Saat hari sudah jatuh ke sore, Jora berjalan hendak pulang. Sekitar lima belas menit lagi ia kan tiba di rumahnya. Ia melirik jam tangannya. Tepat lima menit yang lalu, ia dengan ketiga sahabatnya berpisah di persimpangan, saling menuju tempat masing-masing. Kini tinggal sekitar sepuluh menit ia berjalan di trotoar, ia akan tiba di komples Asri, tempatnya tinggal. Jora berjalan sendiri di jalanan kompleks yang terkenal sepi itu. Motor hanya sesekali berlewatan di sampingnya.
"Sendiri, The Mighty Devil," kata seseorang, seketika langsung membuat bulu kuduk Jora meremang. Soalnya sungguh jarang ada yang memanggilnya di keadaan seperti ini. Untuk membuktikan bahwa yang ia pikirkan tidak benar, ia memutar badannya.
Jora sedikit tersentak dengan kehadiran sekelompok Geng Garder yang nongol di belakangnya. Mereka ada sekitar tujuh orang. Tiga menyusul dari belakang mereka. Dua di antaranya sangat dikenal Jora. Ketua Geng ini, Adrian, dan salah satu orang yang justru lebih mengejutkan, Kawa sedang bersama dengan mereka.
"Apa-apaan ini?" kata Jora bingung. Ia langsung menatap Kawa. "Dan, kamu..."
"Kenapa? Terkejut melihatku merupakan anggota Garder," kilah Kawa pamer, merasa dirinya sudah paling hebat.
Jora mendengus sinis. "Jadi ini yang kamu lakukan? Setelah Mario menggertakmu, kamu langsung mengadu kepada Garder. Seperti anak manja saja, yang mengadu kepada orang tuanya," katanya ketus.
Kawa ingin langsung menyerang Jora, tapi segera dihadang Adrian. "Jangan terkecoh dengan kata-katanya. Tidak perlu terburu-buru menghabisi orang seperti ia," perintah Adrian.
"Sebenarnya apa tujuan kalian datang ke sini?" tanya Jora dengan serius.
"Sebentar lagi kamu akan tahu. Sebentar lagi," kata Adrian dengan alis mata menyerngit sinis.
"Aku tidak pernah takut," sahut Jora datar dengan tatapan tajam menghujam.
"Serang lawan," perintah Adrian. Semua anggotanya—kecuali Kawa—menyerang Jora.
Lima orang yang tubuhnya lebih tinggi itu langung menghajar Jora habis-habisan. Seseorang langung meninju pipi Jora hingga kacamata cowok itu terlempar. Salah seorang yang tidak puas hanya memukul pipinya, langung menendang perut Jora dengan kuat. Yang lain justru menumbuk punggung cowok itu dan menedangnya. Tidak kalah tragis, ketika Jora terkapar ke tanah, anggota geng itu menendang perutnya dengan sangat kasar.
Kawa tidak bisa munafik, menutup-nutupi rasa puasnya. Ia terkekeh-kekeh dengan rasa kemenangan.
Tiba akhirnya anggota geng itu menarik Jora dengan paksa. Salah seorang menarik tangan kanan Jora sementara yang lain sebaliknya. Mereka menarik Jora yang kondisinya sangat memprihatikan. Hidung Jora mimisan. Kepalanya bocor dan berdarah. Bibirnya pecah. Mata kirinya menutup karena bengkak.
"Oh, inikah kartu mati seorang Mario," kata Adrian yang menarik rambut Jora dengan kuat. Ia merasa sangat puas ketika Jora mengerang kesakitan. "Sangat lemah," katanya mencampakkan kepala Jora.
Kawa sepertinya ingin mencoba merasakan sensasi kemenangannya dengan menendang perut Jora, lalu meninju pipi cowok itu. Ia seperti kerasukan saat berulang-ulang menghabisi wajah Jora. "Aku sudah sangat lama menginginkan ini. Menghancurkan orang sombong sepertimu," katanya sambil meludah ke wajah Jora.
Jora tertawa sinis. Meskipun betapa sakitnya bibirnya saat melakukan itu. "Dasar licik. Aku tahu alasan kamu bergabung dengan geng ini..." katanya dengan susah payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patoraglic [COMPLETE]
Novela JuvenilDemi mendapat perhatian keluarganya, Jora Melkinson rela belajar seharian di rumah, jauh dari dunia sahabat, demi menjadi siswa pintar di sekolah. Ia ingin dipuji ayah-ibunya atas prestasi gemilangnya di sekolah. Namun sedikitpun orang tuanya tidak...