Chapter 3

7.4K 695 28
                                    

Jangan lupa Vote ya.. 😘

Bangunan itu tampak lengang tertutup rapat. Neon Box bertuliskan Excluse Club & Pub juga tak menyala. Sign close juga terpampang di pintu kaca berwarna gelap di depan tempat Roselyn berdiri saat ini.

Roselyn melihat jam tangannya, jam 13.30... Sepulang sekolah tadi ia absen tidak ke makam mamanya karena mengejar waktu untuk bisa interview dengan pemilik klub ini atas petunjuk dari mbak Dytha yang memberikannya kartu nama untuk jalan masuk mendapatkan uang banyak yang dijanjikan. Di tangannya sebuah map berisi biodata diri siapa tau nanti akan diperlukan.

Roselyn menempelkan wajahnya ke pintu kaca tersebut untuk mengintip bagian dalam klub. Seorang laki-laki muda nampak di dalam sedang membersihkan ruangan itu.

Roselyn mengetuk pintu kaca tersebut untuk memanggil siapapun yang ada di dalam tadi.

Pintu kaca gelap itu akhirnya terbuka, seorang pria yang berumur tak jauh dengan dirinya nampak memandang heran Roselyn.

"Ada yang bisa dibantu, kak?" tanya lelaki itu.

Roselyn berdeham untuk mengumpulkan suaranya. " Saya ingin bertemu dengan Tuan Raul Bernandi untuk interview," jawab Roselyn tegas.

Lelaki itu nampak sedikit memindai penampilan Roselyn yang sederhana lalu membuka lebih lebar pintu kaca tadi dan mempersilahkan Roseyn untuk masuk ke dalam.

"Mari ikut saya.."

Roselyn mengekor lelaki kurus tadi untuk masuk ke bagian dalam gedung. Bangunan yang tadi dari luar nampak biasa, ternyata di dalamnya sangat luas dan mewah.

Begitu masuk pintu kaca di luar terdapat ruangan seperti lobi. Sebuah pintu lagi sepertinya satu-satunya akses masuk ke ruangan yang lebih luas. Di dalamnya terdapat bar lengkap dengan bangku-bangku tinggi dan jejeran botol dengan berbagai warna dan jenis minuman yang Roselyn tak pernah lihat sebelumnya. Terdapat juga kursi dan meja yang tertata seperti cafe- cafe pada umumnya dan beberapa pintu kaca yang bertuliskan VIP/ VVIP PRIVATE ROOM lengkap dengan angka sesuai jumlah pintu tersebut.
Space yang cukup luas dan dihiasi panggung yang cukup menarik bentuknya dengan lampu-lampu yang nampaknya akan meriah bila dinyalakan juga menarik perhatian Roselyn saat melewatinya.

Entah bagaimana tadi rutenya yang jelas Roselyn dibawa oleh lelaki tadi menuju sebuah lorong yang nampaknya hanya pegawai klub itu yang bisa keluar masuk di dalamnya dan berakhir ke sebuah bangunan lagi yang lebih besar dari bangunan yang nampak dari luar tadi.

Sebuah bangunan 3 lantai yang bagian bawahnya terdapat banyak pintu dan nampaknya adalah kamar-kamar berpenghuni karena banyak barang yang menunjukkan aktifitas manusia pada umumnya. Seperti layaknya bangunan kamar sewa kos-kosan yang banyak tersebar di kota ini

Sedang dua lantai di atasnya dihubungkan dengan tangga besi yang terdapat di samping bangunan hanya berupa jendela-jendela dan balkon di lantai ketiga.

Lelaki tadi mengajak Roselyn untuk naik ke tangga tadi dan memasuki ruangan yang lebih mewah namun menyerupai sebuah rumah pribadi seseorang.

"Kakak tunggu di sini, saya panggil Tuan Raul dulu. Kalau boleh tau siapa nama kakak dan siapa yang mengajak Kakak?" tanya Lelaki tadi yang baru Roselyn tahu namanya adalah Erdi dari tulisan yang terbordir di kaus seragam yang dipakainya

"Mbak Listia dan Dytha... Nama saya Roselyn" jawab Roselyn.

Erdi masuk ke dalam dan tak lama Roselyn dipanggil untuk masuk ke dalam sebuah ruangan seperti kantor sang pemilik klub eksklusif ini.

Seorang pria berusia sekitar awal 30an dengan wajah yang bisa membuat wanita menahan nafas mengagumi rahangnya yang kokoh dan bercambang halus, duduk di sana. Matanya tajam penuh antusiasme dan penuh spekulasi.

Dalam Dekapan Sang MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang