" Kenapa?" Tanyanya penasaran.
Vania memegang tangan siswa tersebut dan membaca sekilas name tag diseragam itu.
" Nggak apa-apa." Serunya. " Kayanya kita lebih nyaman tadi teman, Aldo." Vania lagi-lagi tersenyum.
Aldo pun ikut tersenyum melihat Vania. " Yaudah kalo gitu, kita teman ya." Walaupun senyum itu senyum paksa yang Aldo berikan.
Tapi Vania tetap memasang senyum tulusnya." Iya kita berteman." Ucapnya diikuti dengan anggukan kecil.
" Tapi ini tetep terima ya, anggap aja sebagai tanda pertemannya kita." Aldo menyerahkan sebucket coklat tadi.
Dengan senang hati Vania menerima dengan baik, senyumnya tak pernah luntur dari bibirnya.
" Makasih, kapan-kapan nyanyi lagi buat gue ya?" Ujar Vania.
" Sama-sama. Oke next time ya." Balas Aldo. " Gue balik kekelas ya." Pintanya dan dapat anggukan oleh Vania.
Kini teman-teman Aldo juga sudah berjalan meninggalkan kelas Vania. Melihat semuanya sudah keluar, murid didepan kelas Mipa 2 itu pun mulai memasuki kelasnya masing-masing.
" Tuh kan Van, udah setengah lusin lo tolak." Ujar Jessy kesal.
" Iyaa emang kenapa kalo udah setengah lusin." Tanyanya polos.
Jessy hanya memutar bola matanya malas. Jessy sampai bingung kenapa Vania bisa menolak cowo-cowo keren disekolahnya ini.
•••
Bel istirahat pun sudah dibunyikan sekitar beberapa menit yang lalu, kini Vania dan Jessy baru berjalan kearah kantin sekolahnya.
" Lo mau pesen apa?" Jessy sudah diambang pintu kantin. Sementara Vania matanya sudah mencari-cari meja yang kosong.
" Bakso aja deh, minumnya jus jeruk ya?" Ujar Vania dan langsung berjalan kearah meja kosong tersebut. Jessypun mulai memesan makanan untuk mereka berdua.
Baru saja Vania duduk dimeja kini sudah ada seorang cowo yang duduk disampingnya.
" Vania kan?" Ujar cowo itu.
Vania menoleh kearah cowok itu, menganggukan kepalanya.
" Boleh minta kontaknya nggak?" Pintanya.
Vania menaikan alisnya.
" Buat apa?" Jawbanya
" Tukar pesan gitu." Jelasnya cowok itu.
" Siapa nama lo?" Tanya Vania
" Alvian." Jawabnya diikuti dengan senyuman manisnya.
Kini Alvian sudah mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Menaruh benda itu tepat dihadapan Vania.
Dengan gerakan cepat Vania langsung mengambil ponsel Alvian itu dan mengetikan kontaknya disana.
" Jangan nyepam." Peringat Vania sudah menaruh ponsel Alvian didepan pemiliknya.
" Oke, thanks Vania." Mata berkedip sebelah, dan pergi meninggalkan meja Vania.
" Hampir satu lusin yaa, Van?" Jessy sudah membawa dua buah mangkok bakso dan dua gelas jus jeruk.
" Kan belum pasti." Jelas Vania, dan membantu menurunkan bakso itu dari nanpam yang dibawa Jessy.
Jessy hanya geleng-geleng kepala dan menaruh nanpam itu disamping mejanya dan mulai memakan baksonya itu.
•••
Kini Vania dan Jessy sudah berjalan berdampingan dikoridor sekolah, Jessy yang menunggu jemputannya dan Vania berbelok kearah parkiran sekolahnya.
Setibanya diparkiran ponsel Vania bergetar singkat, Vania langsung ngeluarkan ponsel itu dari saku seragamnya.
Tante Desi
Van, pulang sekolah bisa langsung kesini?Begitulah pesan yang diterima olehnya, dengan cepat Vania mengeluarkan motornya dari parkiran sekolah itu. Ia langsung memakai helm dan mulai pergi dari lingkungan sekolahnya.
Siang ini jalanan belum begitu ramai jadi Vania bisa langsung sampai ditempat yang ditunjukan tante Desi.
Ia langsung memarkirkan motornya dan mulai berlari menuju ruangan yang ia tuju, dengan nafas tergesa-gesa ia akhirnya sampai didepan pintu itu. Vania pun mulai memutar knop pintu itu.
•
•
•
•
•
•
•
•
Amelia Ar Sardi
12 Oktober 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANIA [Completed]
Teen FictionDari semua cewek didunia ini. Kenapa harus, Vania? . . . . Ayo yang penasaran harus baca yaa, kenapa harus Vania? Kenapa? Hmm.