BAB 14 🍁 Sengaja

465 35 6
                                    

Langkah kaki seorang siswi terdengar sangat buru-buru di koridor sekolah yang sudah sepi ini, sesekali ia melihat jam yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menujukan pukul 7.15 artinya ia sudah terlambat 15 menit ke sekolah.

Langkahnya makin tergesa-gesa saat melihat pintu depan kelasnya sudah tertutup rapat dan sudah hening dari dalam, ia berharap guru yang menjagarnya kali ini belum datang masuk kekelasnya.

Tepat didepan pintu kayu coklat Vania mengetuk pintu itu beberapa kali, dari arah dalam terdengar suara untuk menyuruhnya masuk.

Dengan tenang tangannya memutar knop pintu tersebut dan menujukan dirinya di depan pintu yang sudah terbuka lebar.

" Kamu telat Vania?" Tanya pak Joko guru matematika yang paling sadis di sekolahnya.

" Iya pak, Tad----" belum sempat Vania mengatakan alasannya, pak Joko sudah memotong omongannya tersebut.

" Bapak tidak terima menjelasan Vania, Keluar kelas dan berdiri di depan tiang bendera." Satu tarikan nafas keluar dari suara bariton pak Joko. " Kamu tau apa yang harus kamu lakukan Vania?" Lanjutnya lagi.

Ia mengangguk, " Tahu pak." Vania berjalan kearah bangkunya dan menyimpan tasnya, setelah itu keluar dari kelas menuju lapangan upcara.

•••

" Siapa yang tidak mengerjakan Pr, ibu harap kalian sadar diri dan keluar dari kelas ini." Tegas Bu Dewi di depan kelas Mipa 3

Dengan santai Devan maju menghampiri Bu Dewi yang sudah berdiri didepan mejanya.

" Saya bu." Ucap Devan yakin.

" Kamu?"

" Buku Pr saya ketinggalan bu." Devan mengeluarkan alasannya. Dan bu Dewi langsung menujuk pintu kelas dengan jari kelunjuknya.

" Lho?" Suara Aldo dan Rafi berbarengan saat Devan hendak keluar dari kelasnya.

" Berdiri didepan tiang bendera dan hormat, Devan." Lanjut bu Dewi dengan suara tegasnya.

" Baik Bu." Devan melangkahkan kakinya keluar kelas, sebelum langkahnya meninggalkan kelas ia menoleh kearah kedua temannya, mengedipkan sebelah mata dan senyum yang tak bisa diartikan oleh ke dua temannya itu.

•••

Vania sudah berdiri didepan tiang bendera hampir 10 menit seorang diri, ia hanya ditemani oleh Lyla yang kebetulan lagi berkunjung kesekolahnya.

" Balik lo." Suruh Vania dengan suara hampir berbisik.

Lyla yang sudah melayang didepan tiang bendera hanya menggelengkan kepala. " Van, ditoilet wanitanya juga ada menunggunya kan?"

Hanya anggukan yang dijawab oleh Vania.

" Lo tau?" Tanya Lyla. " Nggak takut? Tampangnya agak serem sih Van."

" Iya, justru itu gue kalo ketoilet berdua sama Jessy. Biar nggak diganggu." Jawab Vania cuek.

" Kenapa dihukum?" Ini bukan suara Lyla, melainkan suara seorang lelaki. Vania menolehkan kepalanya dan tersenyum singkat.

" Telat. Lo?" Tanyanya balik.

" Nggak bawa tugas." Devan sudah tepat bersampingan dengan Vania.

" Siapa gurunya?"

" Bu Dewi." Vania hanya menganggukan kepalanya.

" Lo tumben telat?"

" Motornya mogok. Gue titip ke bengkel depan pertigaan."

DEVANIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang