15. Fourteenth

514 69 2
                                    

Guanlin berjongkok didepan pagar rumah Jihoon, sesekali ia menggesekkan ranting pohon yang jatuh ke tanah dan menulis nama Jihoon disana. Tadi malam ia berjanjian dengan Jihoon kalau mau berlari bersama pagi ini. Lagian kelasnya dimulai jam delapan dan Jihoon juga mendapat ijin libur karena atasannya tengah berada diluar kota.

"Hai, Guan?" sapa Jihoon saat membuka pagar rumahnya, dan senyumannya mengembang kala ia melihat Guanlin tengah berjongkok dan menulis namanya ditanah.

"Oh hai Kak?" Guanlin langsung berdiri dan merapatkan jaket Jihoon yang belum diresletingkan.

"Pakai baju yang benar Kak, ini tuh musim gugur jadi kan dingin. Yuk jalan" Guanlin memegang pundak Jihoon dan lalu mengajaknya berjalan, tapi bukannya jalan ia malah diam. Membuat satu alis Guanlin terangkat tertanda bahwa laki-laki itu bertanya 'kenapa?'

"Aku mau pakai sepeda boleh?" Guanlin tersenyum gemas, memperlihatkan gusinya yang lebar sembari mencubit pipi gembul Jihoon.

"Aku kira apa, bawa aja Kak" Jihoon sendiri malah menggaruk lengannya lalu mengangguk. Selang beberapa menit kemudian ia membawa sepeda warna putihnya dan jangan lupakan senyumannya yang bisa saja membuat Guanlin susah bernafas. Apalagi pipinya memerah karena memang dari sananya sudah merah, membuat Guanlin ingin menciumnya. Tapi dari pada itu, Guanlin malah ingin mengusak rambut Jihoon yang memang sudah menjadi kebiasaannya.

"Ayo naik" Jihoon berdiri tepat disamping Guanlin, tetapi laki-laki itu malah mengintruksikan Jihoon untuk naik ke sepedanya.

"Kakak ajalah, aku mau jalan aja. Lagian tamannya deket kok" Guanlin berlari kecil-kecil. Melihat itu Jihoon pun menyusul Guanlin dengan kayuhan ringan.

"Guan..."

"Ya?"

"Guan... Lin"

"Kenapa Kak?"

"Guuuuuuuan... "

"Apaansih" Guanlin mulai geram karena Jihoon sedari tadi hanya memanggilnya, giliran ia menyahuti Jihoonnya malah manggil terus.

"Guguguguguanlin..." tuhkan Jihoon malah goda Guanlin lagi.

"Berisik, minta cium bilang" kesal Guanlin. Jihoon mendelik lalu ia tersenyum dan meninggalkan Guanlin dibelakang. Namun karena memang ia tak ada niat untuk mengayuh dengan cepat akhirnya Guanlin bisa menyeimbangi Jihoon.

"Kok ditinggal sih Kak? Kalau aku diambil orang gimana?"

"Ya sana, haha" ledek Jihoon

"Beneran lho kak, nanti kalau diambil macam Seonho dulu gimana?"

"Ya gak gimana-gimana, aku tuh sadar aku bukan siapa-siapanya kamu kok"

"Gak ditahan nih?" Guanlin menyodorkan tangannya kearah Jihoon namun hanya dibalas decihan oleh Jihoon.

"Kalau mau pergi pergi aja Guan, aku gak akan melarangnya. Cinta tahu jalan pulang kok, buktinya kamu kembali ke aku. Tapi kalau kamu mau pergi lagi, mungkin jalan pulang kamu bukan di aku lagi sih"

Guanlin malah langsung menaikkan tubuhnya dibagian belakang. Kemudian ia memegang pundak Jihoon, lalu ia sedikit mencondongkan tubuhnya. Agar bisa menjajarkan dengan kepala Jihoon, iya Guanlin kan berdiri tipe sepeda Jihoon kan sepeda gunung.


.
.
.
***That Is Real***
.
.
.


"Guanlinnnn ayo sini naik" teriak Jihoon lagi.

Mereka sudah berada dipusat taman yang disediakan untuk berlari, namun musim gugur seperti ini kelihatan sepi pengunjung mungkin karena cuaca kali pengunjung jadi tidak kesini atau belum kesini, biasanya jam segini sudah ramai.

That Is RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang