terlihat bayi itu dipangku dan sibuk tergelak dan berceloteh.

Perasaan mengganjal menelusup ke dalam hati. Mami dan daddy nya pasti ingin sekali segera mempunyai cucu. Seandainya Roselyn hamil dan tidak menghilang saat ini. Mungkin keinginan mereka sudah terwujud. Dan mungkin bayi itu akan seperti yang ada dalam video itu.

Rafael memasuki ruang kerjanya. Saat hendak membuka laptopnya pintu ruangannya terbuka. Nampak Tuan Videl, daddynya berdiri di depan pintu.

"Oh ya, Raf. Handle semua urusan kantor. Daddy ingin pulang. " pamit Daddy nya dan langsung menutup pintu itu meninggalkan Rafael yang terbengong sendiri. Rafael menghendikkan bahu acuh.

Pekerjaan tak begitu banyak hari ini. Rafael tengah bersantai dan memandangi suasana kota dari jendela kantornya setelah menyelesaikan semua pekerjaannya tadi.

"Roselyn.." bisik Rafael lirih.

Seandainya ada yang bisa membawa kembali waktunya agar ia bisa terus bersama gadis itu ia rela menukarnya dengan semua yang ia miliki saat ini.

Pertama kalinya dalam hidup Rafael merasakan jatuh cinta. Pertama kalinya dalam hidup Rafael merindu. Dan pertama kalinya ia merasa setengah gila karenanya.

Ia membutuhkan minuman lagi malam nanti agar ia bisa tidur. Stok minuman di apartemen sudah disingkirkan semua oleh maminya saat terakhir kali beliau datang dua minggu yang lalu. Sepertinya ia harus ke tempat Raul malam ini.
****

Tuan Videl memeluk hangat tubuh gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Seharian tadi ia dan istrinya merasa sangat bahagia. Malaikat kecil bernama Michael Juan Videl telah meramaikan rumah besarnya dengan penuh gelak tawa. Menjelang sore hari ibu sang bayi harus membawa pergi kembali bayi itu karena belum ada ikatan resmi yang bisa menahan mereka tetap berada di sini.

"Tinggalah di sini, sayang. Biarkan kami bisa ikut merawat Michael.." bujuknya pada Roselyn yang kini tengah mengambil Michael dari istrinya.

Mami Rafael beranjak membujuk suaminya untuk menghormati semua keputusan Roselyn. Bagaimanapun Rafael dan Roselyn harus bersatu atas keinginan mereka sendiri. Mau tak mau sang Kakek dan Nenek harus menerima cara bertemu dengan cucunya yang seperti ini.

Roselyn pulang dari rumah besar tadi menuju klub Raul. Hatinya sangat gelisah. Bimbang dengan perasaannya. Seandainya ia ingin bertemu Rafael, masih maukah lelaki itu menemuinya. Apalagi sekarang ada Michael. Apakah Rafael mau menerima Michael?

Roselyn menidurkan Michael di tempat tidurnya yang ia tata agar menempel di dinding. Menata 2 kasur busa di 2 sisi bawah nya agar bila Michael terlalu banyak bergerak dan mulai merayap latihan merangkak dia tak sampai terluka.
*****

Dalam Dekapan Sang MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang