Chapter 18

7.6K 711 57
                                    

Typo bertebaran..buat vote dan komennya thanks lot..happy reading all😊😊
***
Rafael menyandarkan dahinya ke stir mobilnya. Mencoba berhitung dalam hati, sudah berapa kali ia berada di sini tanpa tahu harus melakukan apa lagi.

Menghembuskan nafas pendek lalu menoleh sekali lagi ke arah rumah Roselyn yang nampak masih dihuni orang lain. Orang yang juga tak tahu menahu keberadaan Roselyn. Karena mereka mengaku bukan Roselyn yang mengurusi kontrak rumah tersebut dengan mereka.

Rafael meyalakan mobilnya dan berangkat ke kantor. Kembali bekerja hingga badan dan otaknya lelah. Setidaknya saat ia bekerja pikirannya tak terpaku pada Roselyn. Ia banyak memilih lembur sendirian. Wildan yang awalnya sering membantunya kini sering ia minta pulang lebih dahulu. Ia ingin benar-benar menghapus pikirannya dari nama Roselyn. Namun dia tak pernah mampu melakukannya. Seakan masih ada hal yang menautkan mereka berdua. Membuatnya tak bisa melepas perasaan ingin segera bertemu. Bayangan Roselyn bukannya terlupa malah makin menarik lebih dalam Rafael ke jurang kerinduan.

Pesan singkat dulu Roselyn di ponselnya tak pernah Rafael hapus. Entah sudah berapa kali ia baca ulang untuk memastikan bahwa Roselyn adalah sosok nyata yang pernah hadir dalam kehidupannya. Bukan hanya sosok bayangan rekaannya semata. Karena merasakan sulitnya menemukan gadis itu terkadang membuat Rafael merasa bahwa Roselyn tidaklah nyata ada di dunia.

****
Roselyn memandangi wajah bayinya yang tertidur setelah selesai minum ASI. Dalam angan Roselyn tak pernah sekalipun menginginkan kehidupan yang seperti ini. Menyerahkan kehormatannya kepada lelaki yang bukan suaminya. Hamil dan melahirkan bayi pria itu masih tanpa status di antara mereka di usianya yang baru 19tahun.

Namun Roselyn tak menganggap bayinya adalah kesalahan. Ia sangat menyayangi Michael Juan, putranya. Wajah nya yang terlihat kebulean. Menegaskan siapa ayah sang bayi.

Mela yang pertama kali menggendongnya saat Roselyn baru keluar dari ruang operasi bahkan dengan antusias mengatakan wajah Michael tak bisa membohongi siapapun. Siapapun yang mengenal Rafael dan melihat Michael pasti akan tau ia adalah putra Rafael. Raul pun mengiyakan.

Lamunan Roselyn terinterupsi dengan geliatan putranya. Roselyn menepuk-nepuk pelan buntalan empuk di gendongannya ini seraya menyenandungkan lullaby pengantar tidur. Sesekali diciuminya wangi bayinya dari puncak kepala dan leher Micahel.

Roselyn melihat Raul turun dari lantai atas. Melambaikan tangan ke arahnya dan Michael.

"Selamat sore, Rose.. Hallo Michael.." sapa Raul yang menyempatkan diri mendekati tempat Rose duduk.

Bayi kecil itu menggeliat sekali lagi sebelum mendengus lucu dan meneruskan tidurnya.
Raul mencubit lembut pipinya yang chubby.

"Dasar tukang tidur.. Bagaimana kabarmu hari ini? Aku dengar kamu sudah mulai bekerja lagi. Kamu harus banyak istirahat. Aku tidak ingin kamu sakit. Michael juga masih butuh perhatian darimu." ujar Raul kepada Roselyn.

"Saya nggak bisa kalau hanya menerima uang tanpa bekerja. Lagipula teman-teman membagi pekerjaan yang ringan, Tuan." jawab Roselyn.

"Tolong berikan ini kepada Rafael, ini yang terakhir. Uang yang hasil sewa rumah kemarin yang aku simpan untuk persiapan persalinan ternyata tidak terpakai karena bosku yang baik hati ini. Jadi aku bisa melunasi hutangku padanya. Dan aku masih bisa menghidupi Michael cukup dari gaji di klub. " tambah Roselyn tersenyum sambil menyodorkan amplop yang lebih tebal dari biasanya.

Raul menghela nafas mendengar jawaban Roselyn.

"Seandainya kamu mengijinkan Rafael tahu. Kamu tidak perlu bekerja lagi. Kamu bisa fokus pada Michael saja. Dia masih terlalu kecil untuk kamu tinggal bekerja. Lagipula hutangmu pada Rafael sekarang sudah lunas kan?

Dalam Dekapan Sang MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang