Chapter 17 : Kelicikan Kawa

16 0 0
                                    

"Jora..." kata Mira saat Jora tengah membuka pintu. Jora berhenti, namun tidak melihat ke belakang.

"Jika kalian ingin bercerai, lakukan saja. Aku tidak peduli," kata Jora dengan dingin.

"Tapi, Jora..." seru Mira, namun Jora langsung menutup pintu, membatasi dirinya dengan ibunya, seolah memisahkan mereka selamanya.

Mira terpaku. Diam tanpa bereaksi sama sekali. Semua ini salahnya.

"JOOORAAA!!!"

Jora tersentak, menghapuskan peristiwa tadi pagi yang tengah menggenang di otaknya, hingga menjatuhkan sebuah buku yang hendak ia letakkan di rak jejeran buku. Ia mendesah pelan, menenangkan diri. Siapa lagi yang suka mengejutkannya setiap hari kalau bukan Mario.

"Boleh nggak tidak usah selalu mengejutkanku?" kata Jora dengan dingin.

"Selama aku berada di sisimu, aku akan selalu mengejutkan hidupmu," balas Mario. "Ayo, kita ke cafeteria," katanya tanpa menunggu balasan Jora. Ia langsung menarik tangan cowok itu, dan memaksanya keluar perpustakaan. "Mereka berdua sudah menunggu di sana. Masalah makanan, jangan khawatir, aku yang traktir."

"Tapi... Aku mau belajar," kata Jora menolak. Tapi Mario tidak mau mendengar, ia terus menarik Jora.

Entah sejak kapan Jora tidak berani menolak. Entah sejak kapan ia malah menikmatinya. Tapi semua itu tidak lah begitu penting. Pentingkah waktu beserta detiknya ketika menikmati kehidupan. Ketika menikmati hidup yang nikmat, betapa sering kita melupakan waktu yang kita lintasi.

"Wah, cepat banget tibanya," kata Sella menyapa ketika Jora dan Mario tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Bagaimana tidak cepat, kedatanganku ke sini atas dasar pemaksaan," keluh Jora dan menepis tangan Mario.

"Soalnya kamu belajar terus sih," tukas Mario. Ia duduk di samping Andi yang tengah membaca komik. "Oh, ya, sesuai dengan janjiku, hari ini aku akan traktir kalian semua."

"Oh, ya," seru Andi bersemangat.

"Wah, aku akan memesan," kata Sella hendak beranjak.

"Biar aku saja yang memesan," potong Jora. Membuat ketiga sahabatnya terkesima. Melihat ketiga temannya diam, Jora kebingungan ketika melanjutkan, "Kenapa? Ada yang salah?"

Sella tersenyum. Baru kali ini Jora benar-benar menyatukan diri dengan mereka. Semula ia bersikap dingin dan tidak mudah untuk bereaksi, tapi ini adalah awal bagi Jora untuk lebih dekat dengan mereka.

"Ok, baiklah aku pesan..." seru Mario mewartakan pesanannya, dilanjutkan oleh Andi dan Sella.

Jora bangkit dan memesan pesanan dari ketiga sahabatnya. Ia sedikit ragi apakah ia bisa membawa semua makanan ini ke meja mereka. Tapi tidak apa lah, ia akan mencobanya.

Ketika Jora membawa nampan makanan seseorang menabraknya. Mie, nasi goreng, juice melon dan yang lain, yang dipesannya dua menit yang lalu berhamburan tak bersisa. Ia langsung melihat pelaku yang begitu teledor dalam berjalan.

Semula ia mungkin sedikit terkejut, tapi ia langsung memahami. Pelakunya tidak lain dan tidak bukan, yaitu Kawa. Kenapa lelaki ini tidak habisnya selalu mengganggu hidupnya? Tidak cukupkah ia sudah menghajarnya habis-habisan?

Setelah meredam emosi, Jora mengutip pecahan mangkuk dan gelas. Ia malah lebih memikirkan uang ganti dalam masaah ini.

"Lihatlah, sekarang ini, kamu seolah meminta tolong dan memohon kepadaku," kata Kawa dengan nada menyombong. Ia melangkah ke depan, tepat di hadapan Jora yang membungkuk.

Patoraglic [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang