Chapter 11

21 5 0
                                    

Biasakan vote sebelum membaca :)

Cinta hanya menghadirkan luka. Inilah konsekuen yang harus lo terima,saat lo jatuh cinta. Jangan jadi cengeng,cuman gegara orang yang gak berprasaan menumbangkan lo. Mereka hanya mampu membuat lo jatuh,tapi tak mampu melenyapkan hidup lo. Paham akan hal itu rasi

*****

Bintang mengetuk pintu rumah rasi untuk yang ketiga kalinya. Sedari tadi,belum ada yang membuka pintu. Keadaan rumah rasi pun sepi. Diketuk sekali lagi oleh bintang,tapi hasilnya tetap nihil.

Bintang membalikkan badannya dan berjalan menuju ke pagar. Saat hampir sampai dipagar,bintang menghentikan langkahnya.

"Hey,ngapain?" Pekikan seseorang dari arah rumah rasi membuat bintang menghentikan langkahnya. Ditolehkannya kepalanya kebelakang.

Disana berdiri seorang anak kecil dengan rambut ikal,kedua tangan yang dilipat di depan dada menatap bintang dengan sangar.

"Kok diem aja? Kan ditanya. Punya mulut gak?" Anak itu memekik sekali lagi saat ia tidak mendapat jawaban dari bintang.

Bintang melangkahkan kembali kakinya menuju rumah rasi,sampai ia berdiri tepat dihadapan anak kecil itu.

"Ada rasi?"

Anak kecil itu mendongakkan kepalanya dan menatap bintang dari atas kebawah. Melihat hal ini,sesusah payah bintang menahan tawanya melihat ulah anak kecil itu.

"Kamu bukan orang kemarin yang datang jemput kak rasi. Kamu ini siapa?"

"Saya temennya rasi."

Anak kecil itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menatap bintang sekali lagi,lalu ia tersenyum.

"Kalo dilihat-lihat lah ya,kamu ganteng juga. Siapa nama kamu?"

Bintang menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan anak ini. "Bintang,temannya rasi. Kamu siapa?"

"Waahh,nama kita hampir sama. Aku bulan,adik kak rasi. Kalo kata orang,namanya hampir mirip itu jodoh. Aku bulan,kamu bintang"

Bulan terkikik geli sampai matanya lurus seperti garis. Sedangkan bintang,ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Bintang sempat terkejut mendengarkan ucapan bulan. Lalu ia pun ikut tersenyum.

"Kamu tahu dari mana?"

"Kata temen aku"

"Kamu kelas berapa?"

"4 sd"

"Emang bocah sd udah paham pasal kayak beginian?"

"Paham dong. Bocah jaman now"
Bulan melipatkan kedua tangannya didepan dada dan mengangkatkan kepalanya bergaya sengak lalu ia tertawa saat melihat ekspresi bintang yang cengokan melihat tingkah bulan.

Bocah jaman now kayak beginian ya? Gumam bintang dalam hati. Kelakuan adik rasi sangat konyol nan menggemaskan. Sama seperti kakaknya. Mengingat itu bintang kembali tersadar pada tujuan awalnya.

"Rasinya ada?"

Bulan menghentikan tawanya,lalu ia kembali memandang bintang.

"Ada. Lagi molor."

"Oh gitu ya,yaudah. Ni tolong kasi mie ayam ya buat kakak kamu. Ini ada 2. Satu buat kakak kamu,satu lagi buat kamu."

Bintang menyodorkan sekantong plastik yang langsung diambil oleh bulan. "Makasih banyak ya kak. Kakak gak mau mampir dulu?"

"Gak deh,gak usah. Kakak pulang aja" Bulan menganggukkan kepalanya. Dan bintang langsung pergi meninggalkan pelataran rumah rasi.

Dilain sisi,sedari tadi rasi melihat bahwa adanya bintang dirumahnya. Tapi ia tidak ingin turun untuk menemui bintang. Yang ia lakukan hanyalah menatap bintang dari jendela kamarnya.

Saat pulang sekolah tadi,rasi membuka ponselnya dan bermain aplikasi instagram. Saat pertama sekali melihat beranda,disana ia melihat bintang nengepost foto berdua dengan acha.

Senyum bahagia terpancara dari diri mereka berdua. Bintang yang merangkul acha,dan acha memeluk bintang. Mereka tampak serasi dengan dikelilingi lilin dan pemandangan yang luas.

Hati rasi merasa panas. Pantaskah ia marah melihat bintang bersama acha? Mana mungkin dia bisa marah sedangkan acha adalah pacar bintang dan dia adalah teman bintang.

Status mereka berbeda kasta. Acha adalah harapan bintang. Kebahagiaan bintang ialah acha. Sedangkan rasi? Hanyalah teman yang selalu bermain bersamanya. Hanya bermain dan sebatas menemani. Bukan untuk mengisi.

Setitik air mata,jatuh lolos ke pipi rasi. Di hapusnya air mata itu,dan kembali ke kasurnya. Dengan perasaan goncang dan campur aduk,rasi mengambil sebuah buku diary dari dalam laci meja kamarnya.

Di ukirnya lah satu persatu,bait perbait tulisan. Diiringi dengan air mata yang mulai berjatuhan.

Hari ini cerah,namun tak secerah hati sang insan.
Perasaan ini gondok,entah mengapa panas serasa sesak didada.
Ingin sekali aku berjalan dan menarik mu untuk ikut jalan hidupku.
Namun,aku tak mampu.
Ku lihat kau telah merasa bahagia dengannya. Pancaran indah itu keluar menunjukkan cerahnya suasana hatimu.
Seberapa lama lagi aku harus diam dan bertahan?
Perasaan yang aku punya telah hancur dan berharap kau bisa menata ulang kehancuran itu.
Namun,harapan hanyalah harapan.
Seharusnya aku dapat memikirkannya sejak awal. Bahwa kau memang tak bisa membantu.
Kedatanganmu dan dia sama menambah luka.
Kehadiranmu dan dia sama kubutuhkan.
Dan keegoisanku ini membuat ku tersadar.
Bahwa tak seharusnya aku menggenggam dua cahaya. Tak seharusnya aku saja yang merasakan terangnya mentari. Seharusnya aku berbagi.
Jika saja aku melakukan itu sejak awal,pasti saat ini aku masih bisa menggenggam salah satu diri kalian.

Teruntuk rindu,yang keseribu.
Rasi Anantawari,pola kehidupan.

Rasi menutup buku diary nya. Air mata pun tak mampu ditahan. Rasa sakit dan sesak bercampur menjadi satu. Semuanya bercampur dan berjalan seolah-olah rasi adalah tujuan utama kehadiran mereka.

"Cinta hanya menghadirkan luka. Inilah konsekuen yang harus lo terima,saat lo jatuh cinta. Jangan jadi cengeng,cuman gegara orang yang gak berprasaan menumbangkan lo. Mereka hanya mampu membuat lo jatuh,tapi tak mampu melenyapkan hidup lo. Paham akan hal itu rasi"

Ditariknya selimut sampai sebatas leher,dan memejamkan matanya. Dimata terpejam rasi menangis dalam diam,tanpa suara.

*****

Terima kasih telah membaca.
Jangan lupa vote dan comments ya :)

Sorry jika ada typo

See you next chap yaa...

Unexpressed Feelings [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang