Sejak satu bulan berpacaran dengan Devan, membuat hidup Vania lebih berwarna, bukan maksud dulu kurang berwarna tapi sepertinya setelah kepergian Rakha ia tidak sesenang ini.
Vania bersyukur bisa ketemu bersama Devan, atau Devan nya yang bersyuku bisa bertemu dengan dirinya? Ntah .. yang jelas sekarang Vania menikmati hari-harinya bersama Devan.
Seperti pagi ini, Devan selalu menunggu kedatangan Vania dari gang rumahnya itu.
" Selamat pagi cinta?" Sapa Devan saat melihat Vania sudah berada di hadapannya. Mungkin sapaan itu sapaan yang terdengar sangat menjijikkan tapi ntah kenapa Vania sangat menikmati panggilan alay itu.
" Pagi! " Jawab Vania dengan senyum manisnya yang mungkin hanya Devan yang mampu melihat senyum itu.
Devan tersenyum sambil membukakan pintu mobil untuk Vania. Lalu Devan bergantian berjalan ke arah kursi mengemudi.
" Hari ini kamu ada les? " Tanya Devan saat sudah duduk di kursi mengemudi.
" Ada. Kenapa?"
" Gapapa, tanya aja. Nanti pulangnya mau aku jemput?" Tawarnya pada Vania, karena setelah menyandang status pacaran Devan sedikit overprotektif kepada Vania. Mungkin ia juga masih sangat berasa gimana susahnya mengambil hati Vania dan bernotabe cewek dingin seperti es.
Vania terkekeh, saat melihat Devan sudah overprotektif seperti ini. " Kamu pacarkan?" Devan mengangguk membenarkan ucapan Vania. " Ya udah nanti nggak usah jemput."
Devan Menyergit bingung. " Kenapa emangnya?"
" Kan kamu bukan tukang ojeknya aku."
" Aku siap kok, Van. Jadi gojek kamu 24 jam."
" Alay." Ujar Vania, Devan hanya cemberut.
Mobil Devan sudah memasuki halaman sekolah, sudah bukan hal yang mengejutkan lagi bagi penjuru sekolah saat melihat mobil mini Cooper terparkir disekolah. Karena saat Devan pertama kali pindah ke sekolah semua anak di sekolah juga sudah tahu betul siapa Devan.
Vania membuka selt beltnya, memakai tasnya . Sebelum turun dari mobil, sempat berkata. " Saya kasih bintang lima ya mas."
" Kasih hati Eneng aja. Udah cukup kok." Balas Devan sambil tertawa diikuti dengan Vania.
Vania dan Devan berjalan di koridor sekolah, semua mata menjuru kearah mereka berdua. Dan ini bukan yang pertama kalinya Vania menjadi sorotan disekolah, karena sejak Vania menjadi kekasih Devan. Vania makin terlihat disekolah.
" Istirahat aku jemput ya?" Ujar Devan saat sudah sampai diambang pintu kelas Vania.
" Aku mau keperpus nanti, kamu kekantin aja sama temen-temen kamu." Jawab Vania.
" Nanti aku susul kalo gitu." Balas Devan sebelum pergi meninggalkan kelas Vania. Sebelumnya ia sempat berkata pada Bimo, ketua kelas dikelas Vania. " Bim! Titip Vania jangan sampai lecet." Ujarnya.
" Ashiappp!" Balas Bimo mengacungkan jempolnya keudara.
" Bimo halilintar?" Tanya Vania, sebelum masuk ke dalam kelas.
" Bimo gledek, Van." Teriaknya.
•••
Bel istirahat sudah dibunyikan, Vania sudah duduk disalah satu meja dekat rak buku. Ia sudah sibuk dengan buku-buku yang tadi sempat ia ambil sebelum duduk.
Kalo ditanya dimana Jessy? Yang jelas sekarang ia sudah menikmati mie ayam favorit nya bersama Aldo,Raffi dan juga Devan.
Karena memang mereka bisa dikatakan anti masuk perpustakaan kalo tidak kepepet banget.
•••
" Vania kemana?" Tanya Aldo saat mie ayam favoritnya sudah ada dimeja.
" Biasa." Balas Jessy, sambil menuangkan saos pada mie ayamnya.
" Vania yang pinter aja masih suka masuk perpus. Lah lo otak cuman sesedok aja males banget masuk perpus." Balas Raffi tanpa sadar omongannya menjadi Boomerang untuk dirinya sendiri.
" Gini nih kalo lagi membagikan muka datangnya telat. Jadi nggak bisa ngaca." Balas Aldo sensi.
" Udah-udah." Ucap Devan merelai berdebatan yang belum panjang ini.
Sementara Jessy hanya geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANIA [Completed]
Fiksi RemajaDari semua cewek didunia ini. Kenapa harus, Vania? . . . . Ayo yang penasaran harus baca yaa, kenapa harus Vania? Kenapa? Hmm.