BAB 5 🍁 Hari Indah

557 36 1
                                    

Rasanya hari ini Vania lebih senang dari biasanya, semenjak Rakha sudah siuman ia merasa dunianya akan balik seperti dulu lagi.

Kini ia berjalan dikoridor sekolah dengan senyum yang mengembang.

Semua murid yang melihat Vanja berjalan ikut tersenyum melihat senyuman Vania itu.

Hari ini tidak ada hal yang aneh-aneh lagi, atau pun seseorang yang menyatakan cintanya lagi.

Vania bersyukur mungkin sebagain siswa sedang absen atau sudah bosan dengan jawaban yang dilontarkan Vania.

" Seneng banget lo kayanya." Jessy sudah duduk disamping Vania menaruh tasnya di atas meja.

" Biasanya kan gue emang seneng." Jawab Vania.

" Ck, kali ini enggak seperti biasanya."

" Engga biasa aja." Jessy tidak pernah tahu tentang Rakha, Vania juga selalu berhasil menyembunyikan kisah pribadi dihidupnya. Ia berpikir urusan pribadinya tidak usah diketahui orang lagi. Termasuk Jessy sahabatnya sendiri. Walau pun Vania sudah kenal dengan Jessy sejak kelas 10, tapi ia enggan menceritakan masalah pribadinya.

Roda mungkin akan berputar, bisa saja sekarang mereka sangat dekat kedepannya kita tidak tahu bukan?

" Fans fans lo mana?" Jessy berbicara sambil memainkan ponselnya.

" Libur dulu mungkin."

" Dia kayanya udah capek dengan alasan yang lo berikan." Jessy melirik Vania sekilas.

" Mungkin." Acuh Vania.

•••

Sejak Rakha bangun dari komanya dan mulai siuman, Vania tidak pernah absen kerumah sakit setelah pulang sekolah.

Walaupun Vania juga tidak pernah absen waktu Rakha koma, tapi kali ini beda ia masuk dan duduk disamping Rakha. Bukan cuman berdiri didepan pintu saja.

Seperti sekarang Vania sudah duduk dibangku dekat ranjang Rakha, kali ini Rakha sedang tidur lantaran pengaruh obat yang diminumnya tadi.

Senyum Vania benar-benar tak luntur dari tadi, ia selalu senang memandangi wajah damai Rakha sejak tidur seperti ini.

Sudah hampir 2 jam ia duduk didepan Rakha, rasanya enggan meninggalkan prianya ini.

" Belom bosen mandanginnya?" Kali ini Rakha ambil suara walaupun matanya masih ditutup.

" Kamu?" Vania repleks menyadarkan tubuhnya di bangku itu. " Sejak kapan kamu udah bangun?"

Rakha terkekeh melihat wajah Vania yang ketahuan basah sedang memandanginya.

" Baru aja koq." Jawabnya santai. " Aku risih diliatin kamu jadi kebangun deh."

" Emang kamunya aja yang udah mau bangun." Seru Vania.

" Kamu baru balik sekolah?"

" Udah dari tadi." Ujar Vania.

" Udah makan?"

" Belum sih."

" Makan ya, ada roti nih tadi mamah beliin buat kamu katanya." Rakha menegakan tubuhnya untuk duduk dan mengambil plastik disisi tempat tidurnya, yang berisi roti dan susu didalamnya.

" Kamu?" Tanya Vania.

" Aku udah makan siang, makanya tadi ketiduran." Jelasnya.

Vania hanya berkata "Oh" .

Kemudian ia mengambil plastik yang ada ditangan Rakha.

" Kamu kapan pulang?" Ucap Vania disela-sela makannya.

" Aku kurang tahu." Rakha menaikan bahunya.

" Cepat sembuh makanya. Minum obat yang rutin dan nurut yang diperintahkan dokter." Suruh Vania.

" Iya sayang." Rakha mencubit sekilas pipi Vania.

Vania tidak bisa menyembunyikan rona merah dipipinya, setelah sekian lama ia tak dapat mendengar ucapan sayang dari Rakha dan sentuhan Rakha dipipinya.

Rasanya kini pipinya terasa panas, akibat ulah Rakha.

" Kenapa? Kangen ya aku panggil sayang?" Goda Rakha.

Vania langsung berdiri dan memeluk Rakha. " Ahhh.. jadi makin cinta." Seru Vania melepas pelukannya.

Sebelum pelukan itu lepas Rakha langsung menggeratkan pelukannya itu, Rakha juga sangat rindu dengan Vania.

Dengan semua tingkah laku Vania terhadapnya. Vania yang manja, Vania yang manis dan Vania yang murah senyum pastinya.

Kini ia berharap, ia akan hidup lebih lama lagi bersama Vanianya.

" I will love you more deeply , Ly." Rakha bersuara tepat ditelingan Vania.

" I love you more." Balas Vania.













Amelia Ar Sardi
18 Oktober 2017

DEVANIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang