Chapter 8

36 5 0
                                    

Biasakan vote sebelum membaca :)

"Gak. Gak perlu. Lakukan apa yang pantas kamu lakukan. Jangan pikirkan apa yang akan aku lakukan,karena itu tak sepantasnya kamu pikirkan"

- Rasi.


                             *****

"RASI"

PLAKK

Sebuah tamparan mengenai pipi devin meninggalkan bekas merah disana. Rendy jatuh dengan hidung yang berceceran darah.

"Mau dibilang berapa kali sih dev,supaya kamu paham?"

"Rasi aku.."

"Kamu nonjok rendy. Aku tahu devin kalo kamu jago taekwondo. Kamu pinter dan mahir akan hal itu. Tapi,aku gak suka kamu lakuin apa yang kamu punya itu ke orang yang gak bersalah."

Devin mencoba menggapai tangan rasi,tapi langsung di tepis kasar oleh rasi. "Kamu salah gunain kelebihan yang kamu punya. Kamu salah tempat devin. Kalau pun kamu marah,harusnya kamu bisa mengontrol emosi kamu dengan baik. Kamu udah dewasa devin. Masalah kayak gini bisa diselesain pake kepala dingin tanpa harus tonjok-menonjok gini"

"Tapi.."

"Tapi,aku gak suka devin" Rasi berteriak lantang di depan wajah devin. Air matanya tumpah begitu saja tanpa di perintah. Hati devin merasa mencolos saat melihat rasi menangis.

Rendy berdiri dibantu dengan bintang. Ia berjalan menghampiri rasi yang sedang menatap tajam devin. Dibalikkannya wajah rasi agar menatap wajahnya.

"Mata lo bagus,sayang kalo dirusakin pake air mata"

Rendy mengusap air mata rasi yang jatuh. Isak tangis rasi semakin kuat. Devin mengepalkan kedua tangannya saat melihat rasi dengan rendy.

"Rasi ikut aku"

Devin menarik tangan rasi dengan kasar. Rendy bergerak ingin mengejar mereka tapi ditahan oleh bintang.

"Biarin mereka selesain urusannya"

"Tapi,kalo dia kasar sama rasi gimana?"

"Gak mungkin,dia pacarnya rasi"

"Pasti mungkin bin"

"Kok gue ngerasa lo deh yang kayaknya suka sama rasi bukan gue"

Rendy menghela nafas kasar dan membuang wajahnya ke arah lain. Ia menepis tangan bintang yang memegangi tangannya.

"Gue kayak gini karena gue peduli. Gak lebih" setelah mengucapkan ini,rendy pergi begitu saja meninggalkan kantin dengan nafas memburu. Yang sekarang dalam ingatannya ialah,apakah rasi baik-baik saja?

Dilain tempat,rasi dibawa oleh devin menuju taman belakang sekolah. Devin mengunci posisi rasi sehingga rasi tidak bisa berkutik. Jika dilihat dari belakang,posisi mereka seperti orang sedang berciuman.

"Rasi jangan nangis"

Devin menghapus air mata rasi yang jatuh membasahi pipinya. Rasa sesak kembali menghantam devin saat melihat rasi menangis.

"Gak seharusnya kamu cemburu sama rendy. Dia sahabat aku. Dia yang selalu kasi aku saran dan dia yang selalu dengar curhat aku tentang kamu. Kamu tahu,gak pernah sekalipun dia melencengkan atau menghina kamu. Tapi,kenapa kamu kayak gitu sama dia devin?"

"Aku cemburu rasi"

"Cemburu ada waktunya. Gak pantas kamu cemburu sama orang yang kayak rendy. Dia gak seperti apa yang kamu takutkan. Percayalah devin"

Devin menghembuskan nafasnya kasar. Ia menatap dalam manik mata rasi membuat jantung mereka sama-sama berdetak.

"Kamu obsesi devin,bukan cinta. Yang saat ini kamu rasakan ke aku itu cuma rasa obsesi bukan rasa cinta. Kamu takut kehilangan aku. Supaya aku gak hilang,kamu bilang ke semua orang kalo aku milik kamu. Kamu kira aku barang devin? Kamu gak pernah sekali aja berpikir dewasa. Yang kamu takuti itu kehilangan aku. Bagaimana dengan perasaan aku? Kamu gak peduli kan devin. Benar kata rendy,kalo orang pacaran itu cuma status yang saling mereka miliki. Tapi hati? Belum tentu pasti. Seperti sekarang ini. Aku sendiri yang jatuh pada pesona dan hati seorang devin restanta"

"Gak gitu rasi".

"Memang begitu kenyataannya devin. Akhiri semuanya itu akan buat kita sama-sama tenang"

Devin semakin memajukan wajahnya ke arah rasi. Ia menatap lekat manik mata rasi. Hatinya merasa panas saat rasi mengucapkan kalimat yang tak sepantasnya rasi ucapkan untuknya.

"Gak,semuanya gak akan pernah berakhir. Aku cinta sama kamu rasi"

"Benar kamu cinta sama aku?"

Devin menganggukkan kepalanya. "Jika benar,lepaskan apa yang memang kamu cintai saat kamu tahu bahwa dia memang pantas untuk kamu lepas. Karena kamu bukanlah pelengkap yang pas dalam hidupnya. Sadarilah sebelum kamu tersadari"

Devin memundurkan badannya dan memberi jarak antara dia dan rasi. "Selepas ini kita tetap berteman?Jika iya aku lakukan apa yang kamu inginkan"

"Iya,teman" Rasi menyodorkan jari kelingkingnya dan dibalas juga oleh devin. Mereka tersenyum walau hati mereka sama-sama sedang tersakiti. Dibalik senyuman yang terpancar,ada sebuah rasa sakit yang terpendam.

Devin merasa kehilangan atas apa yang berharga dalam hidupnya. Sedangkan rasi merasa sedih sekaligus bahagia. Entah bahagia karena apa tapi dia senang.

"Pulang lah kekelas. Mari,aku antar"

"Gak. Gak perlu. Lakukan apa yang pantas kamu lakukan. Jangan pikirkan apa yang akan aku lakukan,karena itu tak sepantasnya kamu pikirkan"

"Tapi kita kan teman"

"Teman. Tidak lebih"

*****

Terima kasih telah membaca. Jangan lupa vote dan comments ya.

Maaf jika terdapat kesalahn penulisan.

See you next chap yaa....

Unexpressed Feelings [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang