Maaf bila masih ada typo n feel yg kurang ngena di hati para pembaca
****
Rasanya Roselyn ingin melarikan diri saat Rafael membuka kamar suite class hotel bintang 5 yang disewa pria itu untuk mereka.Kamar yang teramat mewah bila hanya sekedar untuk transaksi tubuh beberapa jam saja. Roselyn merasa ironis. Di saat dirinya mati-matian mencari uang, hingga harus merelakan satu-satunya harta berharganya, pria ini seakan kesulitan menghabiskan uangnya.
Roselyn tak tahu akan dihargai berapa tubuhnya nanti yang pasti harga sewa kamar ini saja bisa lebih dari 4x lipat gaji nya di cafe.
Sebuah ruang duduk terlihat saat Roselyn masuk ke dalam kamar. Terdapat sekat yang ternyata memisahkan ruang duduk ini dari ruang tidur dan kamar mandi.
Roselyn mulai panik saat Rafael yang sudah masuk ke ruang tidur mulai melepaskan kancing kemejanya sendiri sambil terus memandang dirinya. Roselyn merasa perutnya melilit. Dilihatnya Rafael membiarkan kemejanya tergantung di badannya. Dada dan perutnya yang berotot tampak mengintip dari celah yang dua sisi kemeja yang sudah terbuka kancingnya itu.
Roselyn menunjuk pintu kamar mandi, dan sedikit menghembuskan nafas lega saat Rafael mengangguk.
Roselyn menghembuskan nafas di dalam kamar mandi yang luasnya bahkan lebih luas dari kamar tidur di rumahnya. Tangannya bertumpu di meja wastafel. Memandang pantulan wajahnya di cermin lebar di depannya. Tertawa getir menyaksikan wajahnya yang sepucat kertas. Beruntung warna lipstiknya sedikit memberikan warna di sana. Setelah menghitung dalam hati, Roselyn menguatkan diri untuk keluar dari kamar mandi dan menghadapi nasibnya.
"Hai..!!" sapa pria yang tadi membawa nya kemari.
"Oh, Hai...! balas Roselyn dengan suara tercekat.
Aduh siapa sih, namanya? Kebiasaan, deh kamu Ros pelupa kalo lagi panik seperti ini.
Pria itu mendekati Roselyn dengan perlahan. Seakan menikmati surutnya aliran darah dari wajah Roselyn. Roselyn sendiri menahan nafasnya untuk meredam kepanikannya. Dia mencoba tersenyum pada pria asing itu.
"Ternyata senyummu manis juga.." gumam pria itu begitu mendekati Roselyn masih dengan kemeja yang terbuka seluruh kancingnya. Tangannya terulur untuk menyentuh pundak Roselyn.
Dan entah bagaimana caranya Roselyn, tiba-tiba saja ia sudah melesat masuk ke dalam kamar mandi lagi. Terdengar suara kekehan geli dari pria tadi. Roselyn memegangi dadanya yang berdebar kencang.
Roselyn mencoba keluar dari kamar mandi itu dan langsung kembali masuk karena terkejut mendapati pria itu berdiri tepat di depan pintu. Tawa lelaki itu makin menggelegar.
"Maaf, saya mau cuci muka dan buang air kecil sebentar, Om.." teriak Roselyn dari celah pintu. Entah apa yang dikatakan pria itu dibalik pintu.
Dipandanginya sekali lagi cermin di depannya. Setelah membasuh mukanya, Roselyn bergumam "Ayo, Ros.. Cepat selesaikan ini dan kamu bisa dapatkan uang itu dan pulang dengan tenang.
Penuh tekad Roselyn keluar dari kamar mandi dan sekali lagi disambut oleh pria itu yang langsung meraih tubuhnya agar tak kembali kabur. Perut Roselyn bergolak hebat karena kegugupannya. Dan sekali lagi Roselyn mengangkat tangannya.
*****
"Apa lagi sekarang, Chiquita?" goda Rafael terkekeh.
Ya Tuhan, gadis ini lucu sekali. Rasanya menyenangkan melihat wajah cantiknya yang berubah warna dengan cepat. Kadang memucat, kadang bersemu kemerahan. Dia sudah kabur dari Rafael terhitung 3x sejak mereka memasuki kamar hotel ini. Dan gadis ini masih saja mengangkat tangannya untuk kembali masuk ke dalam kamar mandi sebagai bentuk perlindungannya. Apa sekalian mereka melakukannya di sana bila gadis ini sangat menyukai kamar mandi hotel ini dari pada ranjang besar dan nyaman di sana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Dekapan Sang Malaikat
Roman d'amourRoselyn tak pernah menyangka dirinya harus mencicipi kelamnya dunia yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Menjual tubuhnya pada laki-laki asing terpaksa ia lakukan karena tuntutan kebutuhan saat tak ada lagi tempatnya bersandar. Nasib pula yang m...