Chapter 5

44 7 0
                                    

Biasakan vote sebelum membaca :)

"Kamu adalah mutiara terindah yang aku miliki. Kamu satu-satunya benda berharga tak ternilai yang aku punya. Dan aku adalah orang terberuntung karena memilikinya. Dan tak akan pernah mungkin aku menggoreskan mutiara yang udah susah payah aku temukan"

- Devin

                         *****

        Devin sedang berada didalam ruangan yang selalu menjadi tempat ternyaman baginya. Yaitu ruangan samsak.

Disana lah devin dapat menghabiskan segala waktunya,sekaligus untuk melampiaskan emosinya.

Seperti sekarang ini ia sedang memukul samsaknya. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya,jika dilihat dari mimik muka,devin sedang marah.

Saat sedang asik-asiknya memukul,tiba-tiba saja devin berhenti akibat mendengar sebuah suara yang saat ini sangat devin rindukan.

"Dev.."

Devin membalikkan badannya. Disana rasi sedang berdiri sambil menenteng sebuah paperbag berwarna hitam.

Devin datang menghampiri rasi,dan berdiri tepat dihadapan rasi. Postur badan devin yang tinggi membuat rasi mendongak agar bisa menatap manik matanya.

"Ra,kok nangis?"

Air mata langsung jatuh menetes di pipi rasi begitu saja saat devin datang menghampirinya. Ia juga tidak tahu mengapa bisa sampai menangis. Sedangkan devin tampak panik,langsung saja tangan devin menyeka air mata rasi,tapi ditepis oleh tangan rasi.

"Kamu sama rasya ada apa? Kenapa aku selalu liat kamu pulang bareng sama rasya? Emang kalian berdua ada apa dev? Apa yang kalian sembunyiin dari aku?"

"Gak ada apa-apa ra,kita temen"

"Iya temen,tapi mesra"

"Aku cuma nganter dia pulang aja,soalnya rasya udah nunggu dijemput,tapi gak jemput-jemput''

Rasi menatap manik mata devin untuk mencari tanda-tanda kebohongan. Tapi,tidak ada. Yang dilihatnya ialah pancaran ketulusan yang sangat berharga untuk rasi dapatkan.

"Ra,aku cuma sayang sama kamu. Gimana pun aku diluar sana,kamu cukup percaya satu aja. Jangan dengerin apa kata orang tentang aku. Aku sayang kamu"

Rasi diam. Ia tidak menjawab kata-kata manis yang devin sampaikan. Matanya masih saja tetap menatap mata devin. Air matanya pun terus jatuh tanpa ada hentian.

"Rasi,mau kayak mana lagi aku sama kamu agar kamu percaya kalo aku beneran sayang sama kamu?"

Rasi tetap bungkam. Mulutnya seolah olah terkunci. Dan membiarkan devin berbicara.

"Kamu adalah mutiara terindah yang aku miliki. Kamu satu-satunya benda berharga tak ternilai yang aku punya. Dan aku adalah orang terberuntung karena memilikinya. Dan tak akan pernah mungkin aku menggoreskan mutiara yang udah susah payah aku temukan"

Devin maju lebih dekat dengan rasi,hidungnya dan hidung rasi saling menempel. Degupan jantung keduanya pun sangat cepat. Sampai-sampai keduanya saling menahan nafas.

"Aku sayang kamu. Cukup kamu rasi"

CUP...

Devin mencium kening rasi cukup lama. Dan memeluk rasi dengan sangat erat. Rasi membalas pelukan devin.

"Jangan sekali-kali berpikir untuk pergi ra. Kemana pun kamu pergi,akan tetap aku temui."

"Ngumpet ditempat yang gak bakalan kamu cari"

"Aku gunain GPS"

"Aku gak bawa ponsel"

"Aku tetap nyari kamu"

"Aku lari sejauh mungkin"

"Aku pasti dapetin kamu"

"Tau darimana kamu?"

"Aku kan takdir kamu"

Devin semakin mengeratkan pelukannya pada rasi. Dan rasi sangat nyaman sekali berada dalam dekapan devin.

Mereka saling tersenyum dan tidak ada salah satu dari mereka yang berniat melepaskan pelukan. Sampai saat sebuah suara memecahkan suasana.

"Pelukan mulu. Kayak masha and the bear aja"

Rasi langsung saja melepaskan pelukannya pada devin. Sedangkan devin menatap tajam orang yang telah merusak suasana.

"Ngapain lo disini?"

"Mau latihan lah. Emang lo kira gue mau apa lagi? Liatin kalian pacaran? Halah buang waktu aja"

"Sirik aja lo jomblo"

"Udah keluar sana. Kalo mau pacaran jangan disini. Disini tempatnya sepi,keburu khilaf baru tai lo"

"Tau ogeb"

"Aahh sama aja. Udah sono-sono"

Devin menarik tangan rasi dengan lembut dan mengajak rasi untuk keluar dari ruang latihannya.

Tapi,saat sampai di ambang pintu devin menghentikan langkahnya.

"Revan"

Revan pun menoleh ke arah devin. Dan seketika matanya membulat saat melihat devin mencium pipi rasi. Lebih tepatnya ujung bibir rasi.
"DEVIN GUE ADUIN MAMA YA LO!"

Devin menggenggam tangan rasi dengan sangat erat sambil berlari dan tertawa sepuas puasnya karena telah berhasil mengganggu saudara kembarnya. Sedangkan rasi yang dibelakangnya sedang menahan nafas atas apa yang telah devin lakukan tadi.

"Rasi,jangan blushing. Jadi pengen cium lagi"

Rasi langsung saja menutup kedua pipinya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan devin tertawa terpingkal-pingkal dihadapannya.

******
Terima kasih telah membaca. Jangan lupa vote dan comment ya.

Maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan.

See you next chap ya...

Unexpressed Feelings [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang