16. Fifteenth

465 70 9
                                    


Jihoon menerawang rumah megah Guanlin, bulu kuduk nya sedikit merinding. Apalagi ini sudah jam sepuluh lewat lima belas malam. Namun, laki-laki jakung itu belum pulang juga. Oh iya, Minki dan Jonghyun juga sudah pergi sekitar lima jam yang lalu.

"Anjiran gue takut sumpah" gumannya, kini ia tengah berada diruang tengah yang berhadapan langsung dengan taman samping, meskipun pandangannya menatap kearah layar tv yang tepat berada didepannya tetap saja ia tidak fokus. Ekor matanya selalu melirik kearah taman itu, bisa ia lihat bahwa disana sangat gelap dan sedikit horor, sialnya hujan sangat lebat malam ini. Jihoon hanya berdoa semoga listrik tidak padam malam ini.

"Lah gue nonton apaan ini?" pekiknya, setahunya ia tak mengganti chanelnya tapi kenapa tv nya berganti chanel mana terlihat jelas bahwa itu adalah film horor.

"Gu-gue kok merinding" lirihnya, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia memutuskan untuk pergi kekamar saja, namun tepat saat ia berbalik lampu tiba-tiba mati. Dan tepat dihadapannya ada sosok laki-laki  yang berdiri tepat didepannya.

"HAYOOLOH" pekik laki-laki itu, membuat Jihoon tersentak kaget.

"HUAAAA! BABI! ANJING! EH ASTAGFIRULLAH" teriak Jihoon kala suara Guanlin mengagetkannya. Iya itu tadi Guanlin. Jihoon langsung memukuli Guanlin kuat hingga mengaduh kesakitan.

"Aduh aduhh, udah dong kakk..sakit aduhhh"

"Lagian siapa suruh ngagetin?!"

"Iya iya gak lagi kok" Guanlin memeluk Jihoon erat. Sementara Jihoon, ia menenggelamkan wajahnya pada dada Guanlin dan balas memeluk erat Guanlin.

Tokk.. Tokk..

Jihoon menoleh, kemudian ia melepaskan pelukan Guanlin.

"Siapa malam-malam kok kesini?" Guanlin hanya mengangkat bahunya cuek. Pertanda bahwa laki-laki itu tak tahu.

"Bukain ya Kak, aku mau pipis dulu nih" tanpa meminta persetujuan Jihoon Guanlin langsung melesat kekamar mandi. Sementara Jihoon ia berdecih sebal, dengan bantuan flashlight ponselnya ia berjalan kearah pintu utama.

Ceklekk

Pintu terbuka, betapa kagetnya Jihoon kala melihat bahwa sosok laki-laki didepannya adalah Guanlin. Dengan posisi tengah mencopot almamater sekolahnya karena kehujanan.

"Lho Kak, masih disini?" tanya Guanlin. Sementara Jihoon memandang Guanlin dengan tatapan takut-takut.

"Kkamu Gu-guanlin?" tanya Jihoon terbata-bata

Guanlin mengangguk

"Bba-baru nyampek?"

Guanlin mengangguk lagi

"Tttta-pi ta--di?" ia menunjuk kedalam rumah, Guanlin mengernyitkan dahinya.

"Maksud Kakak? Rumah kan dikunci jadi aku tungguin disini, aku kira Mama sama Papa ada, tapi ternyata Kakak"

Nyawa Jihoon seperti melayang, kakinya lemas beruntung Guanlin cepat menahannya jika tidak mungkin Jihoon sudah terjatuh.

"Kakak kenapa?"

Jihoon diam, ia lalu menatap kebawah. Kata orang jika setan itu kakinya gak nampak dan ini Guanlin kakinya nampak berarti itu tadi bukan Guanlin?

"Huaaaa, mau pulang" rengek Jihoon. Guanlin semakin bingung yang tiba-tiba minta pulang. Apalagi keadaan mereka masih didepan pintu dan terlebih hujan sangat deras malam ini.

"Udah udah jangan nangis Kak, ayo kedalam dulu" Jihoon menggeleng, Guanlin kemudian mengangkat Jihoon dan menggendongnya. Dengan cepat Jihoon memeluk erat leher Guanlin dan kakinya ia lingkarkan pada pinggang Guanlin.

That Is RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang