Chapter 22

36 3 0
                                    

Biasakan vote sebelum membaca :)

"Gue yang harus berterima kasih. Karena lo, udah mau hadir dalam kehidupan buram gue yang sekarang menjadi colorfull"

-Rendy


*****


              Cuaca hari ini tampak cerah. Angin sore yang berhembus menerpa rambut panjang seorang gadis yang sejak tadi terurai panjang sebahu. Gadis itu duduk di sebuah bangku panjang taman. Memakai dress kembang bermotif bunga-bunga yang berwarna putih. Pandangannya lurus ke arah jalanan di samping taman.Menunggu kedatangan seseorang yang sejak tadi belum menampakkan batang hidungnya.

Suasana taman kali ini sangat ramai. Dihiasi dengan suara anak-anak yang berlari kesana kemari bermain segala macam wahana permainan yang terdapat di taman tersebut. Suara ibu-ibu yang bergosip ria sambil mengawasi anaknya bermain, dan juga suara para pedagang yang menawari dan melayani para pembeli.

Suara mereka seperti penyemangat yang membuat gadis tersebut tambah mengembangkan senyumnya. Sehingga menampakkan kedua lesung pipinya. Tak berselang lama, datang seorang lelaki dengan senyum yang mengembang menghampiri sang gadis.

"hai". Lelaki tersebut langsung duduk disebelah sang gadis. Gadis ini pun membalas senyum dan sapaannya. "Cuaca kayak gini tuh enaknya pacaran sama kasur. Lo ganggu waktu pacaran gue aja. Lo tau gak,kalo orang yang ganggu orang lain pacaran itu disebut pe-ni-kung"

"pacaran sama kasur? lo masih normal kan?". Rasi bergaya seperti mengintrogasi seseorang yang mencuri. Ia menelisik mata rendy dalam dan membuat rendy beberapa saat terdiam. Tatapan mata rasi yang hangat, membuat rendy seperti terhipnotis. Rendy yakin, jikalau orang di luar sana juga pasti akan tertegun saat di tatap sendu seperti ini oleh rasi.

"ren, pria normal itu akan pacaran sama cewek. Bukan sama kasur. Kok lo gak ada tertariknya sama sekali ya sama cewek. Apa jangan-jangan lo belok ya?"

"Enak aja lo ngomong. Manis banget ya tuh bibir". Rasi mengerucutkan bibirnya, lalu ia membuang mukanya tidak mau menatap ke arah rendy. Rendy terkekeh pelan melihat tingkah rasi yang menurutnya menggemaskan. Di usapnya puncak kepala rasi dengan lembut.

"Tujuan lo ngajak gue kesini ngapain ra? Bukan dating kan?". Rendy memainkan alisnya menatap rasi. Rasi langsung saja menggepak lengan rendy dan membuat lelaki itu tertawa terbahak-bahak sehingga matanya sampai tinggal segaris. Suara tawa rendy membuat orang sekitar menjadi menatap kearahnya.

"ketawa lo besar banget. Liat tuh,mereka pada ngeliatin lo". Mereka memandang sekitar taman mereka duduki, disana tampak beberapa orang memandang aneh ke mereka sambil berbisik-bisik. "Ya biarin lah. Emang hidup lo tergantung sama pendapat-pendapat kosong mereka?"

Rasi hanya mengulas senyum tipis dan langsung saja mengambil paperbag yang daritadi ia simpan disampingnya. "wahh,apaan nih?". Rendy langsung saja melihat isi dari paperbag tersebut. Matanya berbinar melihat satu kaos berwarna hitam yang ia yakini sangat lah mahal harganya, karena terlihat dari merek bajunya.

"titip ya, buat bintang. Itu kaos yang kemaren gue beli di Tg.Pinang, yang kemaren juga gue minta saran dari lo". Rendy tersenyum menatap paperbag itu. Lalu ia beralih menatap rasi yang memasang wajah polos dihadapannya. Menggemaskan sekali.

"Ternyata lo ikutin juga saran gue".

"Yaiyalah, saran lo selalu pas banget sama gue. Dan gue juga suka."

"suka?" Rendy menaikkan sebelas alisnya menatap rasi. "Iya, saran lo. Gue suka". Senyum merekah di wajah rasi. Bibirnya tertarik ke atas, dan lesung pipinya kelihatan semakin dalam.

"Oh, saran aja? orangnya?"

"B aja"

Rasi membuang wajahnya dari tatapan rendy. Entah mengapa saat rendy menatapnya seperti itu membuat ia menjadi merasa bersalah. Ia memberikan bintang oleh-oleh baju kaos yang ia tahu dari rendy. Sedangkan rendy orang yang memberi saran tersebut tidak ia berikan. Kali ini, rasi merasa bersalah kepada rendy. Dia mencoba membuang perasaan bimbang itu dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya yang berjuntai.

"Nanti gue kasi ke bintang. Pasti dia suka.". Rendy tersenyum lembut kepada rasi. Walaupun rasi tidak memandang ke arahnya. Rendy membalikkan badan rasi untuk menatap ke arahnya kembali. Saat rasi kembali menghadapnya, tatapan mereka bertemu. Rendy yang terlebih dahulu memberikan senyum kepada rasi.

"Udah santai aja. Gak usah merasa bersalah gitu. Ngeliat lo masih ada di hadapin gue dengan sehat wal'afiat aja udah bersyukur gue."

"Maaf"

Rendy memegang dagu rasi yang sedang menunduk setelah mengucapkan maaf padanya. "Ren,temanin gue cari kado buat devin ya. Besok devin ultah"

"Besok ya? Kok baru sekarang belinya?"

"kemarin-kemarin gue bimbang mau belinya". Rasi menyengir lebar. "Yaudah, mau beli apa?". Rendy berdiri dari duduknya dan langsung mengulurkan tangannya untuk membantu rasi berdiri. Rasi pun menerima uluran tangan itu.

"Kemeja kali ya. Kayaknya cocok deh". Rendy tersenyum simpul dan langsung menggenggam tangan rasi. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan rasi, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk memegang paperbag yang akan ia berikan kepada bintang.

Mereka berjalan menuju ke arah dimana motor rendy terparkir, saat sampai, rendy langsung saja menyerahkan helm yang sengaja ia bawa untuk rasi. Tadinya, setelah ini rendy ingin mengajak rasi berkeliling kota sambil menikmati udara kota yang kebetulan sore ini sangat enak sekali menerpa tubuh.

"Ren, makasih". Rendy mengerutkan alisnya bermaksud bertanya buat apa pada rasi. "Udah baik banget sama gue."

Rendy hanya tersenyum dan langsung menarik rasi masuk kedalam pelukannya. Ia meletakkan dagunya diatas kepala rasi dan sambil mengusapnya. "Gue yang harus berterima kasih. Karena lo, udah mau hadir dalam kehidupan buram gue yang sekarang menjadi colorfull"



*****

Terima kasih telah membaca.
Jangan lupa vote dan comments ya

Sorry jika ada typo :)

See you next chapt ya....

Unexpressed Feelings [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang