5. Fourth

745 91 13
                                    

Apa aku masih ada dalam dirimu? sebagai orang yang egois. Karena aku ingin melihatmu, dan hanya ingin melihatmu.

Guanlin berdiri didepan Jihoon, manik hitam legamnya menatap lekat gadis didepannya. Sesekali ia menghembuskan nafasnya. Bahkan sampai gadis di depannya bisa merasakan hembusan nafasnya.

"Kenapa? Kenapa diam terus? Kau sakit atau ada masalah?"

Jihoon menangkupkan tangannya diwajah Guanlin, lalu memegang kening Guanlin. Hingga ia juga meraba leher Guanlin.

"Tidak panas kok, suhunya normal"

Guanlin tersenyum, kemudian menundukkan kepalanya. Meraih jari-jari Jihoon, lalu menggenggamnya.

"Kenapa aku tak menyadari dari dulu? Kenapa kau tak menahan ku?"

Jihoon bukan orang yang tidak tahu arah maksud Guanlin, tapi ia memilih bungkam dan ya, menurut Jihoon masalalu juga tidak perlu diungkit kan? Toh, sudah berlalu.

"Biarpun sudah terlambat, aku harus mengatakan maaf. Maaf telah berlalu meninggalkan kakak, maaf telah sempat berhenti mencintai kakak, dan maaf telah menyakiti hati kakak"

"Lalu, apa dengan minta maaf akan merubah semuanya? Enggak kan? Aku gak papa, kalau kau mau bersama dengan yang lain dan bahagia bersama yang lain kenapa tidak? Tak ada batasan untuk mu, karena memang kita gak ada hubungan apapun. Dengar Guanlin, aku tidak pernah menyalahkan mu aku juga tidak pernah benci padamu. Tapi hanya kecewa, nyatanya kalau memang kau lebih memilih dengannya kan? Memang ia lebih baik dari pada aku kan? Sungguh tidak apa apa"

Guanlin hanya diam, lalu memeluk Jihoon erat.

"Aku tidak bisa menemukan jawaban, apa ini salah atau benar? Biarkan aku dalam bayangan matamu lagi. Biarkan aku bertanya sekali lagi untuk hari ini, biarkan aku menebusnya"

Jihoon memejamkan matanya, aroma lavender milik Guanlin sangat menyeruak dalam penciumannya. Tenang dan nyaman.

"Tidak ada yang disesali dan ya, aku tak pernah membatasi seseorang yang ingin masuk salam kehidupan ku. Tapi nyatanya, kekecewaan itu masih terasa tapi bukankah Tuhan mampu memberikan kesempatan? Lalu, aku yang bukan Tuhan apa bisa tidak melakukannya? Semua orang pasti memiliki kesalahan. Dan jika kau ingin silahkan aku mengizinkan tapi tidak lebih untuk hubungan yang lebih saat ini"

Jihoon bisa merasakan jika puncak kepalanya di ciumi oleh Guanlin.

"Ini bukan mimpi dan ini nyata. Perasaan ini semakin kuat dan entah dulu aku memang bodoh tapi untuk memperbaikinya aku takkan melepas kakak lagi. Meskipun dihati Kakak masih ada Kak Baejin tapi, izinkan aku untuk menghilangkan perasaan itu dan menggantikannya"

Guanlin melepas pelukannya, menatap Jihoon penuh harap. Sorot mata Jihoon membuat hatinya meneduh.

"Dan untuk terakhir aku bicara, aku tak perlu banyak mendengarkan perkataan klise. Cukup berikan bukti atau perlakuan saja. Karena aku bukan perempuan kemarin sore yang akan terbang atau suka dengan kata-kata manis"

Guanlin mengangguk semangat, ia mendudukkan Jihoon dikursi sampingnya.

Hingga mereka tidak sadar akan kehadiran laki-laki yang pernah mengisi hari-hari Jihoon. Memberikan warna di hari Jihoon.

Bae Jinyoung

Laki-laki itu lalu melangkah pergi, memasuki mobilnya lalu menjalankannya dengan kecepatan standar.

"Aku yang melepas tautan tangan kita, disini yang aku lakukan hanya menggenggam gambar mu. Kenangan yang telah menjadi memori, namun semuanya tak memudar begitu saja" lirihnya

That Is RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang