Biasakan vote sebelum membaca :)
"Sekali-kali lo harus dikasarin. Biar lo tahu,kalo gue benar-benar serius. Gak main-main"
- Devin.
*****
Rasi berjalan lesu masuk kedalam kelasnya. Suasana kelas yang ramai pun tetap membuat hati rasi sepi. Seperti tidak bisa mencairkan suasana.
Dera belum datang,dima,rendy,dan bintang juga sedang tidak dikelas. Dengan langkah gontai rasi berjalan keliling sekolah sebelum bel masuk berbunyi.
Orang-orang menyapa rasi dan dibalas ramah juga olehnya. Rasi berjalan mengitari sekolah dan berhenti di taman.
Dikeluarkan ponselnya dari saku celana,ia memainkan ponsel dengan malas. Suasana hati nya sedang tidak mendukung. Semuanya terasa begitu cepat sekali terjadi.
"Dev,nanti pulang sekolah temenin aku beli kado buat mama ya. Soalnya mama ulang tahun"
"Oh ya? Yaudah pulang nanti aku juga mau beliin hadiah juga deh buat camer aku"
"Ah kamu,nanti aku kenalin deh kamu ke mama aku. Biar makin dekat"
"Oke sayang"
Lelaki ini mengacak-acak rambut sang gadis.Rasi memandang ke arah dua insan manusia yang berdiri tak jauh darinya. Orang itu,tak asing sekali postur badannya bagi rasi.
Disana mereka tampak bermesraan seperti sepasang kekasih yang saling menyayangi. Dipandangnya lagi dengan jelas siapa itu.
Ternyata benar. Disana devin sedang bercanda gurau dengan seorang gadis. Mereka tampak senang,serasa dunia hanya milik berdua. Dan tak sungkan berbagi kemesraan padahal disitu ada rasi.
Lelaki itu memancarkan senyum menawan yang selalu ia tunjukkan pada rasi. Tangannya yang selalu ia gunakan untuk mengacak rambutnya,gurauan untuk mencerahkan suasana kini tidak lagi ditujukan padanya.
Semua seperti khayalan. Berjalan dengan begitu cepat tanpa disadari. Berawal tak saling kenal menjadi kenal,kemudian dekat,bersama,cinta,dan perpisahan.
Rasi membuang arah pandangannya berusaha tidak melihat ke arah mereka. Dan berusaha menulikan telinga agar tidak mendengarkan kata-kata yang sangat tak ingin rasi dengarkan dari dua orang yang saat ini ia benci
Berusaha ingin bangkit dan pergi meninggalkan tempat itu tapi tak bisa. Seolah-olah tubuh rasi seperti telah terekat lem hingga tak dapat berpindah.
"Sayang,ayo aku antar kamu masuk kelas. Bentar lagi bel loh"
"Oh ya?Yaudah ayo"
Orang itu berjalan melewati rasi dengan santai. Bercanda gurau dan tertawa bersama tanpa menoleh sedikit pun padanya. Devin dengan erat merangkul pundak cewek tersebut.
Hati rasi benar-benar mencolos. Semalam ia berusaha untuk melupakan devin,dan menghilangkan rasa sakit yang telah devin tancap dengan susah payah. Dan sekarang ia menambah kembali rasa sakit itu?
Jika rasi mempunyai kedudukan hebat dalam kehidupan devin,ia ingin sekali menjambak rambut perempuan tadi. Perempuan yang telah mengambil pacarnya?
Masih pantas disebut pacar?
Rasi memandang punggung devin bersama pacarnya yang rasi rasa itu menjauh. Ia tak pergi dari tempat itu,bahkan bel masuk berbunyi.
Sampai beberapa menit,rasi mendongakkan kepalanya saat ia melihat ada sepasang sepatu yang berhadapan dengan sepatu miliknya.
"Masuk,udah bel. Ntar dimarahin sama gurunya"
Lelaki itu berbicara dingin. Ekspresinya datar tanpa menatap rasi sedikitpun."Bentar lagi. Masih betah"
Lelaki itu akhirnya memandang wajah rasi yang sekarang sedang menatapnya juga. Pandangan mereka bertemu. Tatapan manik mata pun saling beradu.
Lelaki itu menarik tangan rasi membuat rasi jadi ikut berdiri. "Masuk. Belajar yang bener sana. Anak cewek gak bagus nakal"
"Apa peduli lo sama hidup gue?"
Rasi menghempaskan tangan devin dari tangannya. Matanya menatap lurus manik mata devin yang sedang menatapnya nyalang.
"Jangan jadi anak nakal. Gue gak suka liat cewek nakal"
"Suka-suka gue lah. Yang nakal gue kok yang sewot lo"
"Gue kayak gini karena gue peduli"
Ucapan devin sangat dingin dan terkesan datar tanpa ekspresi tapi penuh dengan penekanan."Gak usah bertindak seolah-olah lo peduli sama gue. Padahal kenyataannya gak sama sekali. Jangan munafik sama hidup lo. Jujur kalo itu iya,lepas kalo itu gak."
"Iya gue peduli sama lo. Sampai detik ini masih sama."
"Dan lo kira gue percaya? Sekali kali,manusia itu perlu mendapatkan hukuman tanpa ada kesempatan. Agar ia bisa tahu bagaimana sakitnya dimanfaatkan."
Devin tidak menghiraukan ucapan rasi. Ia menarik kasar pergelangan tangan rasi dan menyeretnya menuju kelas. Rasi berusaha memberontak. Tapi nihil hasilnya tetap sama. Tenaga devin lebih kuat darinya.
"Sekali-kali lo harus dikasarin. Biar lo tahu,kalo gue benar-benar serius. Gak main-main"
Diam-diam rasi tersenyum dibelakang devin. Ia tidak memberontak lagi. Dibiarkannya devin menariknya hingga sampai dikelasnya. Rasi tidak peduli. Setidaknya untuk hari ini cukup mengobati luka rasi.
Gue bilangin lo jangan munafik,padahal kenyataannya gue yang begitu. Gumam rasi dalam hati.
Diantarkannya lah rasi sampai kelasnya. Devin melepaskan cengkraman tangannya pada rasi. Lalu ia mengintip keadaan kelas rasi.
"Tuh kan,udah gue bilangin masuk daritadi lo gak mau. Liat noh sekarang ada guru."
Rasi mengintip juga keadaan kelasnya dan disana terdapat buk ina yang sedang menjelaskan materi.
"Bu ina juga pun"
Devin melotot kearah rasi. Dengan santainya ia menanggapi situasi padahal saat ini guru killer itu sedang mengajar dikelasnya,dan ia terlambat masuk.
"Serah lo deh. Udah gue gak peduli. Mau dihukum apa gak itu urusan lo. Bukan gue"
"Yang nyuruh lo peduli juga siapa?"
Devin menatap kesal kearah rasi dan meninggalkan rasi begitu saja. Dengan langkah santai rasi masuk kedalam kelasnya tanpa dimarah sedikitpun oleh buk ina.
Devin secara diam-diam mengintip lewat jendela dan ia menghela nafas tenang.
"Pacar gue pesonanya emang luar biasa ya. Beruntung gue"
Devin melangkah santai kakinya kembali kekelas.
*****
Terimakasih telah membaca.
Jangan lupa vote dan komentar.Maaf jika terdapat kesalahan penulisan.
See you next chap ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpressed Feelings [On Going]
Teen FictionRasi Anantawari,seorang pelajar kelas 12 yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri yaitu Bintang Fakhri Albar. Bintang tidak menyadarinya,sehingga membuat rasi berusaha untuk berhenti menyukai bintang. Dan saat rasi telah berhasil,ia dikejutkan denga...