"Jora, kok belum datang ya," kata Sella yang panik. Baru kali ini hal mutlak melenceng dari kebenarannya. Jora telat. Cowok itu melewatkan waktu kebiasannya. Ia melirik jam tangannya lagi. Mungkin sebentar lagi, Jora akan tiba, namun hingga kelas sudah mulai, cowok itu tidak ada. Ia absen.
"JOOOORAAA!!" seru Mario begitu masuk dengan lancarnya ke kelas, lalu menebar pandangannya ke kursi biasa Jora duduk, namun ia menjadi bingung. Andi berjalan bersamaan dengannya. "Jora, di mana?" tanyanya dengan suara menggelegar.
Mario melirik ke arah Sella, lalu berkata, "Heh, cewek aneh. Jora di mana?"
Sella merasa geram dipanggil demikian. Ia langsung meleguh pelan, melarutkan emosinya. Ia rasa tidak perlu beradu debat dengan Mario yang cukup kerasan.
"Ia tidak datang sekolah hari ini. Aku juga bingung. Hari ini banyak pelajaran matematika. Ia biasanya tidak mau melewatkan momen seperti itu," kata Sella.
Mario bingung. Janggal jika Jora tidak hadir kali ini. "Ini seperti biasanya," katanya mengundang kecurigaan.
"Bagaimana kalau kita temui ia di rumahnya? Siapa tahu Jora sakit atau apa," kata Andi menganjurkan.
Saran Andi ditelan bulat-bulat oleh kedua temannya itu. Setelah pulang sekolah, mereka tidak langsung ke rumah masing-masing. Mereka pergi ke rumah Jora.
Tok... Tok... Tok...
Seseorang mengetuk pintu. Begitu mendapati dan mengenali seseorang berdiri di depan pintu, Jora langsung menutupnya lagi dengan lancang, tapi Mario langsung menahannya. "Jora, apa yang terjadi denganmu?" katanya dengan kekuatan penuh.
Jora terus mendorong pintu dengan paksa meskipun ia tahu ia tidak akan mampu mengalahkan kekuatan Mario.
"Sedang apa kalian di sini? Pergi saja!" sergah Jora sambil mendorong pintu.
"Jora, ada apa denganmu? Kami datang untuk menjengukmu. Kamu tidak datang ke sekolah hari ini," kata Sella menenangkan.
"Jora, kami datang tidak untuk mengganggumu. Kami hanya..." kata Andi.
"AKU BILANG PERGI!!!!" kata Jora dengan suara keras, sekeras tenaganya hingga bisa menutup pintu, melawan kekuatan Mario. Nafasnya tersengal-sengal begitu ia menyenderkan badannya di balik pintu. Mario masih mengedor-edor pintu.
"Jora, ada apa, Jora? Kenapa?" kata Mario yang merasa tidak terima diperlakukan demikian. "Bukankah kita sahabat? Bukankah kita harus berbagi jika di antara kita ada masalah?"
"Ya, Jora. Kami datang ke sini untuk mendengarkanmu. Kami datang ke sini untuk membantumu," kata Andi menyambung. "Kamu selalu saja menyembunyikan sesuatu kepada kami, Jora."
Jora termangu. Tidak tahu berbuat apa. Ada sesuatu yang membuat hatinya roboh dan menyerah. Ia membalikkan badan. Saat itu ia merasa tenggorokannya begitu kering. Ia menelan air ludahnya, lalu perlahan-lahan membuka pintu.
"Jora?" sambut Mario dengan mata membelalak tidak percaya. Cowok di depannya tengah berada dalam kondisi terluka. Pelipis dan pipinya dikompres. Beberapa bagian di wajahnya tengah membengkak. Tangannya dibalut dengan kain kasa, begitu pula kepalanya. Wajahnya putih pucat. Bibirnya kering dan membiru.
Bukan hanya ia, Sella dan Andi juga tidak bisa menyembunyikan syok yang melanda mereka.
"Ada apa yang terjadi denganmu, Jora? Kenapa kamu..." Mario tergopoh-gopoh mendekati Jora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patoraglic [COMPLETE]
Novela JuvenilDemi mendapat perhatian keluarganya, Jora Melkinson rela belajar seharian di rumah, jauh dari dunia sahabat, demi menjadi siswa pintar di sekolah. Ia ingin dipuji ayah-ibunya atas prestasi gemilangnya di sekolah. Namun sedikitpun orang tuanya tidak...