Bab 19 🍁 Dufan

250 23 1
                                    

Mobil yang ditumpangi mereka sudah terparkir rapih didepan pintu masuk dufan, Vania dan Devan langsung keluar dari dalam mobil berjalan menuju loket pembelian.

" Pake yang annual plus aja kali ya?" Ucap Devan.

" Emang kita mau sering-sering kesini?"

" Yaahh kalo sama lo juga gue rela tiap minggu kesini." Ujar Devan sambil senyum-senyum.

Sementara Vania hanya geleng-geleng kepala.

Vania dan Devan pun sudah sampai dipintu masuk dufan, keduanya sama-sama hening. Mereka berdua hanya fokus pada langkah kakinya. Setelah mendapatkan cap dari petugas dufan mereka berdua akhirnya menyaksikan wahana pertama dari pintu masuk yaitu Turangga-turangga biasa disebut (kuda-kudaan).

Musik khas dufan pun mengema ditelinga mereka. Musik yang menjadi awal cerita Devan bersama Vania dan tempat pertama yang mereka datangi berdua.

" Mau naik apa?" Tanya Devan saat sudah tiba didepan wahana pertama turangga-turangga.

Vania menoleh. " Bebas, semuanya gue berani."

" Tornado?." Ujar Devan menaikan sebelah alisnya lalu tersenyum.

" Jadi nantangin? Hmm." Jawab Vania sambil tersenyum.

Devan tertawa. " Boleh."

Seperti biasa tujuan pertama orang kedufan adalah menaiki wahana yang dekat dengan pintu masuk, Turangga-turangga.

Sekarang Devan dan Vania sedang ikut mengantri untuk menaiki wahana yang dibilang tidak tegang sama sekali. Biasanya masyarakat dufan mencoba wahana ini untuk permulaan.

Devan dan Vania sudah menaiki kuda yang bersebalahan, tiba permainan diputar semua orang yang berada didalam wahana tampak senang. Mereka saling tertawa bersama sama  berfoto juga.

Untuk kali ini Devan diam-diam mengambil moment Vania yang terlihat asik menikmati musik khas dufan. Setelah mengambil beberapa foto Vania, Devan kembali memasukan ponselnya kedalam saku celananya dan mengamati wajah Vania dari samping.

" Lo nggak main sama Aldo dan Raffi?" Tanya Vania, sekarang mereka sedang ikut mengantri diwahana kedua yaitu kora-kora.

" Engga kan hari ini temannya sabtu bersama Vania." Ucapnya dengan nada serius.

Mendengar jawaban itu Vania tertawa. " Judul film kali, ah."

" Emang iya yah?." Balas Devan seolah sedang berfikir. " Yaudah nanti kita bikin film judulnya itu."

" Garing deh." Ucap Vania.

" Garing tapi ketawa." Ucap Devan terkekeh.

Sekarang tiba giliran mereka berdua, Devan duduk di pojok perahu dan Vania disamping Devan. Awal permainan mereka tampak biasa-biasa saja sampai titik dimana perahu itu semakin cepat, dan teriakan didalam perahu pun tambah ramai. Banyak ekspresi yang tak bisa dijelaskan, Vania dan Devan hanya tertawa bukannya tegang dengan permainan ini tapi mereka berdua malag tertawa.

Mesin perahu pun semakin lama semakin berkurang, teriakan dari wahana ini pun mulai berkurang, mereka semua yang didalam perahu masih menetralkan jantungnya. Dan menunggu mesin berhenti lalu keluar dari wahana ini.

Setelah melakukan beberapa permainan sekarang Vania dan Devan duduk disalah satu restoran cepat saji. Mengisi energi untuk mulai permainan yang mereka akan naiki nanti.

" Lo punya adik, Van?" Tanya Vania di sela-sela makanya.

Devan mengangguk. " Punya, cewek."

Vania hanya menjawab dengan kata 'oh' saja.

DEVANIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang