#4

21.4K 1.2K 29
                                    

Yang terjadi selanjutnya adalah menit-menit paling menggelisahkan seumur hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang terjadi selanjutnya adalah menit-menit paling menggelisahkan seumur hidupku. Aku bersumpah rasanya lebih mengerikan daripada menunggu keputusan klien. Aku ingin membentak sopir taksi yang sedang menyetir karena benda yang ia kemudikan tak kunjung tiba di apartemenku. Sementara itu, Natalie terus mengamatiku―sekujur tubuhku. Sekarang bagian-bagian yang diamati Natalie mulai sakit.

Persetan dengan apapun yang dipikirkannya, aku tak sanggup lagi menahan gairah yang terlalu lama mencekikku. Aku meraih tengkuk Natalie. Membawa bibirnya ke bibirku. Bibirnya benar-benar sialan manis. Perpaduan lip gloss, Cosmo, dan Natalie. Benar-benar manis dan menggairahkan. Ibu jariku mengusap tengkuknya―brengsek, tengkuknya lembut dan membuatku bergairah. Aku mulai berotak binatang karena ingin meniduri Natalie detik ini juga. Di taksi sialan ini. Dalam keadaan bergerak.

Oh, sial, sial. Persetan dengan apapun itu.

Aku melepas sejenak ciumanku untuk mengatakan bahwa aku berhenti di sini. Sopir taksi itu terlihat gusar karena pemberitahuanku mendadak. Ia mungkin lebih gusar karena menjadi saksi gairah kami yang terbakar.

Aku mengutuk bar itu. Aku mengutuk hari ini. Aku mengutuk bar dan hari ini secara bersamaan. Kenapa Natalie memilih ada di bar itu malam ini? Setelah aku sebulan tidak bercinta? Setelah pikiranku begitu lelah untuk proyek-proyek besar? Dan bar sialan itu tidak cukup dekat dengan hotel dan jauh lebih dekat dengan apartemenku.

Aku tidak pernah membawa teman tidur ke apartemenku.

Lagi-lagi aku akan melanggar ini bersama Natalie.

Aku menarik tangan Natalie keluar dari taksi. Satu tangan yang lainnya nyaris tidak bisa berhenti menggeranyangi bokong Natalie. Kemudian Natalie terkesiap dan mendorong tubuhnya menempel padaku.

Sialan.

"Wow," sembur Natalie. Ia mundur karena merasakan benda keras―maksudku, yang sangat-sangat keras di perutku. Karena rasanya, aku seperti perjaka yang bergairah gila-gilaan.

"Kau merasakannya, baby? Aku hampir menelanjangimu di trotoar."

"Jangan di trotoar," bisik Natalie. "Lantai berapa tempatmu?"

Rasanya aneh. Aku sama sekali tidak bergidik ketika Natalie bertanya begitu. Biasanya aku bersikap defensif ketika seseorang yang menjalani kesenangan sepintas denganku berusaha mengenalku lebih jauh. Tapi rasanya, bersama Natalie, aku bisa memberikan apapun yang ia inginkan.

"Kabar bagusnya, lantai dua. Tidak ada lift, tapi aku tak keberatan memasukimu di tangga atau di bawah tangan atau di bordes atau di lobi."

Natalie terkekeh. "Masuk tempatmu dulu, baru masuki aku."

Hmm... wanita ini ternyata pintar menggoda. Padahal semalaman ia membatasi diri dan bersikap malu-malu padaku. Inilah yang membuatnya semakin menggairahkan.

Another Night to RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang