Chapter 23 So(K) sweet

18 3 0
                                    

Biasakan vote sebelum membaca :)

"Princess, ayo pulang"

- Anonym.

*****

Rendy berjalan di belakang dera dan rasi. Sedari tadi, mereka hanya berputar-putar, keluar masuk satu persatu toko distro. Tapi, dari 5 toko yang telah mereka datangi, tak satupun ada yang pas dengan keinginan rasi.

Gadis itu sedari tadi telah menyuruh rendy untuk mengetest setiap baju yang ia cari untuk devin. Namun, tak ada satupun dari sekian banyak baju yang ia beli.

Lihatlah sekarang, ia dan dera masih bisa tertawa lepas tanpa beban, sedangkan rendy dibelakangnya sudah menekukkan wajahnya tanda lelah. Lelah fisik dan lelah perasaan.

''Ra, cepetan dong milihnya. Gue capek tau dari tadi keluar masuk sana sini tapi gak beli apa-apa. Itu sama aja sia-sia tau gak."

Dera langsung saja membalikkan badannya ke arah rendy. Dan rendy pun menghentikan langkahnya. "Gak ada yang sia-sia. Dari semua toko, gak ada satupun baju yang menurut kita tu bagus. Ya wajarlah gak di beli." Dera yang menjawabnya, bukan rasi. Rasi berjalan lurus seakan-akan ia tidak mendengarkan ucapan rendy.

Rendy melototkan matanya ke arah dera. "Lo bilang gak ada yang bagus? Lo buta atau apa? Dari semua baju yang kalian pilih itu bagus-bagus semua. Dan itu semua merek papan atas. Oh my god,lo berdua sengaja mau ngerjain gue?"

Dera tidak menjawab lagi pertanyaan rendy. Ia lalu membalikkan lagi badannya ke depan untuk mengejar rasi yang sudah jauh dari mereka.

''Alasan cewek kalo gak jadi beli baju yang udah dia coba tu cuman ada dua. Kalo gak pas di badan ya gak ada duit"

Rendy pun berjalan cepat menuju dera dan rasi. Dilihatnya dua wanita itu telah masuk kesebuah toko distro di mall ini. Rendy menghembuskan nafas kasar. Lalu ia pun berjalan masuk kedalam toko tersebut.

"Ren, coba deh test yang ini". Rasi menyodorkan kaos berwarna putih dengan tulisan threesecond pada dadanya. Kaos tersebut di hiasi dengan titik-titik hitam yang terlihat seperti noda percikan kuah makanan.

"Lagi?"

"Ya, ini yang terakhir"

Rendy mengambil baju tersebut dari tangan rasi. Lalu di letakkannya baju kaos tersebut didepan badannya. "Kalo ini yang terakhir, gak perlu di coba juga kali ra. Lo liat aja nih,pas apa gak dibadan gue"

"Yee,malas banget lo". Dera menatap rendy dengan tatapan mengejek. Lalu ia berjalan meninggalkan rendy dan rasi sambil menelusuri toko tersebut.

"Yaudah sini bajunya". Rasi mengambil baju tersebut dari rendy. Lalu ia meletakkan baju itu dihadapan rendy. Wajah rasi benar-benar serius. Dan itu sangat menggemaskan di mata rendy.

Rendy melihat bagaimana telitinya rasi dalam memilihkan pakaian. Andai dia bisa seperti ini juga dengan wanita yang ia cintai. Tapi, bukan sebagai peraga. Melainkan wujud asli yang ingin dibelikan.

Sekali lagi rendy tersenyum sendu memikirkan hal itu. Ia tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan perasaan pada wanita. Ia hanya bisa sebatas mencintai tanpa disertai alasan. Namum,tak pandai dalam hal mengungkapkan.

"Bagus ren. Ternyata, kaos ini pas banget di badan lo."

"Yaudah, kita beli. Abis itu pulang. Gue udah capek."

"Not kita, okey?. Gue. Gue yang beli dan gue yang bayar. Kan kadonya dari gue buat dia. Bukan dari kita buat gue"

Rendy hanya tersenyum dan langsung menuju ke luar toko tersebut. Ia berdiri sambil memainkan ponselnya. Hingga tak sadar jika ada seorang gadis yang telah berdiri didepannya.

"Hai ren". Ujar gadis tersebut setelah melihat rendy mengangkatkan kepalanya.

Rendy sempat tersentak, lalu ia tersenyum kaku menatap gadis tersebut. "Bintang mana cha?"

"Dirumah kali. Gue kesini bukan sama bintang".

Rendy hanya mengangguk singkat kepalanya. Keluarlah rasi dan dera dari toko itu dan sempat terkejut melihat adanya acha disana.

"Hai ra, lama gak jumpa". Acha melambaikan tangannya pada rasi. Lalu ia tersenyum ramah menatap dera.

Rasi berjalan menghampiri rendy dan acha. "Iya. Udah lama banget gak jumpa."

"Yaudah, cha kita pulang dulu ya. Soalnya udah dari sore tadi kita disini. Lo juga, ini udah malam. Jangan larut-larut pulangnya"

Rendy tersenyum menatap acha. Senyuman tersebut kelihatan hangat sekali dimata rasi. Seberapa dekatkah rendy dengan acha sehingga ia bisa seramah itu pada acha?.

Ini seperti bukan rendy. Bukan rendy si lelaki dingin yang tanpa ekspresi. Semua pertanyaan timbul dibenak rasi. Apakah rendy bermain di belakang dengan acha? Atau ia menjadi pelarian acha saat sedang bertengkar dengan bintang?.

Rasi secepat mungkin menggelengkan kepalanya. Ia menghilangkan segala pikiran negatif dalam kepalanya. Mana mungkin rendy begitu. Rendy tidak semunafik itu dalam hal perasaan.

Tapi, sayangnya tebakan rasi salah. Bahwa rendy sangat munafik sekali dengan perasaannya.

"Ya. Hati-hati. Kapan-kapan kalo ada waktu luang kita bisa hangout bareng ya ra"

Rasi tersenyum sambil menganggukkan kepalanya lalu mereka bertiga pergi meninggalkan acha.

Sampainya di bestmen, rasi pun menatap rendy dengan tatapan menyelidik. "Kok lo ramah banget sama acha? Kek udah dekat banget gitu. Melebihi gue"

"Kok lo bisa sedingin itu sama acha? Lo kan dekat banget sama acha?"

"Ih, gue kan nanya sama lo. Kok lo nanya balik sih? Itu juga kan dulu. Waktu gue masih teman SD kali"

Rendy hanya tersenyum dan mengusap pelan puncak kepala rasi. Lalu ia menatap dera yang sedang bersedekap dada dengan wajah yang super datar.

"De, lo pulang aja sendiri. Lagian udah malam. Biar rasi, gue aja yang anterin."

"Oke. Ra, gue pulang dulu ya. Titi dije ya ra. Lo harus kabarin gue kalo udah sampai. Dan, lo awas ya kalo macem-macem sama rasi. Gue gorok pala lo."

Dera bergaya seperti orang ingin memotong di hadapan rendy. Rendy hanya tertawa melihat tingkah konyol dera. Lalu ia masuk kedalam mobilnya meninggalkan rasi dan rendy.

"Princess, ayo pulang"

"Heh?"

Rendy langsung memakaikan helm yang ia bawa untuk rasi di kepala rasi. Setelah itu, ia menghidupkan mesin motornya.

"Naik. Udah malem"

Rasi pun menaiki motor rendy, dalam sekejap, motor itu telah keluar dari pekarangan mall menuju ke arah rumah rasi.

Rendy tampak tersenyum walau rasi tidak tahu. Rendy merasa bahagia. Tapi,ia diam. Diam memperhatikan jalanan kota yang terang seterang hatinya malam ini.

*****

Terima kasih telah membaca :)
Jangan lupa vote dan comments ya :)

Sorry ya kalo ada typo :) ga sengaja itu...ehehe

See you next chapt ya....

Unexpressed Feelings [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang