Chapter 16

6.9K 715 41
                                    

Sebelum baca boleh minta vote nya? Aq kasih bonus fotonya Rafael shirtless deeh di next chapter.. Jangan lupa komen n colekin kalo nemu typo juga yaa..maaf kalo ada feel yg kurang pas di hati..happy reading 😊😊
***

Roselyn memandang cemas Mela yang kini ada di dalam kamarnya. Tuan Raul sendiri yang mengantar sahabatnya ini menuju kamar. Wajah Mela yang tak mencoba menutupi rasa kesalnya tiap kali melihat Raul sedikit menarik perhatian Roselyn. Namun bukan itu yang Roselyn khawatirkan. Juga bukan tentang ketidaksetujuan Mela dengan kenyataan bahwa Roselyn lebih memilih bersembunyi di sini. Dirinya lebih mengkhawatirkan bila Mela tak sengaja bertemu Rafael dan memberitahukan keberadaannya. Apalagi Mela pasti sangat menginginkan Roselyn keluar dari tempat ini.

"Sudah sana pergi, saya mau ngobrol berdua dengan Roselyn..!!" bentak Mela kepada Raul yang ternyata masih berdiri bersandar di depan pintu kamar Roselyn.

Raul tak membalas bentakan Mela. Pria itu malah mendekati Roselyn sambil mengelus lembut perut buncit Roselyn. Roselyn hanya tersenyum dengan kebiasaan baru Raul. Yang biasanya disertai ledekan tiap kali mengelusnya " Ada titipan buat daddy mu, bumpy?" dan si janin akan menendang sekali menanggapainya.

"Aauuww" Raul mengaduh karena Mela mencubit dengan gemas tangan Raul yang belum sempat menyentuh Roselyn.

"Dasar laki-laki hidung belang. Roselyn bukan pacar anda, jadi jangan coba-coba cari kesempatan buat pegang-pegang dia." omel Mela yang masih belum melepaskan cubitannya. Raul menatap tajam Mela sambil menahan sakit.
" Apa? Alasan mau elus perutnya? Apalagi itu..anda kan bukan bapaknya si bayi" Mela masih melanjutkan omelannya dan balas melotot pada Raul.

Raul meringis merasakan panasnya cubitan gadis kecil ini pada lengannya. Jemari kecil ini sakit juga ternyata kalau mencubit.

"Oke, Rose..saya ke club dulu. Kalau kamu takut lewat ke club buat nganter pulang teman kamu ini. Kamu boleh ajak dia nginap malam ini di sini. Besok pagi dia harus sudah pulang." Roselyn mengangguk dan menutup pintu setelah Raul berlalu menuju club nya.

Saat berbalik Roselyn mendapati Mela yang memandang heran juga masih ada sisa kemarahan di sana.

"Jadi ini tempat yang lo bilang aman?" sembur Mela seketika.

"Demi Tuhan ini club malam, Rose. Mana ada tempat seperti ini aman buat ibu hamil kayak elo?"

Roselyn merebahkan diri bersandar di tembok tepi ranjangnya. Sesekali mengelus perutnya. "Tapi memang tempat ini yang paling aman buat gue, Mel. Gue bisa tetap kerja, bisa punya tempat tinggal sementara tanpa bingung uang sewa dan ini tempat terakhir yang bakal dicurigain Rafael." jelas Roselyn.

Mela menghela nafas mendengarnya. "Tapi elo ada di tempat yang sama dengan orang jahat itu. Dia pemilik club ini, yang memperkerjakan gadis-gadis buat muasin pelanggan dia. Yang bikin elo kayak gini, Rose. Gue nggak mau elo dimanfaatin lagi"

"Tuan Raul nggak seperti itu, Mel. Dia baik kok. Dia nggak pernah maksa gadis-gadis itu buat kerja kayak gitu. Kalaupun akhirnya mereka kerja kayak gitu itu karena kemauan mereka sendiri. Macam gue dulu. Gue yang mau sendiri kerja pada Tuan Raul. Dia juga udah mencoba ngelarang gue. Tapi gue butuh banget saat itu." bela Roselyn.

"Tapi tetap aja lo harus waspada. Lo nggak liat tadi dia coba-coba buat nyentuh elo. Pacar bukan, suami bukan, bapaknya si bayi juga bukan." Mela masih bersungut-sungut tentang Raul.

Di mata Mela, Raul tak ubahnya dengan lelaki hidung belang yang merangkap menjadi pemilik club dan pemasok gadis-gadis penghibur yang suka menjebak gadis-gadis polos seperti Roselyn untuk menjadi anak buahnya. Lelaki yang sudah menghancurkan hidup sahabatnya. Tapi kenapa sahabatnya malah membela orang itu. Entahlah, apa Raul memang sebaik itu.

Dalam Dekapan Sang MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang