Jora, Sella dan Andi menghambur ke cafeteria. Mencari sosok Kawa yang menjadi target berikutnya. Cowok itu tengah berbincang-bincang dengan hebohnya dengan beberapa temannya. Selain mereka banyak siswa tengah memenuhi cafeteria yang padat itu.
Kawa langsung melihat Jora ketika datang menghampirinya. Wajahnya masih nampak lebam. Pelipisnya dikompres. Hidungnya diplester.
"Oh, The Mighty Devil dan beberapa pengawalnya," katanya dengan bercanda dan sinis. "Oh, ya. Di mana Ghost, pendamping setiamu? Kok tidak kelihatan? Atau...."
"Cukup, Kawa," kata Jora yang tidak suka dengan sindirian Kawa.
"Atau... sekaang Ia sudah bersahabat denganmu lagi. Ia harus lebih berbakti kepada orang tuanya dibandingkan menuruti Jora. Atau kamu memang tidak layak punya teman..."
"Cukuuuup!" bentak Jora tidak tahan. Kawa nampakanya menikmati kemelut yang dialami Jora. "Aku datang ke sini bukan meminta penghinaan darimu. Aku datang ke sini untuk meminta jawaban darimu."
"Sebaiknya, kita bertanya kepada anggota Garder yang lain, Jora. Tidak ada gunanya berbicara dengan Kawa," kata Andi menganjurkan. Sedari tadi ia gemas melihat Kawa begitu sepele dengan mereka.
Jora sepertinya tidak langsung menerima saran itu. Ia mencoba menenangkan diri, lalu menatap Kawa dengan lekat. Benar, ia seharusnya tenang. Ia tidak boleh gegabah. Ia tidak boleh langsung emosi berhadapan dengan Kawa.
"Aku ingin tahu siapa yang membuat Ibu Mario datang ke sekolah," kata Jora.
Kawa tertawa. Tawanya yang sengaja itu begitu mengusik telinga Jora dan kedua sahabatnya.
"Mana aku tahu. Kamu kira aku yang menentukan ke mana ibunya pergi? Kamu kira sebegitu penting ia bagiku?" cercah Kawa sepele.
Jora sama sekali tidak menyukai nada bicara Kawa yang merendahkan orang lain. Tangannya sangat ingin memukul wajah Kawa yang sangat menggemaskan itu.
"Ayo, pergi, Jora. Tidak ada gunanya bertanya kepada orang yang tidak penting seperti ia," kata Sella yang merasa tidak tahan. Ia langsung menarik tangan Jora, lalu mengajakanya pergi.
Jora mendesah. Betul. Tidak ada gunanya. Lagipula Kawa masih baru di Garder, jadi mungkin ia tidak begitu tahu apa yang terjadi. Semua ini terasa percuma.
"Kamu benar-benar ingin tahu siapa pelaku sesungguhnya?"
Kata-kata Kawa yang terasa dingin itu menghentikan langkah ketiga siswa itu.
"Jora, apakah kamu benar-benar ingin siapa yang menyuruh ibu Mario datang dan menyebabkan semuanya menjadi kacau?"
Jora membalikkan badannya, lalu mendekati Kawa. Andi dan Sella tidak begitu yakin dengan Kawa.
"Ya, aku mau tahu," kata Jora dengan tegas, "Aku mau tahu siapa yang menjadi dalang semua ini."
Kawa tertawa. Seperti biasa, nada suaranya begitu mengganggu. "Aku akan beri tahu siapa yang mengatur semua ini, asal..." katanya dengan nada sinis. "Kamu berlutut di hadapanku dan memohon kepadaku, dan mengakui kehebatanku selama ini. Kamu harus merendahkan dirimu di hadapanku sekarang. Memohon lah seakan-akan memohon kepada majikanmu yang terhormat."
Jora mendesah pelan. Kawa benar-benar keterlaluan, pikirnya. Ia sengaja mempermalukan Jora di hadapan semua orang di cafeteria ini. Suaranya disengaja sangat besar supaya semua orang mendengarnya. Perlahan-lahan siswa di ruangan itu menimbun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Patoraglic [COMPLETE]
Подростковая литератураDemi mendapat perhatian keluarganya, Jora Melkinson rela belajar seharian di rumah, jauh dari dunia sahabat, demi menjadi siswa pintar di sekolah. Ia ingin dipuji ayah-ibunya atas prestasi gemilangnya di sekolah. Namun sedikitpun orang tuanya tidak...