Setelah bel istirahat dibunyikan Vania langsung bergegas keluar kelas.
"Van?" seru Jessy saat sudah melihat Vania diambang pintu kelas. Vania hanya menoleh dan memiliki raut wajah seperti "ada apa?"
Jessy pun langsung mengerti arti wajah Vania. Ia lalu berkata "mau kemana?"
Dengan malas, Vania hanya memutar bola matanya. "perpus." Jawabnya. "mau ikut?" ajaknya.
Jessy hanya menganggukan kepalanya, dan mengeleng kecil. Melihat tingkah sahabatnya itu Vania langsung bergegas meninggalkan Jessy yang masih mematung ditempat. "gue duluan." Pamit Vania pergi meninggalkan kelas.
Setibanya di perpus Vania langsung mencari buku yang ingin ia baca, mencari deretan rumus matematika yang akan ia pelajari sebelum test lomba olimpiade semester tahun ini dilakukan. Vania memang sering mengikuti lomba tapi karna lomba kali ini sangat sulit lawannya dari pihak sekolah pun ingin mengseleksi siswa atau siswi yang dipastikan bisa membawa nama baik sekolah. Maka dari itu vania tidak ingin mengsia-siakan kesempat ini. Ia harus bisa menunjukan pada sekolahnya kalo ia bisa mewakili sekolahnya dengan membawa nama baik.
Sementara Jessy seperti biasa ia kekantin sendiri, mau gimana lagi Jessy yang tidak ada minat dengan tempat yang dipenuhi deretan buku seperti perpus itu. Setiba dikantin ia langsung memesan makan dan minum yang ia akan nikmati siang ini.
Disisi lain ketiga siswa sudah duduk dibangku kantin yang sudah menjadi tempat favorite mereka, kursi yang menghadap pintu kantin jadi setiap siswa atau siswi ingin masuk kekantin dari arah sini sangata pas.
"Temannya Vania kan ya?" tanya Devan yang sedang menikmati siswa atau siswi yang berlalu lalang memasuki kantin.
Aldo menolehkan kepalanya, Karena hanya Aldo yang duduk membelakangi pintu kanti itu. "iya" jawabnya.
"Vanianya mana ya?"anya Devan ntah pada siapa.
"Tanya temannyalah." Seru Rafi yang masih asik dengan ponselnya.
"yaudah gue duluan ya."Pamitnya pada Aldo dan Rafi.
Devan perjalan mendekati meja yang diduduki Jessy, setibanya dimeja itu. Ia bertanya." temannya Vaniakan?" ucapnya basa basi.
Jessy menganggkat wajahnya menatap Devan. Lalu berkata "iya."
"Lo tau Vania dimana?" Tanyanya.
"Vania di perpus."
"oke, thanks ya." Setelah mengatakan itu Devan langsung meninggalkan Jessy.
Langkah kakinya berhenti di sebuah pintu kayu berwarna coklat dengan papan kayu diatas pintu bertuliskan "Perpustakaan" Setelah memasuki ruanganya yang sunyi ini, Devan berjalan kearah lorong-lorong rak buku untuk menemukan Vania. Tempat dilorong kedua sebelum terakhir ia menemukan gadis yang ia cari daritadi ini.
Kursi yang ada disamping Vania, ia tarik perlahan. Tapi tak digubris orang orang yang disampingnya, kelihatan Vania sangat serius belajar dengan rumus matematikanya.
"makan dulu?"ujar Devan memberikan dua buah roti cokelat yang sempat tadi ia beli dikantin sebelum masuk keperpus ini.
Vania langsung menoleh, dahinya mengeryit bingung.
"Makan dulu, Van? Nanti lanjut belajar lagi." Ujar Devan mendorong-dorong roti yang ada ditangannya.
"kenapa ada disini?"akhirnya Vania membuka suara.
"ini tempat umum Van."
"Iya, tahu."Vania masih tidak menerima roti yang masih ditangan Devan.
"Makan dulu, nanti lanjutin lagi." Karna kelamaan menunggu Vania yang nerima, Devan menarik tangan Vania memindahkan roti yang ada ditangan ke tangan Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANIA [Completed]
Teen FictionDari semua cewek didunia ini. Kenapa harus, Vania? . . . . Ayo yang penasaran harus baca yaa, kenapa harus Vania? Kenapa? Hmm.