Biasakan vote sebelum membaca ya :) terima kasih.
Ada masa dimana apa yang terjadi hanya sebatas omongan belaka,menjadi suatu kebenaran yang nyata.
- author
******
Hari kembali normal seperti sedia kala. Setelah penjelasan bintang yang membuat kedua sahabatnya tercengang,tibalah hari ini dimana semuanya berjalan maju mengikuti arus waktu.
Suasana kelas tampak sunyi. Murid-murid sangat tertib memperhatikan pelajaran yang diberi oleh gurunya.
Kring...kring...
Bel keluar main berbunyi,suara sorak senang memenuhi gendang telinga. Rendy,bintang,dan dima tidak keluar,mereka tetap berada didalam kelas dengan kesibukan masing-masing.
"Bin,lo jadi?"
Bintang berhenti memainkan ponselnya. Lantas ia menatap rendy dengan sebelah alis yang tertarik keatas.
"Apaan?"
"Acha"
Bintang tidak menjawab pertanyaan rendi. Ia malah menyumpal telinganya dengan headset. Rendy mendengus kesal dan kembali menenggelamkan kepalanya pada kedua telapak tangannya.
"Kayaknya gue harus kekantin deh. Perut gue udah bunyi"
Ujar dima yang ucapannya dibuat seimut mungkin,dengan bibir yang dimajukan beberapa senti dan mengusap-usap perutnya.
"Mau pergi sama siapa?"
"Sama...RASI!"
Rasi langsung saja berhenti berjalan. Ia melongokkan kembali kepalanya kedalam kelas,sedangkan badannya sudah berada diluar kelas.
"APAAN?"
"Tungguin. Gue mau ikut"
Dima langsung saja berlari mengikuti rasi.
Suasana kembali hening lagi diantara rendy dan bintang.
"Ren,lo rasa acha mau gak nerima gue?"
Rendy langsung menegakkan kepalanya. Matanya menatap langsung kearah mata bintang.
"Gak tau"
"Menurut lo lah ren,diterima gak?"
"Mungkin"
"Irit banget ngomongnya,kayak bensin aja bang"
Rendy mendengus sebal dan kembali menenggelamkan kepalanya. Sedangkan bintang tertawa mendapat respon yang begitu dari rendy.
" Ren,kalo misalnya acha gak nerima gue,gue bakal rebut rasi dari devin"
*****
"Ra,ada hal penting yang mau gue kasi tau ke lo"
"Affaa..aan"
Ujar rasi dengan mulut yang penuh dengan batagor. Dera yang berada disamping dima masih asik bermain hapenya dan sedikit-sedikit mendengarkan ucapan antara rasi dan dima.
"Bintang suka sama lo"
BUUHH...
"Rasi lo jorok banget"
Batagor yang ada dimulut rasi langsung saja tersembur kembali masuk kedalam mangkok batagornya.
"Lo apaan sih dima. Gara-gara lo batagor gue jadi kotor kan. Ih,laknat lo dim"
Dera langsung saja tertawa terpingkal-pingkal melihat dima yang sekarang sedang mengaduh kesakitan akibat pukulan dari rasi.
Setelah dirasa cukup,rasi kembali duduk. Wajahnya masih memerah menahan marah. Sedangkan dima,langsung mengalihkan pandangannya dari rasi.
"Lo bohong kan?"
Tunjuk rasi pada dima penuh selidik. Sedangkan yanv ditanya hanya memasang wajah innoncentnya saja.
"Mana mungkin gue bohong"
Rasi mendengus sebal mendengar jawaban dima. Ia menatap ke arah dera yang sedang menatap nya juga.
"De,lo percaya?"
"Percaya aja sih. Lagian,tingkah bintang ke lo itu beda ra."
"Tapi kita sahabat"
Dima langsung berdiri dengan wajah yang dibuat sok serius.
"Suka bukan berarti kalian harus bersama kan. Lagian jangan ke geeran dulu jadi cewek"
Setelah mengucapkan itu dima langsung saja berlari meninggalkan rasi dan dera sebelum badannya akan dipukuli lagi dengan rasi.
"DIMA!!!"
Rasi ingin mengejar dima, tapi ditahan dengan dera.
"Udah lah ra,palingan dima juga ngibulin lo aja"
" Tapi gue geram banget sama dia. Gara-gara dia batagor gue muncrat semua dan ditambah mood gue yang turun drastis"
"Gak usah diinget lupain aja"
"Siapa juga yang mau inget. Paling cuma sekadar candaan aja"
"Yakin itu candaan?"
******
Terimakasih telah membaca. Jangan lupa vote dan comments ya :)
Sorry kalo ada typo :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpressed Feelings [On Going]
Teen FictionRasi Anantawari,seorang pelajar kelas 12 yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri yaitu Bintang Fakhri Albar. Bintang tidak menyadarinya,sehingga membuat rasi berusaha untuk berhenti menyukai bintang. Dan saat rasi telah berhasil,ia dikejutkan denga...