Sebelumnya Kawa berpikir keputusannya memasuki Geng Garder bukanlah pilihan yang tepat. Tapi ego dan spontanitas dirinya membuat dirinya cepat memutuskan. Tidak bisa dipungkiri semenjak ia dipukul oleh Mario, ia butuh kekuatan yang lebih. Ia ingin menjadi kuat. Ia ingin membalas Ghost. Selain itu, ia juga ingin dilihat oleh Jora. Ia ingin Jora benar-benar berdecak melihat kemampuannya. Mungkin benar ia tidak bisa mengalahkan Jora secara akademik, tapi tentunya ada cara lain untuk menyainginya.
"Kamu benar-benar ingin masuk ke geng ini?" kata Adrian meyakinkan.
"Ya," sahut Kawa dengan tegas.
Ia pikir keputusannya ini tidak lah salah. Ia membenci Jora. Sebenarnya semua yang ia lakukan ini karena Jora. Ia benar-benar menyalahi Jora.
Awalnya saat pertama kali memasuki kelas, bagi Kawa, Jora biasa saja. Ia mungkin salah satu siswa yang memiliki sifat pendiam.
Ketika itu, Kawa bukanlah siswa yang sepintar sekarang—meskipun ia belum bisa mengimbangi Jora yang mampu mengalahkan prestasi kelas lain—dia sebelumnya bukanlah siswa yang terlalu tertarik dengan hal akademik. Ia lebih suka bermain-main dengan cowok lainnya, berkelana kesana kemari, menggooda-gosa cewek, bermain playstation seenaknya, selain itu ia juga mudah saja meminta uang kepada orang tuanya yang kaya. Semua yang ia minta dalam sekejap bida terwujud dalam sekejap.
Tapi semenjak mengenal Jora, dirinya menjadi berubah. Ia seperti tidak mengenal dirinya sendiri.
Dia tidak suka ketika Jora dipuji di kelas karena ia berprestasi sewaktu SMP. Guru meninggikan Jora karena ia selalu juara satu umum di setiap kelas. Jora juga pernah memenangi juara olimpiade tingkat SMP se-provinsi, ketika itu ia memang tidak bisa membawa piagam emas, tapi perak. Saat kelas tiga, Jora ikut kembali dalam perlombban itu, lalu membawa emas kebanggaannya, yang mengharumkan citra sekolah tentunya. Banyak hal yang diucapka guru mengenai Jora yang berhasil membuat Kawa iri.
Semula di SMP, di rumah, di keluarga, dan di mana saja, Kawa selalu dipuji, tapi eknapa di kelas ini tidak? ia juga cukup berprestasi sewaktu di SMP, ia pernah juara di kelas sewaktu SMP. Ia juga pernah membanggakan kelas karena menjuarai lomba sepak bola. Kenapa ia tidak dipuji? Orang tuanya memujinya dan bahkan memberinya hadiah yang hebat. Tapi kenapa kelas dan guru-guru lain tidak meghargainya.
Dia snagat iri kepada Jora. Pernah ia menemui Jora dan bertanya mengenai prestasi, namun sedikitpun cowok itu tidak menanggapinya. Jora malah pergi dan tidak mau berbicara padanya.
"Kamu pikir kamu siapa. Kamu kira dengan prestasimu yang tidak seberapa itu, kamu bisa punya banyak uang?" kata Kawa dengan ketus.
"Kamu kira dengan uangmu yang banyak itu, kamu bisa membuat prestasi seperti aku," sahut Jora sengak.
Setelah meliat respon Jora yang tidak mau tahu, rasa iri itu berkembang menjadi benci. Ia tidak suka dengan sifat sombong dan angkuh Jora. Ia benar-benar tidak menyukainya. Sangat.
Kawa mulai memprovokasi siswa lainnya satu per satu agar semua orang tidak menyukainya.
"Kamu ngerasa nggak sih kalau Jora itu sedikit sombong?"
"Nggak, ah. Nampakanya ia anak yang baik-baik, pintar lagi."
"Tapi, kalau benar seperti itu. setidaknya menanggapi yang dipuji kepadanya dong, bukan malah diam dan tidak peduli."
"Iya, juga, ya. Ia memang sedikit sombong sih."
Kata "sedikit sombong" itu lama-lama berubah menjadi sombong total. Jora semula bingung semua siswa di kelasnya perlahan-lahan membencinya. Satu per satu dari mereka menatapnya dengan sinis. Menghujamnya dengan tatapan yang penuh penghakiman. Jika ia berbicara dengan salah satu siswa, maka ia tidak disahut dan dicuekin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patoraglic [COMPLETE]
Teen FictionDemi mendapat perhatian keluarganya, Jora Melkinson rela belajar seharian di rumah, jauh dari dunia sahabat, demi menjadi siswa pintar di sekolah. Ia ingin dipuji ayah-ibunya atas prestasi gemilangnya di sekolah. Namun sedikitpun orang tuanya tidak...