Chapter 9

6.7K 653 27
                                    

Happy reading..typo banyak banget..colekin ya..maaf kalo ada yg kurang berkenan atau feel yg kurang ngena..😘😘
******

"Rose..lo hutang cerita ama gue." kejar Mela sepulang sekolah dan menangkap lengan Roselyn.

Roselyn yang hampir keluar dari pintu kelas terhenti langkahnya. Matanya sibuk menatapi teman-temannya yang melewati Roselyn dan Mela.

"Gue belum siap, Mel. Sorry.." bisik Roselyn mengangkat bahu dan menggigit bibirnya. Matanya masih mengawasi pergerakan para murid yang pulang sekolah.

Mela masih mencekal lengannya. Roselyn pun tak berniat melepaskannya.
" Memang harus perlu persiapan,ya.. Buat cerita darimana lo bisa dapat uang sebanyak itu dalam waktu singkat?" cecar Mela.

" Yaa begitulah.. Gue cuma takut.." gumam Roselyn.

"Takut? Takut kenapa? Lo ngerampok? Nyolong? Kenapa mesti takuut?" tukas Mela saat melihat Roselyn menggeleng untuk menjawab semua pertanyaannya.

"Gue takut elo ngejauhin gue.." jawab Roselyn pelan.

"Ntar malam gue ke rumah elo..mumpung kita berdua libur. Gue nginep deh. Biar lo bisa cerita sampe tuntas. Jangan ngebantah kalo elo nggak mau gue ngejauhin elo bahkan sebelum lo cerita apa-apa. Jam tujuh. Nggak usah nyiapin apa-apa. Biar gue yang bungkusin makan malam buat kita berdua" cerocos Mela sambil menodongkan telunjuknya untuk memberi peringatan pada Roselyn yang mencoba memotong kata-katanya.

Roselyn mau tak mau tersenyum. Sahabatnya ini kalau sudah punya kemauan nggak bakal bisa dihentikan.

"Baiklah..gue bakal cerita semuanya ntar malam. Setelah itu gue pasrah kalo akhirnya elo milih buat ngejauhin gue. Nggak mau lagi kenal ama gue." jawab Roselyn disambut tepukan di pundaknya.

"Lihat nanti lah. Separah apa cerita lo nanti. Yang jelas gue nggak suka sahabat baik yang gue anggep dah kayak saudara nyimpen rahasia ke gue. Kita kan selalu terbuka. Rasanya nggak nyaman aja kalo gue harus nebak-nebak apa yang bikin lo sedih lagi setelah kepergian mama." tukas Mela yang langsung menarik lengan Roselyn untuk pulang.

****

"Aahh, Raf.. Iyaa, Raf..teruss, sayaang..ooh.."

"Aarrghh..Rose..." desahan dan erangan kepuasan bersahutan di sebuah kamar hotel. Hari masih siang. Namun nampaknya si penghuni kamar sedang mencuri waktu untuk memuaskan nafsu di tengah hiruk pikuk kesibukan mereka.

Si pria yang tak lain adalah Rafael setelah melepas pengaman yang terisi cairannya langsung menyambar celananya dan membawanya ke kamar mandi untuk membersihkan diri begitu selesai. Si wanita yang nampak cemberut tak dihiraukannya.

"Siapa Rose itu, Raf...?" tanya si wanita begitu melihat Rafael keluar dari kamar mandi dan mulai mengenakan pakaiannya.

"Rose? Kamu kenal Roselyn?" Rafael balik bertanya heran. Kenapa tiba-tiba wanita ini bertanya tentang Roselyn.

" Jangan bilang kalau kamu nyebut nama dia tadi tanpa sadar." gerutu si wanita.

"Memangnya aku nyebut nama Rose tadi?" sahut Rafael. Si wanita memutar bola matanya.

Rafael tersenyum sendiri. Matanya menerawang karena tiba-tiba teringat sosok Roselyn. Gadis kecil itu pasti sekarang sudah pulang sekolah. Apalagi ini hari Sabtu.

"Huh..mana Rafael yang terkenal cuek sama cewek selain ngajak quickie dan One night stand. Sekarang malah senyum-senyum nggak jelas setelah nyebut Rose." suara gerutuan partner seksnya tadi mengembalikan perhatian Rafael.

"Hehehe, sorry, Tia. Gue nggak sadar tadi. Entahlah mungkin gue lagi penasaran aja ama tuh cewek." jawab Rafael santai.

" Hmm..apa aku harus kecewa nih? Kayaknya Tuan Rafael udah keisi hatinya." goda wanita yang bernama Tia tadi. Rafael masih tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dalam Dekapan Sang MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang