Bab 25 🍁 Bertemu - Last Part

364 18 4
                                    

Tiga tahun kemudian.

New York,

Vania berjalan dikerumuhan orang-orang yang melintas di kota besar ini, kota yang sudah ia tinggali sejak dua tahun belakangan ini. Kota yang mungkin ingin ia jadikan pelarian setelah Jerman.

Setelah tahu kenapa mata Andira tidak asing dipenglihatannya, setelah tahu siapa pemilik mata Andira itu. Vania memutuskan untuk pergi meninggalkan Indonesia setelah lomba olimpiade dilakukan, kepindahannya mengejutkan papanya dan Lyla tentunya.

Tapi sepertinya ia tidak sanggup harus terus-menerus bertemu dengan Devan kalo bayang-bayang Rakha dan Andira menghantuinya, Belum lagi gimana sedihnya papahnya yang ingin tetep Vania berada dirumah, apalagi papahnya selalu bilang 'Vania kan udah janji mau lulus SMA disini, tapi kenapa tiba-tiba minta pindah ke Jerman.' Dan itu yang membuat Vania berat meninggalkan Indonesia.

Mendengar kepindahannya ke Jerman mamahnya senang bukan main, wanita itu sampai mencarikan SMA terbaik di Jerman.

Dan sekarang ia benar-benar sendiri dikota besar ini, ia pergi dari kehidupan mamah dan Papahnya, dan kehidupan Devan.

Ini sudah liburan kedua setelah semester tiba tapi Vania tidak memutuskan untuk pulang kesalah satu negara dimana orang tuanya berada, apalagi Indonesia itu negara yang tidak ingin ia datangi dalam waktu dekat ini.

Vania selalu mempunyai alasan ketika ia harus disuruh papahnya pulang keindonesia, alasan yang ia buat rapih sedemikian rupa, alasan yang akhirnya memutuskan papahnya untuk menemuinya disini.

Selama berada di sini Vania selalu menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan pada menjelang malam ini, menikmati indahnya suasana malam di New York.

Semuanya terasa sama pada malam-malam sebelumnya ia masih menikmati malamnya sendiri, menikmati rindunya sendiri.

Vania menghentikan langkahnya kakinya saat ada satu tangan yang menahan lengannya, Vania menoleh saat orang yang ada didepannya ini memanggilnya.

" Sorry." Gumam Vania melepaskan cengkraman tangan orang itu.

" Van." Ucapnya lagi bertepatan dengan melepaskan topi yang ia gunakan.

Vania mundur selangkah, menutup mulutnya tak percaya. Matanya masih menatap orang itu.

" You're mistaken." Ucap Vania langsung berlari meninggalkan orang tersebut.

Tapi bukankan langkah kaki lelaki lebih cepat dua kali lipat, orang itu kembali menahannya lagi. " Tolong, jangan pergi lagi." Ujar orang itu tepat dibelakang Vania.

" Cukup Van main petak umpet nya." Lanjutnya lagi. " Kita selesaikan permainan ini." Ucapan terakhir itu seperti permohonan yang Vania dengar.

Vania menoleh menatap lurus ke manik mata cowo itu. " Kenapa ada disini, Dev?"

" Aku memutuskan untuk lanjut kesini, Indonesia terlalu menyakitkan."

" Apa itu karena aku?"

Devan mengangguk, ia tidak bohong. Di Indonesia terlalu menyakitkan untuk kisahnya.

" I'am so sorry."

" It's okey, Van. Asalkan akhirnya aku ketemuan kamu." Devan menarik Vania kedalam pelukannya.

DEVANIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang