Tanah pemakaman itu masih basah saat Roselyn mendatanginya untuk kesekian kalinya dalam minggu ini. Hampir tiap hari bahkan lebih dari sekali dalam sehari ia mendatangi makam orang yang mencintainya sampai akhir hayatnya. Orang yang merupakan keluarganya satu-satunya dan kini meninggalkannya di dunia ini sendirian tanpa bekal apapun untuknya melanjutkan hidup.
"Mama.. Rose bingung, ma.. Tolong Roselyn, ma.." isak Roselyn.
Hampir satu jam ia duduk bersimpuh menyandarkan kepalanya ke nisan yang bertuliskan nama sang mama. Tanah lembab yang mengotori rok seragamnya tak ia hiraukan. Dirinya lebih butuh menyandarkan dan membebaskan dirinya dari semua beban yang harus ia tanggung semenjak kepergian mamanya daripada merisaukan noda pekat yang menempel di pakaiannya sekarang.
Lelah menangis seorang diri Roselyn pun akhirnya beranjak untuk pulang. Satu-satunya harta yang tersisa dan beruntung tak berpindah tangan hanyalah rumah sederhana di pinggir jalan raya tak jauh dari sekolahnya. Rumah kecil itu kini terasa luas karena memang perabotan yang tersisa hanyalah satu ranjang dan satu lemari di dalam kamarnya dan beberapa peralatan masak dan peralatan makan di dapur. Sedangkan perabotan lainnya sudah ludes ia jual untuk melunasi hutang mamanya semasa hidupnya termasuk perhiasan dan benda-benda berharga milik mamanya. Bila saja ibunya dulu orang yang boros dan berani mengambil hutang besar di bank mungkin rumah ini sudah berpindah pemilik. Beruntung ibunya orang yang sederhana. Hutang-hutangnya dulu saja sudah cukup besar hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan uang sekolahnya yang mahal meskipun Roselyn sudah mendapat beasiswa.
Setelah mandi dan berganti pakaian, lalu makan siang yang terlambat dengan mie instan yang kini mulai menjadi menu favoritnya karena bisa memuaskan seleranya merasakan aneka macam masakan mahal di tiap variannya dengan harga terjangkau. Roselyn menilik sekali lagi kalender meja yang penuh dengan catatan kecil untuk menandai hari-hari penting, termasuk hari batas akhir pelunasan pembayaran sebelum ujian akhir sekolahnya berlangsung.
Roselyn menghela nafas berat. Dimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu kurang dari dua minggu dari sekarang? Tak ada lagi barang di rumahnya yang bisa ia jual untuk mendapatkan uang dengan cepat. Bahkan handphone butut yang kini dipakainya agar bisa dihubungi oleh teman dan bos kafe tempat ia bekerja paruh waktu jika dijual harganya hanya cukup untuk membeli dua kardus mie instan rasa ayam bawang kesukaannya.
"Kalau kamu tak bisa melunasinya sebelum ujian, kamu terpaksa tidak diijinkan ikut ujian akhir dan secara otomatis kamu tidak lulus. Ini sekolah swasta, Roselyn. Jatah beasiswa kamu juga sudah habis sejak semester akhir kelas 11 kemarin. Jadi jika kamu ingin lulus dan memiliki ijazah kamu harus bayar tunggakan uang sekolahmu. Kami tunggu sampai seminggu sebelum ujian akhir dilaksanakan.
***
Jam dinding menunjukkan pukul 14.30. Setengah jam lagi ia harus sudah siap untuk melayani pengunjung cafe di kawasan perkantoran yang selalu ramai saat istirahat siang maupun selepas jam kerja kantor. Memakai kaos berlogo nama cafenya CAFE InTrO dan memakai celemek berkantung untuk membawa buku pesanan dan pulpen, Roselyn memandang cermin kecil di pintu lokernya sebelum memastikan dirinya siap menghadapi tamu dengan senyuman ramah yang sudah ia latih hampir 3minggu ini.
"Semangat Roselyn..!!" gumam Roselyn menyemangati dirinya sendiri.
Roselyn mulai bekerja di Cafe ini seminggu setelah mamanya meninggal dan ia sadar dirinya sebatang kara di dunia ini. Uang santunan dari jasa raharja atas kecelakaan yang menimpa mamanya juga mulai menipis untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhannya. Beruntung saat mencari pekerjaan part time yang bisa ia kerjakan sepulang sekolah ada teman sekelasnya yang menawarinya pekerjaan sebagai pramusaji di cafe.
"Hai, Ros.." sapa Mela teman sekelas sekaligus teman kerjanya sore ini. Dia lah yang membantunya mendapatkan pekerjaan ini.
"Hai, Mel.." balas Roselyn.
![](https://img.wattpad.com/cover/103530632-288-k424751.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Dekapan Sang Malaikat
Roman d'amourRoselyn tak pernah menyangka dirinya harus mencicipi kelamnya dunia yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Menjual tubuhnya pada laki-laki asing terpaksa ia lakukan karena tuntutan kebutuhan saat tak ada lagi tempatnya bersandar. Nasib pula yang m...