#11

11.9K 1K 55
                                    

Bagaimana mungkin cuacanya bisa begitu terik tanpa kelabu sedikitpun? Ini seperti mengolokku yang justru menangis tersedu-sedu di tepian marina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana mungkin cuacanya bisa begitu terik tanpa kelabu sedikitpun? Ini seperti mengolokku yang justru menangis tersedu-sedu di tepian marina. Orang-orang menatapku heran karena... orang gila mana yang mungkin menangis di tengah cuaca menyenangkan untuk berjemur dan berenang di pantai?

Tapi aku tak peduli. Maskaraku pastilah sudah luntur dan riasanku mengerikan. Seakan belum jelas bahwa aku memang sedang kacau. Namun pria dengan setelan gelap dan terlihat tampan masih di sampingku, kini menyodorkan kaleng bir padaku. Ia tidak menatap aneh padaku. Tatapannya justru mengiba. Aku bertanya-tanya apakah itu perlu. Jika dia memang peduli soal ini, ia harusnya pergi saja sebelum Greg datang.

"Minumlah, Nat," tawar Nate.

Aku menghapus kasar air mataku dengan punggung tangan. Menatap tajam padanya. Aku tak percaya dia masih tampan setelah menjadi orang yang brengsek. "Aku tidak mau minum alkohol. Terakhir kali aku minum, aku melakukan kesalahan besar." Aku tidak bicara soal aku yang minum setelah kencan semalam kami, tapi biar saja dia merasa dihakimi.

"Ini bebas alkohol," tukas Nate. Ia menarik tanganku dan memberikan kaleng bir itu padaku. Dia pun membuka kaleng lainnya yang serupa dan meminum banyak-banyak. "Kau menangisinya. Itu konyol sekali." Dan aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak memukul kepalanya dengan kaleng yang ada di tanganku. "Aw! Astaga! Apa yang salah denganmu?!"

"Kau tidak tahu betapa aku ingin melakukan itu sejak aku melihatmu di restoran." Aku membuka kalengku dan meminumnya. Pantai di hadapanku ramai dengan orang-orang yang berlibur, menikmati musim panas. Sama sekali tidak seperti terkena masalah. Jelas tidak baru saja diputuskan sang pacar karena mengetahui dirimu berselingkuh.

Aku tahu aku memang bodoh.

"Dia tidak pantas mendapatkan air matamu," gumam Nate.

Aku melipat tanganku dan menatap serius padanya. "Jadi, harusnya aku membiarkannya pergi? Atau harusnya aku berkata, oh, ya, Greg Sayang. Aku memang berselingkuh dengan teman sekantormu. Tapi kau tahu apa? Aku bahkan tidak tahu dia temanmu sampai kau memperkenalkan kami."

Nate memutar mata. Ia memutar tubuhnya dan bersandar di pagar marina. "Pernahkah kau berpikir bagaimana Greg bisa mengetahuinya?"

"Well, yah, aku keceplosan memanggilmu Nate, bukan Nathan. Itu menjelaskan banyak hal."

Nate menggeleng. "Itu konyol. Hampir sebagian teman sekantorku memanggilku Nate. Aku tidak masalah karena ibuku kadang memanggilku dengan sepuluh nama berbeda."

Terkutuklah pikiranku yang justru membayangkan Nate bersama ibunya. Aku memikirkan bagaimana tampannya Nate saat masih kecil dan dipanggil dengan sepuluh nama berbeda. Anak kecil itu pasti jadi favorit orang-orang dan ketika dewasa dia punya masalah testoteron serius dalam dirinya.

"Greg merencanakan ini, kau tahu?"

"Tahu apa?"

"Pertemuan kita. Apa lagi? Greg sendiri yang menyuruhku datang ke sana. Dia bilang Frederick mengajak kami makan siang. Tapi Frederick tidak pernah mengutus Greg untuk melakukan hal sepele itu. Dia punya asisten, demi Tuhan. Begitu pun Greg, dia punya Phoebe untuk menyampaikan itu. Dia tidak perlu repot-repot ke ruanganku. Dan aku bersumpah itu kedua kalinya dia mengetuk pintu kantorku. Brengsek, harusnya aku tahu."

Another Night to RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang