chapter 3

60 7 0
                                    

Biasakan Vote sebelum membaca.

"Anggap aja gue patung ra. Patung yang indah tapi gak pernah dianggap lebih selain sebagai pajangan"

- Rendy

    
                         *****

       Rasi berjalan dikoridor sekolah bersama dera. Hari ini kelas rasi akan belajar dilabor komputer. Mereka berjalan sambil berbincang-bincang ringan. Di pertengahan jalan,rasi melihat devin sedang bercanda gurau berdua dengan seorang gadis yang dipastikan itu adalah temannya. Mereka sedang tertawa didepan kelas. 

"Itu bukannya devin ya ra?"

Dera menunjukkan jarinya kearah dimana devin berada. Rasi hanya mengulas senyum melihat pemandangan yang ada didepannya ini.

"biarin aja. Mereka kan temanan. Gak ada salahnya kan de?"

"Ya walaupun ga ada salahnya,setidaknya kan harus bisa jaga jarak juga sih ra. lo tau kan itu mira. Mira itu dekat banget sama lo. Dan lo percaya gitu aja kalo dia gak ada maksud apa-apa dibalik kedekatannya sama lo? dia yang selalu ngadu ini itu tentang devin? lo gak ada curiga sama sekali apa ra?"

Rasi tidak menghiraukan perkataan dera,ia berjalan pergi meninggalkan dera yang masih berdiri disana. Sebenarnya hatinya sakit melihat devin yang tampak seperti orang berpacaran bersama mira. Biasanya hanya rasi satu-satunya cewek yang bisa mendapatkan perlakuan seperti itu oleh devin. Hanya rasi seorang. Katakanlah ia egois,tapi itulah faktanya.

Dera berjalan mengejar rasi yang telah berjalan terlebih dahulu. Dera dapat mengetahui bahwa rasi tidaklah sedang dalam keadaan baik. Tampak dari wajahnya yang muram. Rasi berbelok arah dan tidak ingin melewati kelas devin.

Dilain sisi,devin sedang bercanda gurau bersama mira. Mereka tertawa bersama,tanpa ada orang lain disekitarnya,karena mereka berdua yang sekarang sedang berada diluar kelas.

"dev,hubungan lo sama kak rasi gimana? Aman?"

Tiba-tiba saja ucapan yang mira lontarkan membuat keadaan yang  awal mulanya biasa saja menjadi sedikit canggung.

"Selagi gak ada orang ketiga,ya aman-aman aja"

Mira duduk berhadapan dengan devin. Pandangannya lurus menatap mata devin. Devin yang mendapat tatapan seperti itu langsung saja mengerutkan alisnya. 

"kenapa lo tanya kayak gitu ke gue,mir?"

"kalo misalnya ada orang ketiga dalam hubungan kalian,apa yang bakal lo lakuin sama orang itu?"

"Gue tanya baik-baik sama dia,kenapa dia mau ikut campur dalam hubungan gue sama rasi"

"kalo misalnya orang ketiga itu berasal dari lo gimana?"

devin menaikkan sebelah alisnya. ia menatap lekat ke arah mata mira,wajah devin pun ia majukan,sehingga yang sekarang menjadi titik fokusnya adalah mata mira.

"Gue bakalan pergi menjauh dari rasi. Dan kembali lagi,saat gue memang udah benar-benar siap mengubah diri gue yang hina menjadi terpuji. Rasi itu bagai berlian dalam hidup gue. Mahal dan langka. Gue adalah lelaki terbodoh kalau sampai melepas rasi gitu aja."

Devin langsung saja pergi meninggalkan mira dan kembali masuk kedalam kelasnya. sedangkan mira masih tetap duduk diam sambil menatap air kolam yang ada didepannya. Tatapan mira mengisyaratkan sebuah artian yang tak bisa dipahami oleh orang lain termasuk devin.

"Mira,kantin yuk"

Angga datang menghampiri mira. angga adalah kekasih mira. mereka satu kelas,walaupun begitu tampak sangat so sweet saat mereka bersanding berdua. Senyum langsung saja merekah di wajah cantik mira. Dengan senangnya angga langsung saja menggandeng tangan mira. Mereka berdua pergi menuju kekantin dengan langkah gembira serta tangan yang saling bergenggaman.

                         *****

"ra,muka lo gue perhatiin daritadi kok muram gitu?"

Rendy baru saja datang,dan langsung duduk disamping rasi. Dari awal masuk,mata rendy selalu terfokus pada rasi. Sedari tadi yang ia amati,dapat disimpulkan bahwa rasi sedang bersedih. Karena tidak tahan lagi,rendy langsung saja datang dan bertanya secara langsung kepada rasi.

"gue..gak papa"

"Yakin? Cerita aja kali"

Tatapan rasi lurus menghadap ke arah depan,sedangkan rendy dengan fokusnya menatap wajah rasi dari samping. Rendy menunggu rasi mengeluarkan suara lagi. Ia tidak berbicara untuk memaksa rasi agar memberitahunya. Yang ia lakukan hanyalah bungkam,sambil menatap rasi yang sedang menatap lurus kedepan.

"Gue liat lagi devin bercanda berdua sama mira,ren"

"Mira? Pacarnya angga?"

Rasi hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak berani lagi mengeluarkan sepatah katapun untuk berbicara kepada rendy. Dalam diam,rasi menangis. Entahlah,rasi pun tidak tahu kenapa ia bisa menangis. Yang jelas,tangisan itu telah ia pendam sedari tadi sebelum rendy datang menghampirinya.

"Nangis aja,gak apa. Gue siap kok dengernya"

Rasi mendongakkan kepalanya agar bisa menatap rendy yang kebetulan sedang menatap lekat kearah matanya.

"Gue gak tahu kenapa gue bisa nangis kayak gini. Padahal tangis ini udah gue tahan dari tadi dan gue berhasil. Tapi,harapan gue kembali hancur,saat lo datang tangis ini menjadi pecah. Dan gue rasa,gue kayak gak mau berhenti nangis."

Rendy mengerutkan dahinya. lalu ia tersenyum manis bahkan sangat manis sekali.

"Mungkin hati lo percaya,kalo cuman gue orang yang bisa jadi sandaran buat lo disaat lo bersedih"

"Iya kali ya? Ah,tapi gue jadi malu ren nangis depan lo"

"Anggap aja gue patung ra. Patung yang indah tapi gak pernah dianggap lebih selain sebagai pajangan"

                         *****

Terimakasih telah membaca. Jangan lupa Vote dan Comments ya :)

Tunggu kelanjutan part selanjutnya ya.

Sorry kalo ada typo ya

*truestory.

Unexpressed Feelings [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang