Waktu yang dibutuhkan adalah dua puluh detik. Tiga puluh detik paling lama. Aku hanya harus berbalik menjauh, lalu wanita seksi itu akan mengejarku. Ritmenya selalu sama. Wanita perlu menjual mahal, mengatakan bahwa dia tak ingin hiburan, tapi ada satu titik di mana wanita bisa penasaran setengah mati hingga akhirnya ia meruntuhkan harga jualnya.
Natalie punya titik itu.
Semua wanita punya.
Mustahil aku melewatkannya.
Natalie mungkin bicara melantur akibat sedetik tadi terserang pengaruh alkohol. Ia bisa menolak tawaran ranjangku yang hangat, lalu akan kupastikan detik berikutnya dia akan menyadari betapa dirinya membutuhkan kehangatanku malam ini, dan dia akan berbalik kembali untuk menerjangku dengan sebuah ciuman.
Oh, aku tak akan keberatan dengan sebuah ciuman panas di klub yang ramai.
Natalie punya seluruh pesona dalam dirinya yang membuatku tak berpaling darinya. Aku bisa mengamati setiap inci tubuhnya, mendeskripsikannya dengan kata-kata indah hingga lututnya goyah. Aku bisa melakukan itu seperti aku melakukannya dengan wanita lain.
Tapi aku masih tak percaya Natalie menolakku sekeras itu hingga mengataiku murahan.
Murahan, sialan!
Aku tak pernah sekalipun gagal atau kalah. Tapi aku akan memaklumi kekalahan pertamaku pasti dikarenakan alkohol yang sedang bekerja pada tubuh seorang wanita yang patah hati.
"Tuan Tampan, ini kartumu," kata pelayan yang membantuku membayar tagihan.
Aku tersenyum padanya. Jenis senyuman setarik membentuk seringaian penuh arti. Kulihat dirinya tersipu-sipu. Lihat? Harusnya penampilanku saja cukup untuk membuat Natalie jatuh ke pelukanku.
Aku masih tak percaya aku harus memutar kakiku untuk memberinya waktu. Ini terlalu lama dan aku hampir gila.
Persetan. Wanita itu sangat seksi dan aku sudah cukup lama untuk menahan diri. Aku bisa menahan ini sedikit lebih lama lagi demi memilikinya.
"Hei!" Sebuah seruan yang indah menyeruak pendengaranku. Aku tak mungkin salah bahwa itu Natalie. Tapi aku menahan diriku lebih lama lagi supaya nilai keagresifanku cukup sekali saja dilihat olehnya.
Dia memanggil lagi. "Nate!"
Astaga, aku suka bagaimana dia berteriak memanggil namaku. Aku membayangkan satu momen lain ketika ia menyebut namaku dan aku bisa melihat wajahnya yang diliputi hasrat dan kepuasan. Pikiran ini membuatku gila karena tak bisa bertahan lebih lama lagi.
Aku akhirnya memutuskan untuk memutar kepalaku dan kini wanita yang berbalut gaun hitam ketat seksi, dengan rambut pirang gelap yang mengikal cantik, menghampiriku dengan langkah tergesa-gesa. Ia berdiri di hadapanku. Menjulang dan mataku sejajar dengan payudara berisinya yang tertutup sehingga membuatku bertanya-tanya bagaimana rasanya jika tanganku menangkupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Night to Regret
Romansa√ Completed √ - N O V E L L A - Bagaimana bisa sebuah kebetulan terjadi di malam yang paling menyebalkan bagi Natalie? Ia bertemu dengan pria paling menarik seumur hidupnya. Tampan, penuh pesona, dan semua kepribadiannya adalah cerminan dari fantasi...